Jumat, 26 April 24

Sepak Bola Seharusnya Mempersatukan

Sepak Bola Seharusnya Mempersatukan
* Logo PSSI. (sumber foto: pssi.org)

Oleh: Tommy R. Arief, Mantan Direktur Media PSSI

 

Di belahan dunia lain, sepak bola menjadi perekat dan pemersatu. Tanpa memandang latar belakang dan perbedaan apapun. Di belahan dunia yang terbelit perang saudara seperti di beberapa negara Afrika, sepak bola bahkan menjadi kunci pemersatu.

Ketika Pantai Gading lolos ke Piala Dunia 2010, sang kapten Didier Drogba berbicara di televisi nasional sekitar 10 menit. Drogba meminta perang antarsuku yang sudah berlangsung puluhan tahun di negaranya diakhiri. Sebagai wujud kebanggaan nasional atas perjuangan Drogba cs, para pihak yang bertikai berhenti berperang. Bahkan sampai hari ini.

Pertanyaan yang menggelitik untuk kita semua adalah mengapa di Indonesia sepak bola justru menjadi alat “pemecah belah” antar masyarakat, suporter atau pendukung.

Padahal melalui pendirian PSSI 88 tahun lalu, sepak bola Indonesia dibangun melalui semangat kebangsaan yang mempersatukan seluruh elemen bangsa untuk mencapai kemerdekaan. Sepak bola menjadi alat pemersatu bangsa dalam membangun karakter nasional.

Tetapi mengapa kini anak-anak bangsa seolah terpecah belah dan saling membenci karena sepak bola? Bahkan anak-anak bangsa saling membunuh karena sepakbola.

Apapun alasannya, tindakan terkutuk seperti ini tidak bisa dibenarkan. Harus ada tindakan hukum yang sangat tegas kepada siapapun yang bertanggung jawab. Termasuk aktor intelektual yang selama ini seolah tersembunyi dari hukum.

Saya setuju keputusan BOPI dan KEMENPORA yang menghentikan sementara kompetisi Liga 1. Bagaimanapun dengan alasan apa pun, PSSI adalah pihak yang paling bertanggung jawab. Jika kita harus mengalami sanksi atau kondisi seperti Inggris yang “diisolir” dari ajang internasional selama lima tahun karena kelakuan brutal hooligans tahun 1985? Apakah semua bentuk kompetisi nasional dengan segala konsekuensinya, harus dihentikan selama lima tahun, sampai PSSI mampu menemukan formula yang tepat guna untuk urusan suporter?

Satu nyawa melayang tidak akan terbayarkan dengan dalih apa pun. Mengurus PSSI bukan pekerjaan sambilan. Apalagi hanya memanfaatkan PSSI sebagai wahana untuk mencapai target politik.

Budaya malu dan nilai moral adalah salah-satu landasan utama berdirinya PSSI oleh para pejuang sepak bola Indonesia.

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.