Sabtu, 27 April 24

Ramadhan Ajang Introspeksi Pemimpin

Bangsa Indonesia kini sedang dirundung banyak masalah. Tingginya eskalasi politik, makin maraknya korupsi dan suap, runtuhnya etika berbangsa, santernya radikalisme agama, kemiskinan, dan semakin mahalnya tingkat kejujuran di masyarakat adalah kenyataan yang menghiasi wajah Negeri Pertiwi saat ini.

Bulan Ramadhan idealnya menjadi sarana introspeksi bagi para pemimpin kita secara bersama-sama. Harapannya agar dapat merekap dan merekam pelajaran apa saja yang dapat di rasakan dan di terima selama menjalani ibadah puasa. Ibarat penelitian, ini merupakan penelitian terlibat. Ibarat survei, ini merupakan survei yang sekaligus mempraktikkannya dalam pengalaman. Bukan atas dasar pengamatan, tetapi atas dasar semua hal yang dialami dengan semua panca indera.

Dalam praktik ibadah puasa, esensi penting di dalamnya adalah kita dianjurkan untuk introspeksi. Bukan sekadar merenung, tetapi merenungkan apa yang telah dan sedang dilakukan seorang pemimpin selama satu setahun. Puasa sangat erat kaitannya dengan kejujuran. Puasa adalah perkara batin dan hati, bukan fisik dan yang tampak saja. Siapa yang tahu kalau, misalnya, kita bilang puasa kepada orang lain, tetapi di dalam kamar makan dan minum.

Di sini, puasa memerlukan kejujuran hakiki, karena langsung berhubungan dengan Allah SWT. Maka jadikanlah bulan ini sebagai awal menuju kebaikan dimasa mendatang dan titik tolak perubahan dari yang ada menuju yang lebih baik dan sempurna.

Seandainya setiap pemimpin dinegeri ini dengan sungguh-sungguh menyediakan waktu untuk merenungi penderitaan yang dialami oleh rakyat Indonesia, tentulah akan muncul pertanyaan yang wajib dijawab :

1. Apakah rakyat ridho dengan keadaan saya sebagai pemimpin sekarang ini ataukah tidak ?

2. Apakah rakyat menganggap amanah yang diberikan kepada kami sebagai seorang pemimpin telah mampu mencapai perubahan keadaan yang lebih baik atau malahan dalam keadaan lemah dan jauh dari kesempurnaan ?

Pertanyaan-pertanyaan terpendam di dalam jiwa seorang pemimpin haruslah dicarikan kesempatan untuk dibedah dan diintrospeksi serta direnungkan. Namun ironisnya kebanyakan para pemimpin kita tidak mau memberikan waktunya untuk merenungi dan mengintrospeksi dirinya tersebut, karena dua hal :

1. Tenggelam dalam kesibukan mencari kehidupan dunia.

2. Perenungan ini menuntut adanya kesiapan perubahan yang banyak tidak diinginkan oleh para pemimpin di negeri tercinta ini.

Upaya muhaasabah nasional (introspeksi nasional) sangat dianjurkan dalam syariat islam agar para pemimpin kita tidak tenggelam dalam kehidupan materi dan sibuk dengan kehidupan yang tiada batas. Anjuran ini diungkapkan khalifah Umar bin al-Khath-thab Radhiallahu’anhu dalam pernyataan beliau: “Muhasabah-lah terhadap dirimu sebelum kamu dihisab dan timbang-timbanglah sebelum kamu ditimbang”. Alangkah perlunya para pemimpin kita untuk Introspeksi diri untuk mengetahui kesalahan dan titik kelemahan dalam menjalankan pemerintahan, lalu dapat mendorong para pemimpin kita menjadi lebih baik. khalifah Ali bin Abi Thalib Radhiallahu’anhu mengajarkan kepada kita bahwa : Hasil dari introspeksi seorang pemimpin adalah perbaikan bagi seluruh rakyat yang dipimpinnya.

Selayaknya seluruh pemimpin negeri ini untuk menahan diri dari sikap seolah-olah. “Hentikan sikap pencitraan, sikap seolah-olah sudah memperhatikan rakyat, bulan Ramadhan saat yang tepat bagi seluruh pemimpin dan masyarakat untuk membersihkan diri dari segala sesuatu yang merusak diri dan bangsa. “Oleh karenanya para pemegang kebijakan di negeri ini untuk lebih memprioritaskan kejujuran sebagai basis utama untuk koreksi dan muhasabah sehingga dapat bertindak nyata untuk bangsa, di bulan Ramadhan harusnya para pemimpin di negeri bertanya kepada dirinya sendiri apakah sudah berhasil menciptakan keadilan dan kemakmuran?? ataukah hanya pencitraan semata. Jadikanlah bulan Ramadhan untuk menyucikan diri dari kotornya dunia pencitraan.

Islam mengajarkan kepada kita, bahwa tidak ada satu bulan yang menandingi Ramadhan. Bulan Ramadhan adalah bulan yang baik untuk melakukan muhasabah. Karena dibulan yang mulia ini bagi yang berpuasa dilarang makan dan minum serta syahwat lainnya yang biasa kita lakukan keseharian. Hal-hal ini tentunya dapat menumbuhkan kesadaran dan memberikan kesempatan untuk perbaikan diri. Ibadah-ibadah di bulan Ramadhan, seperti sholat malam adalah kesempatan untuk mendekat kepada Allah, membaca Al-Qur’an yang dianjurkan dibulan ini akan membantu terciptanya suasana kondusif untuk perbaikan diri kita, tentu jika kita melakukannya dengan tadabbur dalam membacanya dan memahami isi kandungannya serta komitmen dengan perintah dan larangannya. Sehingga ketika membaca ia senantiasa meresapi dari kandungan ayat yang dibacanya. Marilah kita gunakan kesempatan emas bulan Ramadhan ini untuk intropeksi secara Nasional, menuju Indonesia yang lebih baik. (Oleh : Ahmad Hadariy)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.