Polana Banguningsih Pramesti Menjawab Tantangan Keselamatan Penerbangan

Polana Banguningsih Pramesti Menjawab Tantangan Keselamatan Penerbangan
Jakarta, Obsessionnews.com - Pekerja dengan totalitas dan dedikasi ditunjang kemampuan membuktikan kapabilitas, membawa nama Polana Banguningsih Pramesti tercatat sebagai Direktur Jenderal Perhubungan Udara perempuan pertama di lingkungan Kementerian Perhubungan. Bekerja di bidang yang didominasi oleh pria, Polana mengatakan tantangan dalam tugasnya tak ada beda dengan pria. Saat ditemui Women’s Obsession di sela kegiatannya, perempuan ramah ini bercerita tentang tugas yang diembannya. Menurut Polana, sama seperti pemimpin sebelumnya, dia bertanggung jawab meningkatkan faktor keselamatan penerbangan dan mempertahankan peringkat keselamatan penerbangan Indonesia di dunia internasional. Dia juga harus memastikan operasi penerbangan sipil di Indonesia berjalan ‘Selamat, Aman, dan Nyaman’. Namun, hal tersebut tidak akan terasa berat apabila koordinasi dan komunikasi dengan seluruh stakeholder terkait berjalan dengan lancar. Menapaki posisi sebagai dirjen tidak diraihnya dengan mudah. Meniti karier selama 32 tahun semakin menguatkan kecintaannya pada dunia perhubungan udara. Sejak lulus dari Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1986, dia mengawali karier di Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan. Pernah menjabat sebagai Kepala Seksi Mutu Konstruksi Sipil, hingga Kepala Sub-direktorat Prasarana Bandara Kementerian Perhubungan. Tahun 2013, dia pun ditugaskan oleh pemerintah untuk menjadi direksi Angkasa Pura I (AP I). “Saya aktif di Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan sejak tahun 1987 hingga sekarang. Mulai sebagai pejabat struktural pada tahun 1992 hingga 2013 di Direktorat Bandar Udara dan sempat dipercaya memangku jabatan di PT Angkasa Pura I sebagai Direktur Teknik,” ungkapnya menceritakan tentang perjalanan kariernya. Pada pertengahan Februari 2018, dia menjabat sebagai Direktur Navigasi Penerbangan Kementerian Perhubungan dan kembali ke unit kerja awal sebagai Direktur Bandar Udara. Sejak bulan November 2018 hingga saat ini, Polana dipercaya memegang amanah sebagai Dirjen Perhubungan Udara. Maka tak heran bila dia disebut telah mencicipi asam garam dunia perhubungan udara. “Kalau dibilang dorongan, mungkin karena saya sejak awal sudah menyukai dunia penerbangan. Kebetulan sempat mengenyam pendidikan transportasi di Institut Teknologi Bandung, juga pascasarjana di Aerodrome Engineering, Singapore Aviation Academy dan Nanyang University,” jelas perempuan yang pernah mendapatkan tanda jasa Satya Lencana 10 Tahun, Satya Lencana 20 Tahun, dan Satya Lencana Wira Karya dari Presiden Republik Indonesia ini. Diangkatnya Polana ke posisi tersebut juga membuktikan bahwa Indonesia mendukung kiprah perempuan dalam penerbangan sipil. Halaman selanjutnyaKembangkan Layanan Infrastruktur Tugas dan tanggung jawab penuh untuk membangun kesadaran publik pada pentingnya keselamatan dalam menggunakan moda transportasi menjadi poin penting yang harus di-highlight, apalagi diaudit oleh lembaga penerbangan internasional. Menurut Polana, sejauh ini tingkat kesadaran masyarakat mengenai hal tersebut sudah lumayan baik. Namun, harus terus didorong dan ditingkatkan, agar tercapai kesadaran komprehensif. Selain keselamatan, berbicara tentang perhubungan udara tak lepas dari perkembangan maupun perubahan fasilitas pelayanan sepanjang tahun. “Setiap waktu, seluruh pimpinan bandara saya imbau untuk selalu mengevaluasi fasilitas yang belum tersedia di bandara. Hal tersebut tentunya untuk memberikan kenyamanan bagi pengguna jasa penerbangan,” tutur Polana. Untuk tahun 2019, beberapa bandara sudah memberikan kenyamanan dasar yang cukup baik berupa tempat duduk tunggu, toilet, musola, hingga fasilitas tambahan berupa layanan isi ulang daya gadget, layanan wifi dan tempat menyusui. Beberapa bandara juga melengkapi dengan taman bermain anak atau playground. Selain itu, pembangunanpembangunan seperti pengembangan bandara dan terminal, penambahan