Ini Kunci Pertahanan dari Serangan Cyber Security untuk Lindungi Aset Digital

Obsessionnews.com - Obsession Media Group (OMG) menggelar acara Indonesian CEO Talk (ICT), dengan tema 'Urgensi Cybersecurity di Era Transformasi Digital' Indonesia'. Diskusi yang digelar secara offline dan online ini dilaksanakan di Hotel Tribrata, Jakarta Selatan, Jumat (25/8/2023). Dalam kesempatan itu, Pakar Cyber Security Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia Amril Syalim memberikan pandangan soal serangan Cyber Security. Amril mengatakan masalah cyber security adalah bagian dari masalah security keamanan. "Kita sebagai manusia sebenarnya sudah menghadapi bertahun tahun, yang dulunya keamanan fisik, seperti pencurian, perampokan yang etalasenya besar sampai perang antara negara," ujar Amril saat menjadi narasumber acara tersebut secara online. https://www.youtube.com/live/LLFgRWNqvvY?si=ISm6ahXx9r4Sq3Nu Tapi untuk keamanan itu areanya sekarang pindah ke dunia cyber. "Tapi Sekarang yang kita amankan aset dalam bentuk digital. Dulu asetnya fisik, sekarang asetnya digital kita," ucapnya. Diapun memberikan contoh, seperti data-data yang sangat penting, namun tetap merugikan kalau dicuri. Kalau sistem itu dirusak sangat mengganggu secara bisnis atau kehidupan manusia sehari-hari. Nah jadi yang kita inginkan apa sih? Kondisi yang aman, tidak ada gangguan, pencurian data, itu yang kita inginkan. Jadi masalahnya sebenarnya sudah jelas ya, ada ancaman," ungkap Amril. Sebab, bentuk-bentuknya adalah pencurian data, itu terjadi di dunia cyber. Karena itu tersimpan di sebuah komputer satu perusahaan yang itu dilindungi, tidak boleh diakses oleh orang yang tidak berhak untuk membukanya. "Seperti data pribadi, data perusahaan yang dianggap tidak boleh diakses oleh orang yang tidak berhak," katanya. Kemudian contoh lain Hacking. Hacking itu sifatnya macam-macam, yaitu perusakan data. "Kalau digambarkan ada penjahat yang masuk ke rumah kita dengan mengambil atau merusak aset-aset kita. Asetnya adalah aset digital. Yang enaknya kalau melihat fisik, pencuri itu musti datang ke tempat yang akan dicuri dan masuk secara fisik jadi terlihat, tapi kalau di dunia siber itu ngak," ungkapnya. Dia menjelaskan, dengan dunia internet kegiatan hacking bisa masuk dari mana saja. "Kalau mau aman kita tutup saja internetnya, tapi itu kehidupan kita sehari-hari tergantung kepada internet," beber Amril Selanjutnya contoh yang lain adalah Social Engineering. Ini sebenarnya bentuk lain dari penipuan dan nyata. Kalau di dunia digital macam-macam bentuknya, seperti dikirimin link seolah baik. "Tapi ketika kita klik ternyata melakukan hal yang jahat," jelasnya. Menurut dia, penipuan langsung ini terdapat di dunia digital. Pelaku memanfaatkan kelemahan manusia yang gampang percaya. Kemudian contoh lainnya ada serangan orang dalam, sebenarnya ada potensinya, misalnya ada orang dalam yang merasa dijahati oleh perusahaannya kemudian dia mencuri data perusahaan. Kemudian contoh lain yang berdampak itu adalah Malware. Kata dia program itu sengaja dibuat untuk tujuan merusak, "Ini bentuknya seperti virus. Ini merupakan program yang di buat kemudian di sebarkan dan bisa merusak," ungkapnya. Kemudian bentuk lainnya Ransomware. Serangan cyber ini malware mengentri data sehingga tak bisa diakses oleh yang punya. "Kalau mau buka bayar dulu," ucapnya.. Untuk itu, perlu strategi yang lebih terencana, sehingga bisa mempertahankan aset digital dengan baik. "Mau ngak mau kita harus mempertahankan serangan ini, karena dampak permasalahan itu bisa sangat besar