Agar Tak Mati, UMKM Harus Lakukan Digitalisasi

Agar Tak Mati, UMKM Harus Lakukan Digitalisasi
Jakarta, Obsessionnews.com - Digitalisasi sangat penting bagi pelaku UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) agar tetap survive (tidak mati) atau tidak ketinggalan dalam menjalankan usahanya di era digitalisasi apalagi di masa pandemi Covid-19. Demikian solusi alternatif pada umumnya yang disampaikan narasumber dalam webiinar “UMKM Summit 2021” yang digelar Obsession Media Group (OMG) pada Sabtu (6/11/2021). Kepala Grup Pengembangan dan Inklusif Bank Indonesia (BI) Bandoe Widiarto mewakili Gubernur BI, mengatakan bahwa pada umumnya UMKM yang tetap survive adalah menjalankan usahanya melalui digitalisasi.   [caption id="" align="alignnone" width="640"] Kepala Grup Pengembangan dan Inklusif Bank Indonesia (BI) Bandoe Widiarto[/caption]   Ia ungkapkan, dari 87,5 persen UMKM yang survive ada 21 % yang lakukan digitalisasi transformasi usahanya secara digital. "Jadi, harus kreatif dan optimis," paparnya. Direktur BCA John Kosasih menegaskan, UMKM memiliki peran strategis bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Agar tetap survive, BCA mendorong UMKM untuk melakukan digitalisasi dalam promosikan perdagangan. Yang survive, lanjut dia, UMKM yang lakukan penjualan secara online (digitalalisasi) yang terkena dampak dari Covid-19, sehingga ke depan perlu digitalisasi. "Penjual ekspor dengan digital UMKM bisa survive hingga saat ini. Ke depan perlu digitalisasi UMKM yang tahan banting dengan penjualan digital," bebernya. "BCA berperan meningkatkan dukungan percepatan pertumbuhan UMKM. BCA punya e-chanel seperti e-banking, mobile banking dan sebagainya yang bisa digunakan nasabah UMKM,," jelasnya pula. Disampaikan pula, UMKM mau tidak mau harus masuk digital platform, apalagi di masa pandemi harus gunakan e digital. "UMKM Festival kita bantu bagaimana promosikan produknya masuk dalam e komersial," tambahnya. Aryani dari BNI mengemukakan, pandemi Covid-19 memaksa digital economics dan ini merupakan kesempatan untuk mendorong UMKM dalam pasar digital. Oleh karena itu, BNI mewujudkan X-Pora bagi UMKM untuk jaringan perdagangan domestik dan internasional yang luas. "UMKM didukung digital platform. Undang pelaku UMKM masuk ke digital platform X-Pora untuk penuhi pasar di luar negeri," pungkasnya. Pelaku usaha pengrajin keramik UMKM dari Salatiga, Roy Wibisono selaku CEO Naruna Ceramik memaparkan, melalui pemasaran/penjualan digitalisasi ke luar negeri, omzet usahanya naik 22:kali lipat atau 2.200 persen selama pandemi. Melalui digitalisasi, produk keramiknya diekspor ke India, Inggris, Norwegia dan lainnya, dengan pangsa menengah ke atas. Padahal, ungkap dia, sebelum pandemi saja usaha keramik di Indonesia banyak yang ambyar (ambruk). "Agar menang kita harus kuat di semua lini dan digitalisasi," tegasnya. Ia pun membuat barang keramik yang menarik dengan inovatif dan memasarkannya melalui digital. Dalam pemasarannya produknya di online tesebut ternyata dikunjungi jutaan viewer (pengunjung). "Kita kuat di online dikunjungi jutaan viewers, dan juga kuat di offline dikunjungi sampai 5.000 orang," ungkapnya. Sementara itu Deputi Bidang Usaha Mikro Kemenkop dan UMKM Edy Satria mengaku, pihaknya membuat program khusus untuk pelaku UMKM dalam digitalisasi dan pemasaran ekspor. "Ada program pelatihan di Kemenkop ke digital," tandasnya. Wakil dari Menteri Koperasi dan UKM ini pun mempersilakan pelaku UMKM yang meminta penjelasan hendaknya mengirim melalui WA atau IG nya. "Nanti akan saya jawab dan akan saya tindak lanjuti ke Deputi bidang UMKM di Kemenkop," janjinya. Pengusaha UMKM pengolahan produksi mosaik batu alam dan marmer, M Tarmudi sebagai Owner Tulungagung Stone Mosaics memberikan langkah-langkah solutif yang bisa dilakukan dalam ekspor produk UMKM ke luar negeri di masa pandemi Covid-19. Meski di masa pandemi dia mampu meramaikan pasar global dengan mengekspor produknya ke berbagai negara tujuan. Di antaranya, Florida, Miami (Amerika Serikat), Kanada, Australia, dan negara lainnya. Ia mengaku, selama pandemi ada penurunan hasil penjualan. "Sembilan bulan masih agak sepi ekspor ke luar negeri karena kendala lockdown di semua negara tujuan ekspor, maka kita buat stok produksi serta menganalisa apa yang ramai setelah pandemi," ujar Tarmudi. Selanjutnya, jelas dia, mengubah strategi pemasaran saat pandemi menjadi digital imarketing dan ternyata sangat berperan dalam perdagangan internasional. "Digital marketing perlu dijalankan untuk pemasaran," tegasnya. CEO Koinwork, Benedicto Haryono mengungkapkan, banyak UMKM yang tutup karena menjalankan usahanya secara off line, maka yang ingin survive harus beralih ke online. Sekarang, untuk pencatatan keuangan saja startup, hingga kirimkan produknya ke internasional. "Kalau usahanya secara offline, hanya menjangkau 5 kilometer, sedangkan kalau beralih ke online digital bisa mencakup internasional. Karena itu harus adaptasi dari offline ke online, apalagi semua orang sudah punya smartphone sehingga harus digital," tuturnya. Bahkan melalui digitalisasi, pengrajin tas dan lain-lain dari bahan enceng gondok sudah merambah ke internasional dan tetap survive (tidak mati usahanya) meski di masa pandemi Covid-19. Pada kesempatan webinar ini, pemilik UMKM Sahabat Alam Handycraft, Ieko Damayanti juga memaparkan, dengan usaha melalui digitalisasi pihaknya sudah berhasi ekspor produknya ke Los Angeles Amerika Serikat, Ukraina dan Jepang. Menurutnya, pelaku UMKM harus menumbuhkan semangat kewirausahaan dan dayasaing yang tangguh di era digitalisasi, apalagi di saat pandemi Covid-19. "Kita harus ubah mindsite di era pandemi. Harus ada inovasi agar usaha diterima masyarakat dan harus aktif ketika usaha tidak laku harus putar otak di era digital," tandasnya. OMG adalah kelompok media yang membawahi Majalah Men’s Obsession, Majalah Women’s Obsession, situs mensobsession.com, situs womensobsession.com, situs obsessionnews.com, situs muslimobsession.com, dan channel Youtube TV OMG. (Red)