Menkeu Purbaya Jawab Kritik, Tegaskan Kebijakan Fiskal untuk Dorong Ekonomi Nyata

Obsessionnews.com – Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menanggapi sejumlah kritik terhadap kebijakan fiskal pemerintah, termasuk dari kalangan akademisi, seusai Rapat Kabinet di Jakarta pada Selasa (16/6/2025). Ia menekankan bahwa langkah yang diambil pemerintah bukan sekadar perubahan anggaran, melainkan upaya menggeser dana agar lebih berdampak langsung bagi perekonomian.
Purbaya menjelaskan, perpindahan dana dari bank sentral ke bank umum tidak bisa disalahartikan sebagai penggunaan dana untuk proyek tertentu. Menurutnya, mekanisme ini ibarat seseorang memindahkan tabungan dari satu bank ke bank lainnya, tanpa mengubah bentuk atau mengurangi nilai uang itu sendiri. Bedanya, ketika dana ditempatkan di bank sentral, uang tidak dapat diakses oleh perbankan maupun sektor riil. Namun, jika dipindahkan ke bank umum, dana tersebut dapat memberi stimulus yang nyata bagi perekonomian.
“Banyak yang salah paham, seolah-olah dana itu digunakan untuk proyek pembangunan tertentu. Padahal, saya hanya memaksa perbankan berpikir lebih profesional, tidak sekadar menaruh uang di obligasi atau di bank sentral tanpa memberi manfaat. Perbankan harus kembali menjalankan fungsinya menyalurkan kredit,” tegasnya.
Ia mencontohkan pengalaman pada 2021, ketika kredit perbankan lesu dan banyak ekonom berpendapat bahwa pinjaman baru tidak akan tumbuh sebelum ekonomi membaik. Pemerintah justru mendorong injeksi likuiditas dengan mekanisme fiskal tertentu. Hasilnya, pertumbuhan uang beredar meningkat signifikan, bunga pinjaman turun, dan kredit kembali tumbuh. Menurut Purbaya, hal ini menjadi bukti empiris bahwa kebijakan fiskal yang tepat dapat membalik situasi ekonomi.
Selain membahas soal mekanisme fiskal, Purbaya juga menyinggung soal stimulus langsung untuk masyarakat. Ia menyebut anggaran terbesar belakangan ini adalah bantuan pangan berupa beras, di mana setiap keluarga penerima manfaat mendapatkan 20 kilogram dalam dua bulan pertama. Jika masih dirasa kurang, pemerintah siap menambah alokasi bantuan. “Ini cara pemerintah memastikan daya beli masyarakat tetap terjaga,” ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya disiplin dalam penyerapan anggaran kementerian. Menurutnya, masih ada kementerian dengan serapan anggaran rendah. Untuk itu, mulai bulan depan, Kementerian Keuangan akan meninjau secara langsung penggunaan anggaran di kementerian besar. Jika hingga Oktober serapan tidak optimal, dana tersebut akan dialihkan ke program yang lebih siap dan berdampak langsung kepada rakyat. “Saya tidak mau ada uang menganggur di kas negara,” kata Purbaya.
Dalam kesempatan itu, Menkeu juga menyampaikan pesan kepada generasi muda tentang pengelolaan keuangan pribadi. Ia mengingatkan agar tidak terjebak pada fenomena fear of missing out (FOMO) dalam berinvestasi. “Kalau mau berinvestasi di instrumen apapun, pelajari dulu dengan benar. Jangan ikut-ikutan orang. Kalau paham, pasti lebih berhasil,” jelasnya. Ia pun menambahkan, belanja tidak dilarang, bahkan boleh saja membeli barang mahal, asalkan sesuai kemampuan dan tidak sampai berutang.
Terkait koordinasi kebijakan, Purbaya menilai bahwa tidak adil jika semua tanggung jawab pertumbuhan ekonomi dibebankan pada kebijakan moneter. Menurutnya, diperlukan kerja bersama antara kebijakan fiskal dan moneter, tanpa harus mencampuri independensi Bank Indonesia. “BI tetap independen, tapi tentu ada concerted effort antara fiskal dan moneter agar saling melengkapi,” katanya.
Menutup keterangannya, Purbaya menegaskan bahwa arah kebijakan fiskal pemerintah adalah memastikan uang negara bekerja untuk rakyat, bukan berhenti di atas kertas. “Ilmu fiskal yang sehat sederhana saja. Kalau sudah dianggarkan, jalankan. Jangan didiamkan. Ekonomi butuh dorongan nyata,” ujarnya. (Ali)