BCA Gandeng Hacker Topi Putih untuk Proteksi Serangan Siber dan Malware

Obsessionnews.com - Cyber crime atau keamanan siber mengancam transaksi keuangan digital dari tingkat sistem hingga pengguna akhir atau end user. Misalnya penipu mencuri data penting seperti identitas pribadi dan PIN akun keuangan. Ada juga kejahatan skimming untuk mencuri data dari kartu debit dan kredit untuk menguras saldo. Inilah sebabnya mengapa keamanan siber menjadi perhatian dari PT Bank Central Asia Tbk (BCA). Salah satu jurus jitu yang dilakukan bank swasta terbesar di Indonesia tersebut dalam melakukan proteksi adalah menggandeng hacker topi putih. "Pada waktu perbankan harus masuk ke dalam era digitalisasi, cyber security merupakan salah satu yang BCA perhatikan. Kami petakan kasus-kasus yang ada. Kemudian, kami melakukan proteksi dengan memberikan security yang berlapis mulai dari sistem, jaringan, bahkan untuk bisa menembus pada core engine BCA tidak mudah karena berlapis. Kami juga secara disiplin melakukan detection system supaya tidak mudah disusupi," ungkap Direktur BCA Santoso di BCA Expo 2023 Ice BSD City, Kabupaten Tangerang (8/9/2023). BCA, sambungnya, juga secara berkala melakukan peretasan bahkan bekerja sama dengan hacker topi putih, yakni tipe hacker yang tidak menggunakan keahliannya untuk melakukan kejahatan. Mereka secara aktif menggunakan pengetahuan peretasan mereka untuk membantu keamanan siber perusahaan dan pemerintah secara umum. "Niatannya baik untuk mencoba mengehack sistem BCA, mereka akan memberitahu kalau ada kelemahan-kelemahan sistem BCA. Dan kami bersyukur, tidak pernah mendengar dari mereka apa saja kelemahan-kelemahan yang ada di sistem kami. Selain itu hacker topi putih juga meng-update pada kami, apa saja tren dan teknologi baru yang digunakan oleh para hacker. Ini adalah cara di internal melakukan proteksi apabila ada pihak luar yang mencoba mengehack sistem kami," terang Santoso. Lebih lanjut dia mengungkapkan, ternyata serangan siber malah ditemukan dari sisi pengguna, yakni nasabah, bukan BCA. "Kami memaklumi karena tidak semua pengguna memahami teknologi. Tantangannya adalah bagaimana bank menyiapkan security yang cukup dan memadai agar nasabah yang melakukan proteksi. Saya menyebutnya konsep gembok dan kunci. Kuncinya banyak dan kombinasi agar tidak mudah dibobol. Mulai dari user ID, passwords, pin, untuk mengaktifkan harus pakai face biometric demi keamanan, hingga model pengamanan end-to-end. Beberapa step inilah yang kami lakukan," tegasnya. Tak kalah penting Santoso berpesan agar masyarakat berhati-hati terhadap aplikasi jahat di dalam device, baik gawai pintar, laptop, atau komputer. "Kalau ada WA, email, atau sesuatu yang mencurigakan jangan cepat mengeklik. Jangan mengunduh aplikasi yang tidak official karena rentan disusupi malware. Data-data tersebut bisa direkam dari jarak jauh dan bisa disalahgunakan. Hati-hatilah untuk kita berdevice saat ini. Edukasi ini yang kami lakukan agar nasabah menghindari serangan cyber," pungkasnya. (Gia)