“Pluralitas itu ditandai oleh adanya perbedaan basyariah (fisik), insaniah (intelektual), dan diniyyah (keagamaan) yang terjadi karena sebab-sebab alamiah, ilmiah, dan amaliah,” lanjut Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Bidang Ilmu Pendidikan Agama Islam ini
Mukti lalu menerangkan ciri-ciri tasamuh sebagai bekal menjadi insan moderat, yaitu: memahami dan menyadari adanya perbedaan. “Aku-dia; kami-mereka; in-group-out-group termasuk dalam hal ini memahami titik perbedaan dan persamaan beserta sebab-sebabnya,” demikian Mukti memaparkan ciri pertama.
Ciri kedua, orang yang tasamuh akan menghormati perbedaan sebagai sebuah keyakinan dan pilihan yang bersifat pribadi. Dia tidak akan mencela, menyalahkan, merendahkan, mengafirkan, atau memaksakan kehendak kepada orang atau pihak lain.
Ciri ketiga, lanjut Mukti, menerima eksistensi mereka yang berbeda dengan tetap menjaga dan mempertahankan keyakinan dan identitas pribadi atau kelompok.
“Memberikan kesempatan, mengakomodasi, dan memfasilitasi mereka yang berbeda untuk dapat melaksanakan keyakinan dan memelihara identitas,” jelas Mukti terkait ciri keempat.
Terakhir, katanya, mau bekerja sama dan bertanggung jawab terhadap kepentingan bersama dan hal-hal yang bermanfaat bagi khalayak. Orang tasamuh akan menjunjung tinggi kesepakatan kolektif untuk membangun kerukunan, kedamaian, dan kemajuan bersama.
“Tasamuh memungkinkan adanya ta’awun, kooperasi, kolaborasi, tolong menolong, gotong-royong, kemitraan, bentuk-bentuk mu’amalah untuk kemaslahatan umum,” tuturnya.
Halaman selanjutnya