terminal, overlay runway, hingga perpanjangan landas pacu terus dilakukan untuk meningkatkan kualitas penerbangan di Tanah Air. Jelang akhir tahun 2019, salah satu target dari sisi pembangunan infrastruktur adalah merampungkan beberapa pembangunan bandara seperti Bandara Siau, Tambelan, Muara Teweh, Buntukunik dan Pantar. Polana menyebutkan bahwa Ditjen Perhubungan Udara terus berupaya sepenuhnya untuk menjamin terlaksananya seluruh proyek pembangunan pemerintah. Termasuk melakukan pengembangan sejalan dengan fokus pemerintah dalam membangun Destinasi Wisata Super Prioritas '5 Bali Baru' di Danau Toba. Dari hasil peninjauan yang dilakukan, direncanakan pengembangan Bandar Udara Sibisa, Parapat, Sumatra Utara akan segera dilaksanakan pada Maret 2020 mendatang. Sementara dari sisi pelayanan adalah meningkatkan tingkat ketepatan waktu operasi penerbangan atau OTP dari 85,6% menjadi 88%. Polana menyebutkan kendala pasti ditemukan dalam segala kegiatan operasi penerbangan. Namun dengan perencanaan, koordinasi, komunikasi dan evaluasi bersama stakeholder, hal tersebut dapat diatasi. Hingga saat ini komunikasi maupun koordinasi dengan operator penerbangan, baik pengelola bandara, pengelola navigasi maupun maskapai berjalan baik. Komunikasi dengan perangkat lain yang berkaitan juga terus dilakukan, baik unsur keamanan hingga asosiasi penerbangan sehingga kendala lapangan dapat dicarikan solusi bersama. Seiring pembicaraan tentang ibukota baru yang kian sering diperbincangkan, skema transportasi di ibukota baru, khususnya transportasi udara turut dipertimbangkan. Saat ini, telah tersedia fasilitas maupun infrastruktur transportasi udara di calon Ibukota baru tersebut, yaitu Bandara Apt Pranoto di Samarinda dan Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Balikpapan. Untuk skema angkutan antarmoda akan berkoordinasi dengan subsektor lainnya baik Ditjen Perhubungan Darat, Laut, perkeretaapian, dan berkoordinasi dengan pihak terkait lainnya. Terkait dengan Hari Penerbangan Nasional, Polana menyebutkan keuntungan geografi Indonesia sebagai negara kepulauan yang sangat luas, seraya berharap ke depannya dapat diwujudkan pemerataan transportasi udara sebagai akses. Transportasi udara harus bisa melayani ke seluruh pelosok Indonesia. Halaman selanjutnyaKonferensi Tingkat Dunia Menjabat posisi strategis, tanggung jawabnya mulai merambah pada cakupan lebih luas. Polana kerap mewakili Indonesia menghadiri gelaran tingkat dunia. Pada akhir Agustus silam, dia menghadiri The 56th Conference of Directors General of Civil Aviation (DGCA) Asia Pacifi Region yang diselenggarakan International Civil Aviation Organization (ICAO) Asia Pacifi Regional Offi di Kathmandu, Nepal. Konferensi DGCA merupakan agenda penting yang akan menentukan arah kebijakan terkait isu-isu strategis di bidang penerbangan sipil yang meliputi aspek keselamatan, keamanan, regulasi, efiiensi, pelayanan maupun capacity building, termasuk sebagai media pertukaran informasi ataupun best practices perihal perkembangan teknis dan operasional penerbangan sipil dari perwakilan regulator maupun stakeholder dari negara-negara Asia Pasifi. Konferensi DGCA ke-56 mengangkat tema 'Harmonizing Effrts to Meet the Capacity Contrainst'. Menurut Polana, latar belakang diangkatnya tema tersebut untuk membahas terkait adanya kendala yang dihadapi regulator dan operator penerbangan sipil di kawasan Asia Pasifi sebagai dampak adanya pertumbuhan lalu lintas penerbangan yang sangat pesat di kawasan tersebut. Kendala-kendala yang ada memerlukan adanya upaya kerjasama dan harmonisasi di antara negara-negara anggota ICAO. Pada pertemuan tersebut Polana menyampaikan bahwa diperlukan adanya upaya kerja sama dan harmonisasi di antara negara-negara anggota ICAO selaku regulator penerbangan dan organisasi penerbangan sipil untuk mewujudkan kemajuan penerbangan sipil yang selamat, aman, ekonomis, dan berkesinambungan di kawasan Asia Pasifi. Polana bertindak sebagai moderator pada agenda pembahasan utama dan sebagai panelis pada diskusi high level discussion panel, agenda yang selenggarakan