Ujian Sidang Tesis, Ketum Parmusi Dicecar Dosen UIN Jakarta

Jakarta, Obsessionnews.com - Ketua Umum Parmusi (Persaudaraan Muslimin Indonesia) H. Usamah Hisyam dicecar sejumlah pertanyaan oleh dua dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jumat (6/9/2019). Dua dosen tersebut merupakan penguji pada ujian sidang tesis Usamah berjudul “Dinamika Komunikasi Dakwah Parmusi di Perbatasan NTT-Timor Leste”. Tesis ini menjadi tugas akhir Usamah di Pascasarjana Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Baca juga: Ketum Parmusi Resmi Sandang Gelar MagisterUsamah Hisyam: Kader Parmusi Wajib Jaga dan Rawat NKRIUsamah Hisyam: Sabar, Semoga Allah Berikan Pemimpin Terbaik Materi ujian antara lain menyinggung soal gerakan dakwah Parmusi di perbatasan NTT-Timor Leste dan sejumlah daerah lainnya di Tanah Air. Salah seorang dosen penguji, Arief Subhan, melemparkan pertanyaan soal da’wah bil lisan, da’wah bil hal, dan da’wah bil kitabah yang dipaparkan Usamah. Padahal metode dakwah yang dikenalkan UIN Jakarta, menurutnya, secara umum hanyalah menyentuh da’wah bil lisan dan da’wah bil hal, meski ada turunan dari dua jenis dakwah tersebut. “Lalu, apa yang dilakukan Parmusi dalam mengimplementasikan dua jenis dakwah tersebut?” tanya Arief. Menjawab pertanyaan itu, Usamah menjelaskan bahwa ketiga metode dakwah tersebut secara bersamaan dilakukan dalam manhaj dakwah Parmusi, yakni Desa Madani. Menurut Usamah, selain diwajibkan piawai berdakwah dengan lisannya melalui ceramah agama dan khotbah, para Dai Parmusi juga harus mampu melaksanakan da’wah bil hal dan da’wah bil kitabah. “Para Dai Parmusi mendapatkan gemblengan khusus selama satu bulan penuh agar menguasai seluruh materi sehingga dapat dipraktikkan di Desa Madani yang dikelola,” jawab Usamah. Pasalnya, lanjut Usamah, program Desa Madani Parmusi mengusung empat pilar, yakni meningkatkan iman dan takwa;pemberdayaan ekonomi umat;pemberdayaan sosial;dan peningkatan kualitas pendidikan. Oleh karenanya, para Dai Parmusi wajib menguasai seluruh materi agar bisa membangun empat pilar tersebut di desa yang dikelolanya. “Jika keempat pilar itu tidak bisa dilaksanakan, maka gagal program Desa Madani tersebut,” tandas Usamah. Selanjutnya, Arief bertanya soal minimnya informasi terkait profil Parmusi dalam tesis yang disusun Usamah. Padahal menurutnya, profil Parmusi sangat substansial agar masyarakat mengetahui Parmusi dan perkembangannya. “Apalagi Parmusi mengalami perubahan identitas. Saya dulu tahunya Parmusi adalah sebuah partai politik, bukan ormas Islam,” kata Arief. Terkait hal ini, Usamah berjanji akan memberikan tambahan informasi agar profil Parmusi yang disampaikan lebih paripurna. Utamanya terkait perubahan identitas, di mana Parmusi saat ini mengusung dakwah oriented, berubah dari Parmusi sebelumnya yang mengusung political oriented. Halaman selanjutnya Pemilihan sample yang digunakan Usamah, juga menjadi bahan pertanyaan. Arief kembali menanyakan soal ini, karena menurutnya, sample yang diambil harus berdasarkan alasan yang jelas dan bisa dipertanggungjawabkan. “Dari mana sample ini? Kriterianya masih harus dipertajam lagi. Karena jika pengambilan sample salah, maka runtuhlah seluruh hasil penelitian ini,” tegas Areif. Terkait hal ini, Usamah pun berjanji akan memperbaikinya. Ia hanya menyampaikan bahwa di mana 20 orang yang dipilihnya sebagai sample merupakan kebutuhan penelitian. Sample yang diambil adalah 6 dai Parmusi, 9 jamaah, 1 pendeta, 2 tokoh nonmuslim, dan 2 masyarakat nonmuslim. Terakhir, Arief mengapresiasi hasil penelitian Usamah yang diakuinya sebagai sebuah penelitian yang bisa dijadikan buku. Penelitian yang dilakukan Usamah disebutnya sangat menarik dan bisa menjadi guideline aktivis atau lembaga dakwah lainnya. Saran untuk Usamah juga datang dari dosen penguji Tantan Hermansah. Kaprodi Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini menyarankan agar perlunya Parmusi bekerja sama dengan ormas-ormas Islam lainnya, termasuk juga lembaga pendidikan. “Pergerakan Parmusi juga pastinya membutuhkan dukungan dari pihak-pihak lain, seperti MUI, NU, Muhammadiyah, Persis, Hidayatullah, dan juga perguruan-perguruan tinggi seperti UIN Jakarta ini. Saran saya, Parmusi membuka kerja sama agar dapat saling melengkapi kegiatan dakwah masing-masing ormas,” kata Tantan. Halaman selanjutnyaDesa Mandiri vs Desa Madani Tantan juga menyoroti kiprah Parmusi dalam program Desa Madani yang disebutnya bentuk lain dari program pemerintah. Menurutnya, pemerintah memiliki visi menyejahterakan desa melalui program Dana Desa yang diatur dalam UU No 6 Tahun 2014 tentang Desa, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Program ini diciptakan untuk mewujudkan upaya-upaya pemberdayaan di sejumlah sektor, antara lain ekonomi, infrastruktur, sosial, dan budaya guna menciptakan Desa Mandiri. Terkait hal ini, Usamah mengatakan, Desa Madani yang dikelola Parmusi memiliki beberapa keunggulan dibandingkan Desa Mandiri. Selain program yang lebih terukur juga aliran dana yang lebih efesien. “Desa Madani Parmusi dengan hanya membutuhkan beberapa juta rupiah saja, insya Allah, sudah bisa jalan. Bandingkan dengan Desa Mandiri yang untuk pengelolaannya dibutuhkan lebih banyak uang,” jelasnya. Terakhir, Tantan mengingatkan pentingnya rekomendasi untuk eksternal. Hal ini untuk memberikan dorongan agar ada penelitian serupa, baik terhadap Parmusi atau ormas Islam berbasis dakwah lainnya. Keberhasilan Usamah melewati ujian di sidang tesis ini mendapat ucapan selamat dari pembimbing tesis, Sihabuddin Noor. Kaprodi KPI sebelumnya ini bahkan mendorong Usamah untuk segera melanjutkan pendidikan doktoralnya. “Pak Usamah ini senior saya. Tapi soal semangat, saya kalah dari beliau. Oleh karenanya saya menyarankan dan mendukung sekali Pak Usamah untuk lanjut ke S3 (strata 3),” ucap Sihabuddin. Ia juga meyakini bahwa gerakan Parmusi di bawah kepemimpinan Usamah akan terus berkembang. Apalagi Usamah tak hanya memahami dakwah secara praktis, tetapi juga menguasai materi dakwah secara akademis. “Saya percaya Pak Usamah dapat mewujudkan dakwah ala Parmusi ini. Apalagi di Parmusi juga banyak para dai senior yang memiliki banyak pengalaman,” pungkasnya. (Fath)