Sabtu, 27 April 24

Melanie Subono Bela Masyarakat Rembang

Melanie Subono Bela Masyarakat Rembang
* Melanie Subono. (Foto: Edwin/obsessionnews.com)

Cianjur,  Obsessionnews – Sorotan publik terhadap masyarakat pegunungan Kendeng, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, yang tengah menentang pendirian pabrik semen milik PT Semen Indonesia di wilayah itu mulai menguat sejak terjadinya bentrokan warga dengan aparat keamanan pada 16 Juni 2014. Ketika itu warga memblokade  acara yang disinyalir menjadi momen peletakan batu pertama pabrik. Peristiwa itu bisa disimak lewat video yang diproduksi Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) Rembang. (Baca: Dilema Pabrik Semen Kendeng)

Sejak peristiwa itu, masyarakat setempat yang didominasi ibu-ibu rumah tangga setia menggelar tenda di sekitar lokasi tapak pabrik. Mereka tak rela sumber mata air dan penghidupannya di pegunungan Kendeng dirampas.

Kasus ini kian menarik perhatian netizen, setelah Melanie Subono menginisiasi petisi online sebagai bentuk solidaritas. Selebriti yang dikenal peduli dengan isu-isu lingkungan itu mengarahkan petisinya kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya.

Berikut ini wawancara eksklusif obsessionnews.com dengan Melanie di sela-sela acara “Ngaruwat Bumi 2015” di kaki Gunung Geulis, Kampung Tunggilis, Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Rabu (29/4/2015) lalu. (Baca: Melanie Soebono Ikut Ngaruwat Bumi di Kaki Gn. Geulis)

Bisa diceritakan keterlibatan Anda terhadap sengketa di Rembang?

Gua bersama Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) masih berjuang untuk Rembang. Itu lumbung padi kita kok, sementara sekarang menjadi penyumbang bencana terbesar di Indonesia. Gunung bisa kebanjiran itu apa ceritanya?

Gua berjuang untuk Rembang sudah cukup lama. Sekarang kita sedang mengajukan banding bersama dengan Walhi. Sebanyak 109 mata air yang menghidupi 600 ribu warga bisa hilang karena pabrik semen. Begitu pula 49 goa, 4 sungai, 4 sungai bawah tanah, dan fosil-fosil Watuputih.

Kebutuhan semen di Indonesia per April 2015 ini berkurang 3,3%, sementara pabrik semen yang dibangun di Jawa Tengah itu orientasinya sudah ekspor, bukan untuk orang Indonesia. Jadi untuk apa? Jawa Tengah adalah daerah lumbung padi, andaikan acara seperti “Ngaruwat Bumi” ini bisa diterapkan bukan hanya dis ini, tetapi juga di daerah lain gua akan menghargai itu.

Apa pesan Anda untuk pemerintah?

Ini rumah kita. Gua nggak tahu gua yang gila atau gua yang salah. Dari SD kita diajarkan di UUD 1945 Pasal 33 ayat 3 yang menyatakan bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Jadi bukan untuk kantong orang semen, atau salah satu partai penguasa yang cuma bisa gendutin kantong mereka, yang kasarnya harta kan enggak dibawa mati. Buka matalah pemerintah. Ada badan internasional merilis kalau ini diteruskan pada tahun 2030-2050 sebagian daerah Jawa akan hilang dari petai. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pun sudah merilis itu. Mau dilanjutin? Dan pemerintah tahu itu. Pikir saja, pemerintah kan juga hidup di Jawa. (Gia)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.