melalui kolaborasi ICAO dan FAA. Terpilih sebagai moderator dan panelis, didasarkan pada pengalaman dan kompetensinya pada posisi senior manajemen di bidang navigasi penerbangan dan manajemen Bandar udara. Dia diharapkan dapat menyampaikan penjelasan mengenai permasalahan di bidang penerbangan sipil yang dihadapi Indonesia, terutama terkait dengan kapasitas dan langkah-langkah yang diambil Indonesia untuk mengatasi permasalahan tersebut. Dalam majelis ini dia menyampaikan juga sejumlah prestasi Indonesia di sektor penerbangan selama beberapa tahun terakhir antara lain: Level Implementasi Universal Safety Oversight Audit Programme (USOAP) Indonesia di atas rata-rata negara di kawasan Asia Pasifi dan dunia secara global. Dalam konferensi ini, Indonesia merupakan satu-satunya negara dari 39 negara anggota ICAO yang didaulat sebagai perwakilan regulator penerbangan sipil di kawasan Asia Pasifik. ICAO telah mengidentifikasi bahwa Indonesia merupakan salah satu negara dengan kontribusi yang signifikan terhadap tingginya pertumbuhan penerbangan sipil di kawasan Asia Pasifik. Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub dan Federal Aviation Administration (FAA) Amerika Serikat menjalin kerja sama yang ditandai dengan penandatanganan memorandum of agreement, guna meningkatkan penerbangan sipil di Indonesia, khususnya pada sektor keselamatan dan keamanan penerbangan. Pada kesempatan tersebut, terwujud pula bentuk dukungan Indonesia terhadap keseimbangan dewan perwakilan negaranegara anggota ICAO. Indonesia telah meratifikasi dan menyerahkan Instrumen Ratifikasi Protokol perubahan Konvensi Chicago. Polana juga hadir sebagai Ketua Delegasi Republik Indonesia pada pertemuan 40th Session of ICAO Assembly yang diselenggarakan oleh Kantor Pusat International ICAO di Montreal, Kanada. Pada kesempatan tersebut, dia menyampaikan general statement di tengah-tengah pelaksanaan Sesi Sidang Plenary 40th Session of ICAO Assembly. Dalam pernyataannya, dirjen hubud ini mengutarakan komitmen untuk siap mendorong kemajuan industry penerbangan sipil dunia, khususnya wilayah Asia Pasifi, sejalan dengan tema 'No Country Left Behind' dari ICAO. Polana juga menyampaikan bahwa Indonesia, khususnya Direktorat jenderal Perhubungan Udara, sangat mengapresiasi dan mendukung tema besar 'Woman in Aviation' pada DGCA Conference mendatang. Ini sejalan dengan pandangannya bahwa dunia aviasi dan perhubungan udara bukanlah sematamata bidang laki-laki, perempuan juga bisa turut andil. Halaman selanjutnyaSemangat Bekerja Ikhlas Gambaran sosok perempuan pekerja keras dan amanah sangat tercermin dalam dirinya. Dengan prinsip bekerja penuh obsesi yang dimilikinya, Polana tetap tampil aktif dan enerjik. Mengenai prinsip dalam hidup, dia menyampaikan, “Demi menjadi manusia yang bermanfaat bagi manusia Iainnya, semangat dan bekerja ikhlas perlu ditanamkan dalam diri kita, sehingga dapat memberikan pelayanan yang prima bagi masyarakat. Namun pengetahuan dan wawasan juga sangatlah panting. Tentu saja di mana pun dan siapa pun saya saat ini, saya harus terus belajar dan mengasah diri. Termasuk meng-update wawasan agar tidak ketinggalan perkembangan dunia. Tetap harus bisa berkompetisi dalam hal positif tentunya.” Polana juga berprinsip selalu bekerja out of the box, terus menerus memotivasi rekan kerja, mitra, maupun anak-anaknya untuk selalu kreatif dan adaptif terhadap perubahan yang sangat cepat. Di tengah beragam aktivitas dan jadwal yang padat, Dia memiliki tips menjaga kesehatan. Di mana pun, dia akan memastikan seluruh bagian tubuhnya bergerak, bahkan di meja kerja. Tak lupa selalu menjaga asupan nutrisi dan gizi lengkap, serta selalu berpikiran positif kepada semua orang. Untuk menyeimbangkan aktivitas, ketika memiliki waktu luang dia melakukan kegiatan relaksasi atau me time demi menyegarkan pikiran kembali. Ibu tiga anak dan nenek lima cucu ini mengungkapkan kuncinya, “Kita harus pintar membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga. Berkumpul dan bercengkerama bersama keluarga biasa saya lakukan sebagai penyemangat kerja.” (Angie)