Imam Budi Hartono: Politisi Sekaligus Seniman, Menuju Depok 1

Obsessionnews.com - Usia perak Depok meneguhkan status kota satelit dengan tingkat kemiskinan terendah di Pulau Jawa dan berada pada peringkat 4 secara nasional. Imam Budi Hartono yang kini menjabat Wakil Wali Kota harus melanjutkan tongkat estafet menjadi orang nomor 1 untuk memastikan arah pembangunan Depok berada dalam jalur yang benar. Imam sudah mengantongi tiket setelah dideklarasikan sebagai bakal calon Wali Kota Depok dari PKS-Golkar. Namun kontestasi bukan perkara mudah. Kalaupun nantinya harus melawan kotak kosong, Imam ingin benar-benar bisa menjawab kebutuhan warga Depok. Baca juga: Pelaku UMKM Depok Manfaatkan Platform Digital “Khususnya mereka yang muda. Kalangan Gen-Z misalnya. Kami perlu tahu apa proyeksi mereka,” kata Imam ketika ditemui Obsessionnews.com di Balai Kota Depok, Jumat (26/7). Imam sudah memiliki modal politik karena PKS memenuhi syarat untuk mengusung calon sendiri. Adanya dukungan dari Golkar bisa memberi warna sendiri. Maka Imam berdampingan dengan Ririn Farabi sebagai calon Wali Kota-Wakil Wali Kota Depok. Tingkat kemiskinan di Depok turun dari 2,38 persen pada 2023 menjadi 2,34 persen tahun 2024. Indikatornya dilihat dari kondisi ekonomi warga dan harga kebutuhan pokok dari tahun ke tahun. Jumlah warga miskin di Depok sekarang mencapai 62,6 ribu penduduk. Depok juga sudah memiliki status Universal Health Coverage (UHC) Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sejak 2023, sehingga warga bisa mendapatkan pengobatan gratis hanya dengan membawa KTP. Pemkot Depok terus berupaya agar warga lulusan SMA bisa bekerja. Besiswa juga disediakan dari setiap jenjang pendidikan. Selain pekerjaan, Pemkot Depok memberi pelatihan untuk mencetak 5000 pengusaha baru termasuk ribuan pengusaha perempuan. Baca juga: Menparekraf Dorong Kota Depok Masuk Dalam Jaringan Kota Kreatif UNESCO “Banyak indikator makro yang membuat Depok menjadi kota yang baik. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) kami terbaik ketiga di Jawa Barat. Indikator kemiskinan kami terendah keempat di Indonesia. Terendah pertama di Pulau Jawa,” kata dia. Capaian yang telah diraih perlu ditingkatkan. Imam menganggap Depok masih memiliki banyak tantangan mengingat adanya keterbatasan. Artinya, pembangunan perlu dilakukan secara bertahap dan konstan. Dia mengingatkan adanya keterbatasan wewenang dan anggaran yang dialami Depok sehingga urusan pembangunan situ, jalan pusat dan provinsi, menjadi wewenang pemerintah pusat. Belum lagi yang beririsan dengan pemerintah provinsi. Usia 25 tahun Kota Depok, kata Imam, masih butuh akselerasi. Pembangunan SD misalnya, masih harus dicicil karena adannya keterbatasan. “Ada banyak SD yang belum terbangun. Kami alhamdulillah menyicil setiap tahunnya,” kata dia. Baca juga: Konstelasi Politik Kian Panas Jelang Pilpres, Indra Gunawan Minta ASN di BPN Kota Depok Jaga Netralitas “Bisa tiga, empat, bahkan lima SD terbangun. SD nya sangat banyak sekali. Nah ini kita akan bangun terus.” Depok juga mengalami tantangan dalam urusan ketersediaan ruang terbuka hijau. Imam ingin memperbanyak wilayah hijau dan menetapkan status Depok bukan hanya “green city” tetapi “friendly city”. Dari dua status tersebut, sudah bisa terbaca pentingnya menguatkan budaya dan karakter warga agar pembangunan selaras dengan tingkat kepedulian terhadap lingkungan. Semua ini didasarkan hasil kajian. “Kota Depok ini harus dilihat dari sisi piramida penduduk seperti apa? Kedua, dari sisi keperluan apa yang memang dibutuhkan oleh warga Depok,” ungkap Imam yang berasal dari keluarga ekonomi lemah. “Kita perlu mengedukasi soal pencemaran air, kebutuhan akan taman kota. Pohonan. Ini bagian yang Insya Allah kita akan lakukan. Kita berharap Depok ramah terhadap lingkungan, bersahabat kepada lansia, anak-anak, disabilitas, termasuk hewan dan tumbuhan,” tambah Imam. Imam ingin warga Depok nyaman beraktivitas tanpa harus menggunakan kendaraan. “Kota yang sehat itu banyak pohonnya, ada trotoar. Karena tamannya banyak orang lebih memilih berjalan ketimbang menaik kendaraan bermotor.” Seniman Sekaligus Politisi Imam Budi Hartono kelahiran Jakarta, 55 tahun yang lalu memulai karier politik dari bawah. Pernah menjadi pengurus cabang Partai Keadilan sebelum bermutasi menjasi Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Dia aktif berorganisasi sedari kecil sekalipun tidak pernah berharap menjadi politisi. Karier politik Imam dimulai ketika menjadi anggota DPRD tingkat dua dari Partai Keadilan. Dua periode di Depok, Imam harus naik ke tingkat 1 hingga menjabat Ketua Komisi IV membidangi infrastruktur. Setelah itu, Imam berkantor di Balai Kota sebagai Wakil Wali Kota. “Dulu saya aktif juga demonstrasi 1998. Sekarang gantian saya yang didemo,” kata Imam, yang pembawaannya santai. Sekalipun memiliki pengalaman panjang berkiprah pada bidang legislatif dan eksekutif, Imam juga punya karakter seniman. Dia membuat film "Selalu Ada Putih Hitam” untuk mempromosikan Depok dan memberi edukasi, bahkan menciptakan lagu “Cinta Tak Pernah Menunggu” sebagai soundtrack. “Sekarang sudah tidak ada waktu lagi menciptakan lagu. Kalau dulu di DPRD saya bisa banyak waktu. Kunjungan ke luar kota misalnya, saya pilih naik kereta, di atas kereta saya menulis lagu,” ujarnya. Boleh jadi sisi sensitif Imam terbangun dari kecil. Dia berasal dari keluarga miskin. Ayahnya seorang sopir sementara ibunda hanya mengurus rumah tangga. Latar belakang ini sudah dibukukan dalam autobiografi “Anak Sopir Jadi Wakil Wali Kota.” “Saya beruntung punya kepintaran. Bisa masuk UI (Universitas Indonesia) jurusan teknik kimia,” ujar Imam, yang juga alumni SMA 3, Setiabudi, Jakarta. Masa muda Imam tidak hanya bergelut dengan organisasi. Dia perlu menyambung hidup. Imam pernah menjadi guru di STM Pancoran Mas, Depok, dan SMA Hang Tuah, Jakarta. Imam juga tak menyangka harus berkiprah dalam bidang politik, dunia yang dulu sering dikritisinya. Kurang dari empat bulan ke depan, nasib Imam bakal ditentukan. Setidaknya untuk mencetak buku autobiografi kedua dengan judul “Anak Sopir Jadi Wali Kota.” (Erwin)