Sabtu, 27 April 24

Virus Corona, Keturunan Tionghoa Alami Sentimen Rasis

Virus Corona, Keturunan Tionghoa Alami Sentimen Rasis
* Seorang penulis China-Prancis menyebut sikap permusuhan yang dipicu oleh virus corona ini sebagai "serangan terhadap China" (BBC)

Akibat wabah virus corona, keturunan Tionghoa di Prancis dan Kanada mengalami sentimen rasis, orang Tionghoa di negara tersebut disamakan dengan virus.

Warga keturunan Tionghoa di Prancis dan Kanada mengatakan mereka mengalami perlakuan rasis di tengah merebaknya wabah virus corona.

Di Prancis mereka menggunakan tagar JeNeSuisPasUnVirus (saya bukan virus) di media sosial, sedangkan di Kanada, muncul serangan daring terhadap restoran China di sana.

Saat ini, di China telah terjadi 6.000 kasus infeksi virus corona dan 132 orang meninggal.

Di Prancis, empat kasus sudah dipastikan, sedangkan di Kanada ada tiga kasus.

Sentimen rasis terhadap warga keturunan Tionghoa sudah dilaporkan terjadi di beberapa negara, termasuk Prancis dan Kanada.

“Saya orang China dan saya bukan virus!”
Di Prancis warga keturunan Tionghoa sempat marah ketika surat kabar lokal Le Courier Picard memajang berita utama “Alerte jaune” (Waspada Kuning) dan “Le péril jaune?” (Bahaya Kuning?), dilengkapi foto perempuan China memakai masker pelindung.

Surat kabar ini bergegas minta maaf, menyatakan mereka tak bermaksud menggunakan “stereotip buruk Asia”.

Stéphane Nivet, kepada Licra (Liga internasional anti rasisme dan anti-semitisme), mengatakan tak akan ada surat kabar berani memakai judul berita “Waspada Hitam” menandakan memang ada masalah rasisme di situ.

Seiring menyebarnya tagar, seorang perempuan di kota Colmar, Cathy Tran, menyatakan ketika ia berangkat kerja ia sempat mendengar dua pria mengatakan, “Awas. Ada perempuan China ke arah kita.”

“Ketika sedang pulang kerja, seorang pria naik skuter melewati saya sambil berseru agar saya memakai masker,” kata Cathy kepada BBC.

Lou Chengwang juga bercuit di Twitter: “Saya orang China dan saya bukan virus! Saya tahu kita semua takut pada virus, tapi mohon jangan pelihara prasangka buruk.”

Prancis berencana untuk mengirim pesawat ke Wuhan hari Kamis (30/01) untuk mengevakuasi sekitar 250 orang, termasuk warga Uni Eropa non-Prancis.

Kasus keempat di Prancis disebut-sebut menimpa seorang turis China usia lanjut yang sedang berlibur di Paris.

Sentimen ini diarahkan tidak hanya kepada orang China.

Shana Cheng, warga Paris keturunan campuran Vietnam-Kamboja, mengatakan kepada BBC ia juga dipermalukan oleh penumpang bus hari Minggu (26/01).

“Ada perempuan China! Dia bakal menulari kita. Dia harus pergi,” Shana mendengar seorang penumpang berkata begitu. Menurut Shana, orang-orang memandangnya “dengan muka jijik, seakan-akan ia virus”.

Shana bilang tak ada penumpang bus yang membelanya. Maka ia memutuskan untuk mengabaikan saja komentar itu sambil mendengar musik.

Shana mengaku ia malah sengaja pura-pura batuk dan mendengus “untuk sengaja mempermainkan” orang-orang di bus, katanya.

Cathy Tran mengatakan ia tak kaget akan reaksi orang-orang, dan virus corona jadi alasan orang bersikap rasis.

Bedaya, menurut Cathy, ia belum pernah mengalami derajat rasisme seperti sekarang ini.

“Jarang kami mendengar orang-orang Asia di Prancis bicara soal rasisme, karena kami biasa mengalami ini sambil berdiam diri. Namun kini kami merasa bersama, dan ini sudah kelewatan,” katanya.

Kanada
Sementara itu di Kanada, beberapa media melaporkan adanya sentimen rasisme terhadap warga China di sana, terutama di kota Toronto.

Pengguna Twitter asal Toronto, Terry Chu, dan beberapa ibu lainnya khawatir akan “gelombang rasisme yang tak terhindarkan” seiring menyebarnya virus corona.

Saat ini sudah ada tiga kasus virus corona yang dipastikan di Kanada, dan ketiganya berasal dari China. Namun komunitas China di sana sudah menjadi sasaran rasisme.

Di York, pinggiran kota Toronto, sejumlah orang tua siswa mengedarkan dan menandatangani petisi daring yang meminta siswa yang baru kembali dari China dalam 17 hari terakhir, dilarang masuk ke sekolah.

Hari Senin (27/1), pihak sekolah mengeluarkan surat mengutuk petisi tersebut di tengah kekhawatiran para siswa akan diincar di sekolah karena etnis mereka.

Sentimen rasis terhadap orang China pernah terjadi di Kanada seiring wabah SARS pada tahun 2003 lalu.

Saat panik terjadi akibat wabah tersebut, banyak bisnis orang China di Kanada mengalami kemerosotan penghasilan.

Kota Toronto sendiri mengalami kerugian yang diperhitungkan sebesar 1 miliar dolar Kanada akibat penduduk dan turis menghindari kota ini, terutama di bagian yang banyak dihuni oleh toko-toko dan bisnis orang China. (BBC News Indonesia)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.