Jakarta, Obsessionnews – Ketangguhan rupiah terus diuji pada awal pekan ini di tengah volatilitas indeks dollar AS. Selain itu, duit Garuda juga masih menunggu data neraca perdagangan serta proyeksi hasil pertemuan bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve pada pertengahan minggu ini.
Di pasar, hingga pukul 08.45 WIB hari ini, rupiah turun tipis Rp 13.337 perdollar AS dibanding penutupan perdagangan pekan lalu Rp 13.335.
Memang, data terbaru menyebutkan perekonomian AS membaik pada akhir pekan lalu. Tapi secara keseluruhan, perkembangan data-data ekonomi negeri Paman Sam tersebut belum meyakinkan menjelang FOMC meeting hingga Kamis mendatang. Volatilitas diperkirakan akan tinggi menjelang pertemuan tersebut.
Riset Samuel Sekuritas Indonesia menyebutkan, penguatan dollar AS terdongkrak akibat kekhawatiran yang mencapai puncaknya di Zona Euro terhadap masa depan Yunani yakni mata uang Euro melemah sementara imbal hasil Bund Jerman ikut turun.
Hingga pagi ini, Yunani dan Troika belum mencapai kata sepakat terhadap proposal pinjaman baru yang dananya sangat dibutuhkan guna memenuhi kewajiban pembayaran hutang yang kudu dilunasi akhir Juni tahun ini.
Sementara itu, meski indeks harga saham gabungan (IHSG) serta surat utang negara (SUN) berhasil meningkat, pada perdagangang Jumat pekan lalu rupiah melemah.
Terpantau, dollar AS menguat menghadapi mayoritas mata uang Asia.
Meski semakin sedikit investor yang percaya kalau The Fed bakal mengerek suku bunganya pada minggu ini, kejutan bisa saja terjadi. Sebab volatilitas yang tinggi dengan kecenderungan pelemahan rupiah serta mata uang di negara-negara berkembang, bakal terus terlihat hingga ada kepastian soal suku bunga Fed.
Meski menipis, neraca perdagangan diperkirakan surplus. (Mahbub Junaidi)
