Jumat, 26 April 24

Mengarusutamakan Pendidikan Kebencanaan

Mengarusutamakan Pendidikan Kebencanaan
* Saiful Maarif. (Foto: dok. pribadi)

Pandangan tersebut didasarkan bukan hanya pada begitu seringnya bencana alam terjadi di tanah air sebagai konsekuensi berada pada posisi Cincin Api Pasifik (Ring of Fire), tapi juga kesepakatan global terkait. The Third World Conference on Disaster Risk Reduction yang diselenggarakan di Sendai, Jepang (2015) melahirkan kesepakatan Worldwide Initiative for Save Schools (WISS). WISS menekankan tiga pilar penting menjadi sekolah aman, yakni fasilitas sekolah yang aman, manajamen bencana, dan pendidikan pengurangan risiko bencana. Tiga pilar ini terlihat sudah menjadi perhatian utama dalam berbagai afirmasi dan hal esensial yang terdapat dalam SPAB dan beragam turunan pedomannya.

Pedoman dan acuan teknis dalam menghadapi situasi katastropik sangat diperlukan agar respon kebencanaan didasarkan pada sikap yang prosedural. Di berbagai belahan negara, langkah antisipatif menghadapi bencana alam bahkan sudah diperkuat dengan behavioral risk audit (BRA). BRA dijalankan untuk memastikan pelatihan manajemen resiko bencana berjalan secara rutin dan menjadi kesadaran bersama oleh semua pihak.

Digulirkannya konsep Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) menjadi warna baru menyusul berbagai kritik dan masukan terkait perlunya pendidikan kebencanaan. Dalam konsep ini, layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis layanan menjadi garda terdepan dalam konteks membangun masyarakat yang aman dari ancaman bencana.

Pendidikan kebencanaan diharapkan menumbuhkan sikap dan keterampilan mengelola fase sebelum, pada saat, dan setelah bencana terjadi. Di samping itu, diharapkan berkembang adanya pemahaman yang antisipatif terhadap bencana.

Namun demikian, gaung dan kampanye pendidikan kebencanaan ini terasa sayup-sayup terdengar. Masih belum terlihat upaya masif dan bersama-sama dalam mengembangkan dan menekankan pentingnya pendidikan kebencanaan.

Salah satu problem umum yang patut dihindari dalam urusan pekerjaan bersama adalah koordinasi yang tidak maksimal. SPAB yang melibatkan banyak pihak di dalamnya berpotensi menjadi program yang dijalankan sendiri-sendiri tanpa adanya kesatuan langkah.

Halaman selanjutnya

Pages: 1 2 3 4 5 6

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.