Sejarah Peringatan Hari Lahir Tan Malaka

Obsessionnews.com -- Setiap tahun di tanggal 2 Juni Indonesia memperingati Hari Lahir Tan Malaka. Ia merupakan salah satu tokoh nasional Indonesia yang memang lahir pada tanggal 2 Juni. Sosok Tan Malaka mungkin tidak sepopuler sederet pahlawan nasional Indonesia lainnya. Tetapi, pria kelahiran Sumatera Barat ini ternyata jasa luar biasa dalam melawan kolonialisme di Indonesia. Merangkum berbagai sumber, Tan Malaka juga merupakan orang pertama yang menulis tentang Republik Indonesia. Kemudian pada tahun 1963, melalui Keputusan Presiden No. 53 Tahun 1963, pemerintah resmi mengangkat sosok Tan Malaka sebagai pahlawan kemerdekaan. Tujuannya, untuk mengenang dan menghargai perjuangan Tan Malaka. Jika berbicara profil kehidupannya, pemilik nama asli Ibrahim ini putra kelahiran sebuah desa kecil Pandan Gadang, Suliki, Sumatera Barat, pada 1894. Karena kecerdasannya, Ibrahim berkesempatan masuk Sekolah Guru Pribumi satu-satunya di Sumatera. Yakni, Inlandsche Kweekschool voor Onderwijzers, di Bukittinggi hingga lulus pada 1913. Gelar adat terhormat Datoek Tan Malaka diperolehnya pada 1913 melalui upacara adat. Gelar ini merupakan gelar mulia di daerahnya. Setelah menempuh pendidikan, pada 1920, Tan Malaka bekerja sebagai seorang guru di Maskapai Senembah. Sekolah tersebut merupakan sekolah untuk anak-anak kuli kontrak di perusahaan di Sumatera Utara. Rekan-rekan Belanda Tan Malaka kerap meremehkan dirinya hingga akhirnya ia pindah ke Jawa pada Februari 1921. Dan mendirikan sekolah di Semarang dan Bandung. Ketika Partai Komunis Indonesia (PKI) berkongres 24-25 Desember 1921 di Semarang, Tan Malaka terpilih menjadi pimpinan partai. Sejak saat itu, ia kerap diawasi oleh pemerintah kolonial Belanda. Pada Januari 1922, Tan Malaka ditangkap dan dibuang ke Kupang, Nusa Tenggara Timur. Pada Maret 1922, Tan Malaka diusir ke luar Indonesia, dan sempat berangkat ke Belanda. Kemudian ia tampil sebagai wakil Indonesia pada Kongres Komintern bulan November 1922. Pada 1926, pemberontakan rakyat Indonesia melawan kolonialisme Belanda pecah di berbagai daerah. Tan Malaka yang sedang berada di luar negeri menilai pemberontakan ini terlalu dini dikobarkan oleh PKI. Akibatnya, pada 1927, Tan Malaka terang-terangan keluar dari PKI dan mendirikan Partai Republik Indonesia (Pari). Bahkan, Komintern juga memecatnya. Sejak saat itu, Tan Malaka kerap dikejar-kejar oleh pemerintah kolonial Belanda hingga mantan sekutunya di Komintern dan PKI. Selama 30 tahun, ia juga terus menentang kolonialisme tanpa henti, mulai dari Pandan Gadang (Suliki), Bukittinggi, Batavia, Semarang, Yogya, Bandung, Kediri, Surabaya. Hingga juga Amsterdam, Berlin, Moskwa, Amoy, Shanghai, Kanton, Manila, Saigon, Bangkok, Hong Kong, Singapura, Rangon, dan Penang. Setelah Indonesia merdeka, Tan Malaka terus jadi sosok yang menentang diplomasi Belanda yang merugikan posisi Indonesia. Ia pun dikejar-kejar hingga ditembak pada 1949 dan lenyap di kaki Gunung Wilis, Kendiri. Ia disebut meninggal dunia tanpa nisan, dan kuburan yang layak. Kemudian, pada 28 Maret 1963, Presiden Soekarno mengangkat Tan Malaka sebagai pahlawan nasional, tetapi namanya jarang terdengar dalam sejarah. (HAS)