Ini Langkah Strategis Kemenag Wujudkan Haji Ramah Lansia

Ini Langkah Strategis Kemenag Wujudkan Haji Ramah Lansia
Obsessionnews.com - Kementerian Agama kembali mengusung tagline "Haji Ramah Lansia" pada operasional haji tahun ini, sebagaimana yang telah diperkenalkan pada operasional haji tahun sebelumnya. Hal ini tidak terlepas dari fakta masih banyak jemaah haji yang berangkat dengan usia 65 tahun ke atas. Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) mencatat jumlah jemaah haji lansia hampir mencapai 45 ribu, dengan rentang usia yang beragam mulai dari 66 hingga lebih dari 95 tahun. Bahkan, jemaah tertua tahun ini adalah Mbah Harjo Mislan, seorang lansia berusia 110 tahun asal Ponorogo, Jawa Timur. Baca juga: PPIH Imbau Jemaah Haji yang Laksanakan Umrah Wajib Istirahat Terlebih Dahulu Dalam upaya memberikan layanan terbaik bagi jemaah, terutama mereka yang lansia, Kementerian Agama telah mengambil beberapa langkah strategis. Salah satunya adalah dengan mewajibkan istithaah kesehatan sebelum pelunasan biaya haji, sehingga jemaah yang akan berangkat dapat dipastikan dalam kondisi sehat meskipun berusia lanjut. Langkah ini telah berhasil dengan banyak jemaah yang melakukan pelunasan hingga seluruh kuota terpenuhi. Selain itu, penyiapan petugas yang khusus bertugas dalam layanan lansia juga menjadi prioritas. Petugas ini, yang tergabung dalam Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH), terdiri dari sejumlah petugas dengan usia maksimal 45 tahun, termasuk unsur dokter dari Rumah Sakit TNI/Polri. Mereka tidak hanya melayani jemaah lansia, tetapi juga jemaah disabilitas. "Bimbingan Manasik (Bimsik) juga menjadi medium strategis mewujudkan Haji Ramah Lansia. Berbeda dari biasanya, kurikulum manasik jemaah haji lansia masuk dalam proses Bimsik," ungkap Juru Bicara Kementerian Agama, Anna Hasbie di Jakarta, Sabtu (25/5/2024). Selain itu, pengaturan komposisi pengkloteran juga menjadi perhatian, dengan mempertimbangkan komposisi jemaah lansia dan non-lansia serta pengaturan tempat duduk di pesawat untuk memudahkan evakuasi. Proses keberangkatan jemaah pun akan dipersingkat, dengan tidak ada lagi pidato berkepanjangan saat seremoni keberangkatan dan kedatangan. Baca juga: Jemaah Haji Indonesia Gelombang Dua Tiba di Makkah Al-Mukaramah "Prioritas utama adalah kenyamanan dan keamanan jemaah, terutama para lansia, sehingga mereka dapat menunaikan ibadah haji dengan tenang dan penuh kesadaran spiritual," ucap Anna. Berikut Ketentuan SE Dirjen PHU No 1 Tahun 2024 tentang Mekanisme Penberangkatan dan Kedatangan jemaah haji: 1. Seremoni keberangkatan dan kedatangan di tingkat kabupaten/kota, embarkasi, dan saat kedatangan dan keberangkatan di Arab Saudi hanya dilaksanakan untuk kloter pertama;2. Meminimalisir seremoni keberangkatan dan kedatangan di kabupaten/kota;a. waktu maksimal 30 menit;b. sambutan paling banyak oleh dua orang;3. Meminimalisir seremoni penerimaan dan keberangkatan di Embarkasi;a. waktu maksimal 30 menit;b. sambutan paling banyak oleh dua orang;c. Jemaah haji lansia dan risti tidak harus mengikuti seremoni;d. Jemaah Haji lansia dan risti didahulukan mendapat layanan satu atap;4. Meminimalisir seremoni penerimaan dan keberangkatan di Arab Saudi;a. waktu maksimal 30 menit;b. sambutan paling banyak oleh dua orang;c. Jemaah haji lansia dan risti tidak harus mengikuti seremoni. Selain itu, asrama haji juga mempersiapkan layanan ramah lansia. Sejumlah upaya yang dilakukan antara lain: 1) menyediakan alat bantu berjalan bagi lansia;2) menyediakan dokter geriatri, psikiater, dan tenaga medis lainnya;3) menyiapkan kamar khusus lansia di lantai bawah;dan 4) menyedikan kendaran khusus untuk memudahkan mobilitas kegiatan lansia dari aula ke kamar. Baca juga: Jemaah Haji Indonesia Diimbau Berangkat Lebih Awal untuk Melaksanakan Salat Jumat di Masjidil Haram “Jemaah haji akan menginap semalam di Asrama Haji sebelum bertolak ke Tanah Suci. Karenanya, asrama haji juga siapkan menu khusus lansia,” sebut Anna. Layanan ramah lansia juga disiapkan untuk jemaah haji selama berada di Arab Saudi. Ada sejumlah layanan yang diberikan, yaitu akomodasi, transportasi, katering, kesehatan, bimbingan ibadah, serta saat puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) “Untuk layanan transportasi di Arab