Kamis, 2 Mei 24

Sumbang Rp30 M untuk Penanganan Covid-19, Siapa Prajogo Pangestu?

Sumbang Rp30 M untuk Penanganan Covid-19, Siapa Prajogo Pangestu?
* Pengusaha Prajogo Pangestu. (Foto: Tribunnews)

Jakarta, Obsessionnews.com — Pengusaha Prajogo Pangestu, menyalurkan bantuan senilai Rp 30 miliar untuk penanganan virus corona (Covid-19). Bantuan ini akan diserahkan secara bertahap untuk rumah sakit di DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten.

Bantuan medis yang diserahkan mencakup 45.000 alat tes Covid-19 yang terdiri dari polymerase chain reaction (PCR) dan rapid test kit. Terdapat juga 120.000 surgical mask dan masker N95, serta 2 unit ventilator.

Selain itu juga diberikan bantuan lain sebanyak 60.000 alat pelindung diri, puluhan alat terapi oxygen, ratusan sarung tangan, sepatu boots, dan peralatan lainnya.

Rumah sakit yang akan menerima bantuan ini adalah, RSPI Sulianti Saroso, RS Harapan Kita, RSUP Persahabatan, RS St Carolus dan RSCM. Untuk Banten terdiri dari RSUD Cilegon, RSUD Serang, RSUD Provinsi Banten serta RS Krakatau Medika.

Kemudian di provinsi Jawa Barat terdiri dari RSUD Cibinong Bogor, RS Al Ihsan Bandung, RS Hasan Sadikin Bandung, RSUD Syamsudin Sukabumi, dan RSUD Slamet Garut.

Lantas siapa sosok dermawan yang bernama Prajogo Pangestu ?

Prajogo Pangestu merupakan pendiri dan pimpinan Barito Pacific Group. Ia menjadi orang terkaya ketiga di Indonesia versi Forbes. Prajogo melonjak tujuh peringkat ke urutan ketiga dengan kekayaan bersih US $7,6 miliar atau setara dengan Rp 106 triliun, dari US $3 miliar tahun lalu.

Kenaikan aset tersebut seiring dengan optimisme investor pada prospek perusahaan yang mengerek harga saham Barito Pacific.

Pada Agustus lalu, Prajogo mendapat penganugerahan gelar tanda kehormatan 2019 dari Presiden Joko Widodo. Ia menerima tanda Penerima Bintang Jasa Utama. Selain Prajogo, pengusaha lain yang menerima penganugerahan adalah Arifin Panigoro dan TP Rachmat.

Penganugerahan ini sejalan dengan Keputusan Presiden (Keppres) 72/2019, Keppres 73/2019, dan Keppres 74/2019. Penganugerahan ini diberikan sekaligus dalam rangka memperingati HUT ke-74 RI.

Prajogo Pangestu seorang taipan yang lahir 75 tahun silam di Sambas, Kalimantan Barat dengan nama Phang Djoem Phen. Ayahnya bernama Phang Siu On yang bekerja sebagai penyadap getah karet.

Untuk mengubah nasib, Parajogo merantau ke Jakarta. Namun, kala itu Dewi Fortuna belum memihak padanya, ia tidak terlalu beruntung tinggal di ibu kota Indonesia karena tidak kunjung mendapatkan pekerjaan. Oleh karena itu, ia memutuskan kembali ke Kalimantan dan bekerja menjadi sopir angkutan umum.

Ketika sedang menjalani hari-harinya sebagai sopir, di 1960-an, Prajogo bertemu dan berkenalan dengan pengusaha kayu asal Malaysia, bernama Bong Sun On, atau Burhan Uray. Di sinilah nasibnya mulai berubah.

Ia memutuskan untuk bergabung dengan Burhan di PT Djajanti Group pada 1969. Terkesan dengan kerja keras yang dilakukannya, tujuh tahun kemudian, Burhan pun mengangkat Prajogo menjadi general manager (GM) di pabrik Plywood Nusantara, Gresik, Jawa Timur.

Karirnya sebagai GM Plywood Nusantara bisa dibilang singkat. Hanya bertahan selama setahun, kemudian Prajogo memutuskan mundur sebagai GM dan keluar dari perusahaan untuk mencoba memulai bisnis sendiri.

Dengan bermodal pinjaman dari BRI, yang kemudian berhasil dilunasi dalam setahun, ia pun membeli CV Pacific Lumber Coy yang kala itu sedang mengalami kesulitan keuangan.

Prajogo kemudian mengganti nama Pacific Lumber menjadi PT Barito Pacific Lumber. Pada 1993, perusahaannya menjadi perusahaan publik, dan dalam perjalanannya, Prajogo mengganti nama Pacific Lumber menjadi PT Barito Pacific setelah mengurangi bisnis kayu pada 2007.

Kemudian bisnisnya terus meningkat hingga bekerja sama juga dengan anak-anak Presiden Soeharto dan pengusaha lainnya demi memperlebar bisnisnya. Bisnisnya dengan bendera Barito Group berkembang luas di bidang petrokimia, minyak sawit mentah, properti, hingga perkayuan.

Di 2007, Barito Pacific mengakuisisi 70% perusahaan petrokimia, Chandra Asri, yang juga terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pada 2008, perusahaan mengakuisisi PT Tri Polyta Indonesia Tbk.

Pada 2011, Chandra Asri pun merger dengan Tri Polyta Indonesia dan menjadi produsen petrokimia terintegrasi terbesar di Indonesia. (Has)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.