Saya tidak yakin anak-anakku di Ormas di atas kehilangan kepeduliannya kepada nasib dan masa depan Bangsa. Dulu kalian adalah generasi muda yang sangat peduli kepada Negara. Bapak mengira bahwa kalian punya persepsi, bahwa Bangsa ini aman-aman saja. Tak ada situasi yang perlu dirisaukan/dicemaskan berlangsung.
Bapak menyarankan kalian secara intensif menghayati kejadian demi kejadian lewat medsos dan sebagainya, agar kepahaman terhadap bahaya masa depan Bangsa itu bisa dimengerti.
Bapak juga hingga 7 bulan yang lalu tenang-tenang saja, tapi setelah mencermati kasus Ahok yang terkesan sangat diproteksi oleh Pemerintah…, penyikapan terhadap kebangkitan PKI yang bias (Bapak saksi hidup peristiwa G 30 S PKI)…, dan kasus Reklamasi yang memiliki tendensi berelasi dengan kooptasi Cina seperti terjadi di Tibet, Zambia, Ceylon, Anggola dan lain-lain…, maka realisasi awal dari Proxy War sangat kental telah melanda Bangsa Indonesia.
Dan tren yang berkembang tersebut hanya bisa dibendung sejak dini, tatkala ia masih embrional. Kita mesti waspada dan bertindak pro aktip mengeliminasi gelombang dominasi Cina itu.
Anak-anakku, masih banyak lagi fakta dan indikasi yang bisa ditemukan untuk memperkuat asumsi di atas. Tolong kalian aktiflah mencarinya.
Tak ada gunanya bagi Bapak yang usianya sudah 74 tahun berceloteh soal Bangsa seperti ini. Ini adalah wujud kecemasan yang paling dalam dari Bapak, karena pengalaman tugas yang lama. Karenanya Bapak dapat mengenal lebih dini bahaya Bangsa ini yang dapat melanda Anak, cucu dan cicit kita kelak.
Semoga bisa memberikan kepahaman kepada kalian.
@Syarwan
Letjen TNI (Purn) Syarwan Hamid
Mantan Menteri Dalam Negeri RI