Saudi, Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi telah menyiapkan bus khusus dengan low deck untuk transportasi shalawat, umrah wajib, dan safari wukuf bagi jemaah lansia,” kata Anna. “PPIH juga siapkan kamar khusus lansia dan pendampingnya serta hotel khusus bagi jemaah lansia yang akan mengikuti safari wukuf,” sambungnya. Pada layanan katering, PPIH menyiapkan menu khusus untuk jemaah lansia sesuai data faktual berdasarkan kebutuhan pada setiap kloternya. “Menu khusus juga akan disiapkan pada pelaksanaan safari wukuf bagi jemaah haji lansia,” papar Anna. Terkait layanan kesehatan, ada sejumlah aspek yang disiapkan. Pertama, menyiapkan alat bantu berjalan bagi lansia yang mengalami penurunan kekuatan otot, cedera, serta mengalami gangguan keseimbangan. Kedua, memberikan visitasi khusus lansia. “Ketiga, menyiapkan dokter geriatri, psikiater, dan tenaga medis lainnya,” jelas Anna. Berkenaan dengan ibadah, PPIH juga menyiapkan skema khusus untuk pelaksanaan umrah wajib bagi jemaah haji lansia. Skema itu antara lain berupa pelaksanaan Umrah Wajib dengan kursi roda berbasis kartu kendali. Baca juga: Kedatangan Jemaah Haji Indonesia di Jeddah Tandai Dimulainya Gelombang Dua di Arab Saudi Sebagai bagian dari pelindungan, jemaah lansia yang membutuhkan kursi roda, diimbau dan difasilitasi untuk jasa sewa kursi roda yang resmi di Masjidil Haram. Agar prosesnya bisa terpantau dengan baik, diterapkan kartu kendali dengan tahapan berikut: 1. Ketua kloter menyerahkan data jemaah dan biaya jasa pendorong kursi roda kepada Petugas Lansia dan Disabiltas di Sektor Makkah 2. Petugas sektor melaporkan kepada Kasi Lansia, Disabilitas, dan PKP3JH Daker Makkah 3. Petugas Sektor Makkah menyiapkan kartu kendali sejumlah jemaah yang akan melaksanakan umrah dengan sewa jasa kursi roda 4. Jemaah menuju Masjdil Haram dengan bus shalawat, didampingi petugas Sektor Makkah dan atau petugas kloter 5. Petugas Sektor Makkah dan atau petugas kloter menyerahkan jemaah beserta kartu kendali kepada jasa pendorong kursi roda resmi didampingi petugas Sektor Khusus Masjidil Haram 6. Selesai umrah, petugas Sektor Makkah atau petugas kloter menerima jemaah dan kartu kendali, serta menyelesaikan proses pembayaran 7. Jemaah kembali ke hotel dengan bus shalawat didampingi petugas Sektor Makkah dan atau petugas kloter. Program safari wukuf khusus bagi jemaah haji lansia dan disabilitas kali pertama diselenggarakan pada operasional haji 1444 H/2023 M. Saat itu, ada 129 jemaah lansia yang disafariwukufkan. Tahun ini, program safari wukuf lansia dan disabilitas kembali disiapkan oleh PPIH Arab Saudi. Peserta program ini adalah jemaah dengan kondisi kesehatan yang perlu perhatian khusus. Mereka umumnya membutuhkan bantuan dalam memenuhi keperluan pribadi, mulai dari makan, mandi, dan lainnya. Sebelum diberangkatkan ke Arafah, jemaah lansia dan disabilitas akan ditempatkan di hotel khusus untuk mendapat pendampingan dari dokter dan perawat yang tergabung dalam tim Penanganan Krisis dan Pertolongan Pertama pada Jemaah Haji (PKP3JH), tim pembimbing ibadah, dan petugas layanan lansia. Setelah menjalani safari wukuf, mereka juga akan kembali ke hotel yang telah disiapkan sampai dengan selesainya proses puncak ibadah haji. “Safari wukuf khusus ini kita siapkan bagi jemaah lansia dan disabilitas dengan keterbatasan aktivitas yang tidak tertampung di Klinik Kesehatan Haji Indonesia atau KKHI,” jelas Anna. Baca juga: 72.481 Jemaah Haji Indonesia Tiba di Tanah Suci “Bagi jemaah lansia yang tidak mengikuti safari wukuf, PPIH juga menyiapkan rencana skema pergerakan mereka saat berada di Armuzna. Jemaah lansia direncanakan akan berangkat dari Arafah dengan bus terakhir, melewati muzdalifah (tidak turun dari bus), dan langsung menuju Mina,” sambungnya. Tanazul dalam hal ini dimaksudkan sebagai layanan pulang dini bagi jemaah haji lansia. PPIH menyiapkan skema untuk memulangkan jemaah haji lansia lebih awal usai puncak haji di Armuzna. “Jika ada open seat pada penerbangan kepulangan, maka itu akan diprioritaskan bagi jemaah lansia. Tentu prosesnya berdasarkan persetujuan dari jemaah yang bersangkutan,” sebut Anna. “Sesampainya di tanah air, kita juga meminta agar tidak perlu ada seremonial penyambutan sehingga jemaah bisa langsung kembali ke kediamannya untuk beristirahat,” tandasnya. (M Lubis)