Penggunaan AI dalam Jurnalisme, Akankah Menggeser Peran Wartawan?

Penggunaan AI dalam Jurnalisme, Akankah Menggeser Peran Wartawan?
Tampaknya di zaman teknologi yang berkembang pesat sekarang ini dengan munculnya kecerdasan buatan atau artificial inteligence (AI), wartawan (jurnalis) bisa membuat/menulis berita dengan meminta bantuan AI. Namun, terjadi pro dan kontra penggunaan AI dalam jurnalisme, seperti dilansir The Week. Bagi jurnalis alat AI baru Google memiliki kelebihan dan kekurangan. Jeff Jarvis, seorang profesor jurnalisme, mengatakan kepada The New York Times,"Jika teknologi ini dapat memberikan informasi faktual dengan andal, jurnalis harus menggunakan alat tersebut." Tapi, lanjutnya, jika alat tersebut disalahgunakan oleh jurnalis dan organisasi berita pada topik yang membutuhkan nuansa dan pemahaman budaya. Maka hal itu dapat merusak kredibilitas tidak hanya alat tersebut tetapi juga organisasi berita yang menggunakannya. Tapi, apakah AI bakal menggeser peran wartawan atau sebatas membantu pekerjaannya? Pertanyaan ini mengemuka pasca munculnya chatbot berbasis AI bernama ChatGPT pada November 2022. Teknologi yang dikembangkan OpenAI tersebut mampu menjawab pertanyaan yang diajukan dengan cepat dan membuat konten dari data yang dihimpunnya. Penggunaan AI untuk membantu kerja-kerja jurnalistik memang tak terbantahkan. Sejumlah perusahaan media pun sudah menerapkannya. Mesin ini mampu meringkas hasil wawancara dalam poin-poin penting yang memudahkan pekerjaan jurnalis. Namun, menyerahkan sepenuhnya pekerjaan jurnalistik pada AI juga bisa menjadi bumerang. Sebab, teknologi ini masih memiliki banyak keterbatasan, seperti dalam akurasi dan verifikasi sehingga berpotensi menabrak kode etik jurnalistik. Dosen Akademi Televisi Indonesia (ATVI) Jakarta Agus Sudibyo mengatakan, teknologi AI seperti ChatGPT tidak selalu bisa memberikan jawaban yang presisi. ”Teknologi ini memang membantu. Namun, cukup banyak jawabannya yang spekulatif. Padahal jurnalisme harus memberikan informasi faktual. Jadi, tidak semua hal bisa diserahkan pada mesin,” jelasnya. Tetap harus diedit manusia Memang AI memungkinkan pengguna menghasilkan artikel dalam skala yang lebih luas. Namun, jika tidak diedit dan diperiksa dengan hati-hati, dapat menyebarkan informasi yang salah dan memengaruhi persepsi artikel yang ditulis secara tradisional. Pesaing Media? Profesor Jurnalistik dan Komentator media Jeff Jarvis mengatakan, alat baru Google memiliki potensi kelebihan dan kekurangan. “Jika teknologi ini dapat memberikan informasi faktual dengan andal, jurnalis harus menggunakan alat tersebut,” kata pria yang juga menjabat Direktur Tow-Knight Center for Entrepreneurial Journalism di Sekolah Pascasarjana Jurnalistik Craig Newmark, City Universitas of New York. Sebaliknya, lanjut Jeff, teknologi AI milik Google dapat merusak kredibilitas jurnalis dan organisasi berita, jika disalahgunakan pada topik yang membutuhkan nuansa dan pemahaman budaya. Organisasi berita di seluruh dunia sedang bergulat dengan keputusan apakah akan menggunakan alat kecerdasan buatan di ruang redaksi mereka atau tidak. Perusahaan media Amerika Serikat seperti, The Times, NPR, dan Insider, telah memberitahu karyawan bahwa mereka berniat untuk mengeksplorasi potensi penggunaan teknologi AI. Itu digunakan untuk melihat bagaimana produk mungkin diterapkan ke ranah berita sensitif secara bertanggung jawab, di mana hitungan detik dan akurasi adalah yang terpenting. Meski demikian, teknologi AI milik Google ini juga pasti akan memicu kecemasan di antara jurnalis yang menulis artikel mereka sendiri selama beberapa dekade. Beberapa organisasi berita, termasuk The Associated Press, telah lama menggunakan AI untuk memproduksi berita, termasuk terkait laporan pendapatan perusahaan. Namun, penggunaan AI tetap menjadi bagian kecil dari artikel layanan, dibanding artikel yang dihasilkan oleh jurnalis. Rekam jejak bermasalah Google dengan media Sulit untuk menilai apakah alat tersebut bertanggung jawab seperti klaim Google tanpa melihatnya. Namun, contoh media baru-baru ini yang menggabungkan AI "menunjukkan kelemahan mencoba menggunakan mesin untuk dengan berani membuat kesalahan yang sudah lebih dari mampu dilakukan oleh jurnalis manusia sendiri, terima kasih," tulis Richard Lawler di The Verge. Selain itu rentang perhatian Google yang berubah-ubah untuk produk baru mungkin menjadi perhatian bagi siapa