Sabtu, 27 April 24

Gubernur BI: Indonesia Bukan Negara Gagal

Gubernur BI: Indonesia Bukan Negara Gagal

Jakarta, Obsessionnews.com – Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI melakukan pembahasan tentang Rancangan APBN 2017 dengan Gubernur Bank Indonesia (BI) di komplek parlemen, Senayan, Rabu (7/9/2016). Rapat gabungan Tim Anggaran Komite I, II, III dan IV DPD ini dihadiri Gubernur BI Agus DW Martowardojo dan Deputi Gubernur BI Ferry Warjiyo sebagai narasumber. Rencananya hasil rapat tersebut menjadi bahan pertimbangan RAPBN yang akan diserahkan DPD ke DPR RI.

Dalam pemaparannya Gubernur BI Agus Martowardojo menyampaikan bahwa Indonesia memiliki image positif di luar negeri. “Uang masuk ke indonesia dari 1 Januari 2016 sampai dengan 1 Agustus 2016 itu ada Rp160 triliun uang dana asing untuk beli saham, obligasi korporasi, dan sebagainya pada tahun lalu untuk periode yang sama hanya 45 triliun, ini menunjukkan image positif Indonesia diluar negeri,” paparnya.

Menurut Agus, Indonesia adalah satu satunya negara diantara 5 negara asia terbesar yang melakukan import lebih besar daripada ekspor, sehingga jika luar negeri bergejolak maka akan berpengaruh besar terhadap Indonesia. Andai Indonesia dapat melakukan ekspor lebih besar dari impor maka Indonesia akan punya daya tahan yang lebih baik.

Pada kesemptan itu, Anggota DPD RI Ahmad Muqowam menanyakan soal pemangkasan anggaran. Gubernur BI pun menjawab tak ada pemangkasan terhadap anggaran MPR, DPR dan DPD RI. “Soal pemangkasan, MPR, DPR dan DPD tidak akan dipangkas, yang sebelumnya dipangkas 226 triliun. Saya kira ini harus menjadi perhatian,” jawab Agus.

“Dan kemudian kualitas regulasi kita adalah peringkat 78 dari 128 negara, padahal kita berinteraksi dengan internasional. Terakhir dari tax amnesty jika targetnya sampai bulan maret 2017 kita dapat 165 triliun itu sepertinya hal yang agak mustahil, dan hal ini akan berakibat kepada Pemotongan gelombang ketiga karena masih mungkin terjadi,” tambahnya,

Agus menegaskan, salah satu dari 13 poin negara gagal adalah masalah keuangan. Namun, menurut dia, Indonesia bukan negara yang gagal. “Indonesia ini gagal atau tidak, di tengah ekonomi dunia yang lemah, kinerja Indonesia miliki pertumbuhan ekonomi yang baik karena 5,8 % dalam 10 tahun terakhir. Sedangkan Rusia minus 7,3%, Brazil minus 4,8 %, tapi kita masih baik karena kekuatan kita penduduknya besar dan saat itu kita punya harga komoditi yang tinggi,” jelasnya.

“Diasumsikan bahwa tebusan tax amnesty 165 triliun kalo diterima sepertiganya bagaimana, nah sampai semester satu itu rata rata 5%, untuk semester 2 penerimaan pajak kita tidak seperti direncanakan. Dan memang ekonomi dunia sedang mengkoreksi pertumbuhan ekonomi dunia dari 3,8 % menjadi 3,2% bahkan di world bank diturunkan 2,8%, dan kami melihat jika di semester 2 dipotong anggaran sampai 200 triliun maka akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang melemah,” ujar Agus.

Hal lain yang diperhatikannya adalah ekspor dari Indonesia masih mengandalkan komoditi mentah, padahal saat ini harga komiditi mentah dunia melemah.

Menurut pandangan BI Indonesia juga harus tetap hati hati karena tax amnesty belum mencapai target, sehingga berdampak kepada pemotongan anggaran APBN.

BI juga menghimbau agar sistem perpajakan progresif harus dijaga, “Bagi yang berpenghasilan besar harus dikenakan pajak yang besar, tapi bagi yang punya penghasilan kecil dikasih kebebasan untuk nominal tertentu,” ungkap Agus.

Agus juga menghimbau agar masyarakat jangan konsumtif, “Jangan jadi negara yang hanya konsumtif dan tidak berproduksi, jangan hanya jual komoditi mentah yang mana sampai sekarang juga masih, kita harus lakukan nilai tambah untuk kedepan,” tukasnya

Terkait dengan reformasi struktural Gubernur BI meminta agar membenahi diri, “Kita mesti perbaiki 3 hal yaitu pangan, energi dan air, dan kita perbaiki daya saing industri kita, bayangkan 15 tahun kita mengalami penurunan industri karena infrastruktur dan sumber daya manusia jelek yang minta kenaikan gaji dan tidak diikuti oleh kinerja yang baik. Infrastruktur harus dibangun pemerintah dan swasta, kita perbaiki daya saing dan industrialisasi yang dapat menyerap tenaga kerja, industri yang bisa bersaing dengan negara lain di dunia,” jelas Agus.

Sektor lain yang bisa mendongkrak perekonomian Indonesia menurut Agus salah satunya adalah Pariwisata, “Kalau kita bisa kelola pariwisata dengan baik maka bisa berdampak besar di pertumbuhan ekonomi, lapangan udara harus bisa 24 jam, turis bebas visa misalnya maka itu bisa menaikkan pendapatan Indonesia secara signifikan dari sektor pariwisata,” ungkapnya.

Diakhir pemaparan Agus menyampaikan bahwa Indonesia juga harus berbenah di bidang kelautan, “Indonesia 75% wilayahnya laut jadi industrialisasi perikanan juga harus bangkit, perbaikan perijinan, perbaikan penggunaan teknologi, perbaikan sumber daya manusia dan ketersediaan dana untuk pembangunan juga diperlukan agar saling mendukung,” tutupnya. (Red)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.