Dari Silat hingga Inovasi Digital: Arif dan Hervin, Potret Generasi Muda Inspiratif Penerima Karya Mahardika UPNVJ 2025

Dari Silat hingga Inovasi Digital: Arif dan Hervin, Potret Generasi Muda Inspiratif Penerima Karya Mahardika UPNVJ 2025
Salah satu wisudawan yang terpilih menerima Karya Mahardika Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta (UPNVJ) 2025 (Foto Dok. Humas UPNVJ)

Obsessionnews.com –Kesuksesan tidak datang dari satu jalur. Kisah dua wisudawan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”Jakarta (UPNVJ), Moh. Arif Fadhilah, S.Kom., dan Hervin Abydzar, A.Md.Kom., membuktikan bahwa prestasi bisa lahir dari ruang kelas, gelanggang olahraga, hingga arena kompetisi teknologi internasional. Keduanya terpilih sebagai Karya Mahardika UPNVJ 2025, sebuah penghargaan yang menegaskan kontribusi mahasiswa berprestasi di berbagai bidang.

Arif adalah sosok yang menemukan panggilan hidupnya melalui pencak silat. Awalnya ia tak pernah bercita-cita menjadi mahasiswa berprestasi, tetapi pengalaman ikut lomba pertama justru mengubah pandangannya. “Sejak ikut lomba silat pertama kali, saya ingin lebih konsisten berprestasi, bukan hanya untuk membanggakan diri, tapi juga orang tua,”ujar Arif. Meski harus berlatih enam hari seminggu tanpa libur semester, ia tetap mampu menyeimbangkan tanggung jawab akademik, termasuk mengikuti hackathon nasional. Hasilnya, ia sukses meraih medali di ajang pencak silat dan menembus Top 20 hackathon tingkat nasional, sebuah capaian yang menunjukkan disiplin, prioritas, dan keberanian mencoba. Dengan IPK 3,81 dan total 12 prestasi, Arif menegaskan bahwa peluang berprestasi terbuka lebar, asalkan berani mengambil langkah.

Sementara itu, Hervin memilih jalur berbeda. Kecintaannya pada pengembangan aplikasi dan dunia bisnis membawanya pada deretan 25 prestasi, meski baru 11 di antaranya tercatat resmi di laman UPNVJ. Prinsip Pareto Law menjadi pedoman utamanya: fokus pada 20 persen usaha yang mampu memberi 80 persen hasil. Momen titik baliknya datang ketika mengikuti Google Solution Challenge. “Saya sedang merasa down waktu itu, lalu lihat poster lomba di medsos. Saya coba ikut, ternyata lolos nasional bahkan masuk 100 besar internasional. Itu jadi semangat baru,”ungkap Hervin. Baginya, pengalaman tampil di kantor Google bukan hanya kemenangan, tetapi energi untuk terus bangkit, berbagi ilmu, dan menginspirasi teman-temannya agar berani melangkah di jalur kompetisi.

Kedua kisah ini menjadi cermin bahwa jalan menuju kesuksesan tidaklah tunggal. Arif menunjukkan bahwa olahraga tradisional sekalipun bisa menjadi gerbang menuju pengakuan akademik dan profesional, sedangkan Hervin menegaskan bahwa inovasi digital dan bisnis mampu membuka akses global. Meski berbeda jalur, keduanya memiliki benang merah yang sama: konsistensi, keberanian mencoba, dan tekad untuk tidak mudah menyerah.

Sebagai bagian dari Kampus Bela Negara, keduanya juga menanamkan nilai integritas, profesionalitas, dan semangat kolaborasi. Arif mengingatkan mahasiswa baru untuk tidak takut mencoba. “Kalau ada kesempatan, jangan ragu untuk ambil. Jangan takut gagal, karena gagal itu juga bagian dari proses,”katanya. Sementara itu, Hervin menegaskan pentingnya keberanian melangkah. “Kalau kita berani mulai, kesempatan itu akan datang. Tinggal bagaimana kita memanfaatkannya,”ujarnya.

Dari gelanggang silat hingga panggung global Google, Arif dan Hervin membuktikan bahwa generasi muda Indonesia mampu bersaing di berbagai bidang. Kisah mereka adalah undangan terbuka bagi mahasiswa lain untuk berani keluar dari zona nyaman, memanfaatkan setiap peluang, dan menorehkan prestasi. Karena sejatinya, keberhasilan bukan soal bidang yang dipilih, tetapi tentang keberanian untuk mencoba, disiplin menekuni, dan tekad membawa manfaat bagi banyak orang.