Jakarta, Obsessionnews.com – Gelombang protes terhadap perlakuan represif dan kebijakan tidak manusiawi yang dialami etnis Uighur dan minoritas muslim lainnya di wilayah Xinjiang semakin besar dan meluas, tetapi pemerintahan China terus menutup telinganya. Sebagai negara berpaham komunis, memang tidak ada ruang bagi rakyat China untuk mengkritik kebijakan pemerintahnya. Hal yang sama dilakukan China kepada warga dunia yang mengkritik mereka soal Uighur. Sikap acuh, arogansi, tidak mau mendengar apalagi menanggapi protes keras dunia juga dikarenakan China merasa sudah menjadi negara adidaya.
Baca juga:
Bachtiar Chamsyah: Saya Setuju Usul Parmusi Soal Pemerintah Lakukan Investigasi ke Uighur
Soal Muslim Uighur, Parmusi Sarankan Pemerintah Bentuk Tim Investigasi
Soroti Uighur, FC Koln Batal Bangun Akademi di China
China Diktator, Hapus Mesut Ozil Dari Gim FIFA & PES di Tiongkok
Rezim China Boikot Arsenal Karena Ozil Bela Uighur, Bisa Jadi Bumberang
Anggota DPD RI Fahira Idris mengungkapkan, karena merasa adidaya dan banyak negara dunia sudah ‘tunduk’ baik karena utang maupun investasi, China sama sekali tidak peduli terhadap protes warga dunia. Perlakuan represif dan kebijakan tidak manusiawi yang dialami etnis Uighur dan minoritas muslim lainnya di wilayah Xinjiang mereka anggap urusan domestik dan kebijakan yang wajar, sehingga negara lain tidak boleh ikut campur.
“Bahkan mereka menyebar ancaman balik ke banyak negara dan warga dunia yang berani protes. Ini bentuk arogansi yang luar biasa, dan arogansi seperti ini harus dihentikan,” kata Fahira di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, melalui keterangan tertulis, Senin (23/12/2019).
Oleh karena itu Fahira menyerukan warga dunia harus terus bersuara, harus terus protes, dan harus terus mengecam. Kekuatan bersuara ini lebih dahsyat dari kekuatan ekonomi yang dimiliki China.
Halaman selanjutnya