Sujiwo Tejo Kritik Isu Perpanjangan Masa Jabatan Presiden

Sujiwo Tejo Kritik Isu Perpanjangan Masa Jabatan Presiden
Jakarta, obsessionnews.com - Budayawan Indonesia Sujiwo Tejo menyemarakkan acara Pembukaan Konsolidasi Nasional dan Bimteknas Pimpinan Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) se-Indonesia di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Rabu (23/3/2022) malam. Dalam acara itu Sujiwo bertindak sebagai dalang dalam pagelaran wayang kulit kontemporer dengan membawakan lakon Brajadentist Mbalelo.   Baca juga:Sambut Pesta Demokrasi 2024, MIPI Bahas Isu Perpanjangan Masa Jabatan PresidenHNW Tegaskan Perpanjangan Jabatan Presiden Rugikan Dunia UsahaHNW Kritik Wacana Referendum Presiden Tiga Periode     Dikutip dari keterangan tertulis Humas Fraksi PKS DPR RI, Kamis (24/3), dalam kesempatan tersebut Sujiwo mendalang sekitar dua jam. Tokoh yang dikenal sebagai Presiden Jancukers itu banyak menyinggung sejumlah isu yang saat ini sedang hangat dipernicangkan di tengah masyarakat. Salah satunya ialah dialog soal penundaan Pemilu dengan Presiden PKS Ahmad Syaikhu saat episode ‘goro-goro’. “Sikap PKS gimana, Pak?” tanya Sujiwo. “PKS tegas menolak penundaan Pemilu dan perpanjangan masa jabatan Presiden karena melanggar konstitusi,” jawab Syaikhu. Sejurus kemudian Sujiwo menanggapinya dengan memberi perumpamaan soal kepala dan peci yang kekecilan, yang secara implisit mengkritik rencana perubahan konstitusi untuk menambah masa jabatan Presiden. “Kalau kepala itu diibaratkan sebagai konstitusi, dan peci itu adalah kebutuhan. Saat kebutuhan itu tidak lebih besar, tidak cukup di kepala, maka apakah konstitusinya (kepala) yang harus dikecilkan (diubah)?” ujar Sujiwo. Ahmad Syaikhu mengucapkan terima kasih kepada Sujiwo Tejo yang telah berkenan untuk kembali mengisi acara PKS dan menyajikan pertunjukan yang sarat nilai dan pesan moral. “Kami berterima kasih kepada Mbah Tejo yang sudah memberikan pencerahan kepada kader PKS, bagaimana kader-kader PKS juga harus memahami budaya. Karena dulu wali songo juga menjadikan budaya, khususnya wayang seperti itu, bukan hanya sebagai sebuah tontonan semata, melainkan tuntunan,” tutur Syaikhu. (red/arh)