kepada finansial, karena dunia kita tak lepas dari digital internet," kata Amril. Menurut dia kunci dari pertahanan serangan cyber scurity tersebut, pemilik aset digital harus mengetahui dan memahami kebijakan dari pemerintah. "Sebetulnya kita sudah tahu juga. Sebenarnya yang perlu kita tahu adalah kebijakan atau aturan yang jelas dari pemerintahan," pungkasnya. Sebelumnya ICT dibuka oleh CEO OMG Nurbaiti Hisyam, yang akrab disapa Betty. Dalam sambutannya, Betty mengatakan, seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, Indonesia telah menunjukkan kemajuan luar biasa dalam bidang teknologi digital. Dalam KTT G-20 Sesi III pada16 November 2022 lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menekankan tiga pilar yang harus dilakukan dalam mendorong transformasi digital, yaitu kesetaraan akses digital, literasi digital, dan lingkungan digital yang aman. "Telah kita saksikan dalam Indonesian CEO Talk Teaser Video beberapa informasi dan data kasus kejahatan serangan siber serta penanganannya dari BSSN dan Bareskrim Polri," ujar Betty. Begitu pula kasus kebocoran data yang sering terdengar dalam berita beberapa waktu yang lalu, bukan hanya mengancam keamanan informasi masyarakat, tetapi juga berpotensi merugikan finansial dan reputasi perusahaan, baik Instansi Pemerintah maupun Swasta. Oleh karena itu, kendati transformasi digital memberi manfaat, diperlukan pula perhatian serius terhadap ancaman siber agar lingkungan digital dapat tetap aman dan terkendali. "Kita harus mengambil tindakan nyata untuk melindungi data dan informasi, demi menciptakan lingkungan digital yang lebih aman dan terpercaya bagi seluruh masyarakat, instansi pemerintah dan swasta, serta dunia usaha," tegas Betty. Dia berharap acara tersebut dapat menjadi momentum berharga untuk mengedukasi masyarakat, membuka wawasan dan berbagi pengalaman, mengajak para ahli berpartisipasi dalam memberikan solusi yang tepat untuk penanggulangan serangan siber, serta perlindungan optimal menjaga ruang siber Indonesia tetap aman dan terkendali bagi instansi pemerintah dan swasta, dunia usaha dan masyarakat Indonesia. Betty juga berterima kasih banyak kepada para mitra usaha dan institusi yang telah mendukung untuk penyelenggaraan acara tersebut, yaitu Bank DKI, BPJS Kesehatan, AirNav Indonesia, Kalbe Nutritionals, Sutasoma Hotel & The Tribrata, Universitas Pelita Harapan, Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM), Universitas Tebuka (UT), Universitas Trisaksti, CNN TV, Inilah.com, Tempo.co, Suara.com, dan Event Jakarta. Sementara itu Ketua Tim Tata Kelola Perlindungan Data Pribadi, Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Hendri Sasmita Yuda yang menjadi Keynote Speaker mengatakan, dengan adanya acara ini akan semakin banyak stakeholder mendiskusikan cyber scurity, artinya ekspetasi juga harapan dari pemerintah, agar semua stakeholder terlibat itu terlihat. "Saya menilai acara ini cukup baik. Saya juga meyakinkan nanti dari sini akan banyak rekomendasi yang bisa disampaikan kepada pemerintah," ujar Hendri. ICT menghadirkan para pembicara: Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia Aang Witarsa Rofik, Pakar Cyber Security Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia Amril Syalim, Direktur Teknologi Informasi BPJS Kesehatan Edwin Aristiawan, Plt. Direktur Utama PT Bank DKI Amirul Wicaksono, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko AirNAv Indonesia Azizatun Azhimah, dan Vice President of Technology PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) Andries K. Indrajaya. (Poy)