pun yang mempertimbangkan alat tersebut, jelas Lawler. Belum lagi industri media secara keseluruhan memiliki lebih dari beberapa masalah dengan Google, tidak peduli berapa banyak janji yang dibuat tentang paparan Google News untuk surat kabar lokal. Penerbit berita harus berhati-hati dengan Google, kata Jason Kint, kepala eksekutif grup lobi berita online Digital Content Next, kepada The Washington Post. Alatnya menarik dan harus dieksplorasi. Namun, penerbit harus memperhatikan sejarah panjang Google dalam memanen materi hak cipta mereka dan data pengguna mereka dengan cara yang memaksimalkan keuntungan dan kepentingan Google sendiri. Terlalu Dini Tampaknya terlalu dini untuk memperkenalkan AI ke jurnalisme "Kami telah melihat bahwa LLM yang menggerakkan alat AI seperti ChatGPT atau Google's Bard dapat menghasilkan informasi yang salah secara faktual," kata Hany Farid, seorang profesor ilmu komputer di University of California di Berkeley dan anggota Lab Kecerdasan Buatannya. “Melepaskan model-model ini di bidang jurnalisme yang kritis dan sering kali berderak waktu tampaknya terlalu dini,” tambah Farid. "Kami semua untuk kemajuan teknologi membantu reporter dan editor kami melakukan pekerjaan mereka," kata Vin Cherwoo, presiden News Media Guild, kepada The Associated Press. "Kami hanya tidak ingin AI melakukan tugasnya. Yang paling penting bagi kami adalah melindungi pekerjaan kami dan menjaga standar jurnalistik," tambahnya. Kelebihan dan Kekurangan Produk AI Penulis Berita Milik Google Perusahaan raksasa teknologi Google mengembangkan produk teknologi AI yang mampu menulis artikel berita. Produk tersebut diklaim bisa menjadi asisten yang membantu jurnalis menyelesaikan pekerjaannya. Berdasarkan laporan The New York Times, alat yang dikenal dengan nama Genesis itu dapat mengambil informasi dan detail peristiwa terkini, hingga akhirnya menghasilkan konten berita. Tiga orang yang mengetahui informasi menyebutkan, Google mendemonstrasikan penggunaan produk AI itu ke perusahaan berita Amerika Serikat, di antaranya The New York Times, The Washington Post, dan pemilik The Wall Street Journal, News Corp. Perusahaan AI Gunakan Data Media Tanpa Izin Perusahaan menjalin lebih banyak kemitraan dengan organisasi berita di berbagai negara, di bawah program News Showcase. Penerbit dan pembuat konten lainnya mengkritik Google dan perusahaan AI karena menggunakan puluhan tahun artikel dan postingan mereka untuk membantu melatih sistem AI, tanpa memberi kompensasi kepada penerbit. Organisasi berita termasuk NBC News dan The Times mengambil posisi menentang AI yang menyedot data mereka tanpa izin. Mampu Menulis Berita, Tapi AI Bukan Pesaing Media Google mengembangkan produk teknologi AI yang mampu menulis artikel berita. Produk tersebut diklaim bukan menjadi pesaing media, melainkan bisa menjadi asisten yang membantu jurnalis menyelesaikan pekerjaannya. Berdasarkan laporan The New York Times, alat yang dikenal dengan nama Genesis itu dapat mengambil informasi dan detail peristiwa terkini, hingga akhirnya menghasilkan konten berita. Tiga orang yang mengetahui informasi menyebutkan, Google mendemonstrasikan penggunaan produk AI itu ke perusahaan berita Amerika Serikat, di antaranya The New York Times, The Washington Post, dan pemilik The Wall Street Journal, News Corp. Seorang sumber mengatakan Google meyakini produk itu dapat berfungsi sebagai asisten pribadi bagi jurnalis dengan mengotomatisasi beberapa tugas untuk mempersingkat waktu kerja. Perusahaan teknologi raksasa ini juga memandang produk AI ini sebagai teknologi yang bertanggung jawab dan dapat membantu mengarahkan industri penerbitan menjauh dari jebakan AI Generatif. Beberapa eksekutif yang melihat promosi Google menilai produk ini meresahkan. Mereka bahkan meminta untuk tidak disebutkan namanya saat mendiskusikan masalah rahasia. Juru Bicara Google Jenn Crider mengatakan, pihaknya sedang dalam tahap bermitra dengan penerbit berita, terutama penerbit kecil, untuk mengeksplorasi ide dan menyediakan alat yang diaktifkan AI. Tujuannya, untuk membantu jurnalis merampungkan pekerjaan mereka. “Sederhananya, alat ini tidak dimaksudkan untuk, dan tidak dapat, menggantikan peran penting yang dimiliki jurnalis dalam melaporkan, membuat, dan memeriksa fakta artikel mereka,” tegas Jenn. Sebaliknya produk dapat memberikan opsi untuk tajuk utama dan gaya penulisan lainnya. (Dari berbagai sumber/Red)