Ali Ghufron Mukti Ungkap Pelayanan BPJS Kesehatan Sekarang Lebih Praktis dan Mudah

Obsessionnews.com - Sejak dilantik sebagai Direktur Utama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo pada Februari 2021, Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D, AAK berhasil membumikan BPJS Kesehatan sebagai instrumen JKN di masyarakat. Buktinya target 98 persen rakyat bisa terlindungi kesehatannya sudah mendekati kenyataan Mantan Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 ini mengakui, bahwa hal itu tak lepas dari dukungan semua pihak, termasuk para pemimpin di daerah. “Pemerintah daerah bagus sekali dan komitmennya tinggi. Sekarang sudah lebih dari 334 kabupaten/kota, lebih dari 22 Provinsi penduduknya sudah lebih dari 95 persen masing-masing dari kabupaten/kota atau provinsi tadi yang telah menjadi peserta BPJS Kesehatan,” ungkap Ali dikutip dari Majalah Men’s Obsession, Kamis (8/6/2023). Sesuai Inpres nomor 1 tahun 2022 tentang optimalisasi program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), kata salah satu Guru Besar di Kedokteran UGM ini, Pemda harus ikut mengoptimalkan program JKN/KIS ini termasuk membantu membiayai rakyat yang tidak mampu untuk ikut program ini. “Saya kira Pemda bisa menilai warga yang mampu dan tidak mampu,” tutur mantan Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Pendidikan Tinggi Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi itu. Sejumlah strategi dilakukan mantan Ketua Gugus Tugas Persiapan Pelaksanaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Indonesia ini untuk mempercepat perluasan kepesertaan BPJS Kesehatan, di antaranya melalui program yang dinamakan PESIAR singkatan dari Petakan, Sisir, Advokasi dan Registrasi. “Ada tim yang melakukan pemetaan, menyisir, dan mengadvokasi di tingkat desa, sehingga ada nantinya yang kita sebut Desa Sehat Sejahtera yang seluruh warganya menjadi peserta BPJS. Itu tentu hasil kerja sama dengan berbagai pihak,” ujar peraih gelar Doktor Honoris Causa di Universitas Conventry Inggris ini. Upaya perluasan kepesertaan JKN ini, diakui Ali juga diimbangi dengan peningkatan mutu layanan, sekarang ini kepuasan peserta BPJS Kesehatan meningkat secara tajam. “Dulu BPJS Kesehatan itu sejak didirikan mengalami defisit, sehingga teman-teman rumah sakit, dokter, teman dan kolega saya sempat kecewa, tapi sekarang mereka bangga,” aku figur yang juga menyelesaikan gelar Doktor di bidang Kedokteran di University of Newcastle, Australia ini. Sampai-sampai ada lagu yang syairnya memuji BPJS Kesehatan. “Kira-kira ada syairnya berbunyi 'BPJS rasa duren, BPJS sekarang keren',” ucapnya dengan bangga. Lagu itu sempat viral di media sosial YouTube. Wajar saja BPJS Kesehatan dibilang keren karena memang lembaga ini memberikan banyak kemudahan kepada masyarakat, sehingga pelayanan BPJS Kesehatan sekarang lebih praktis dan mudah. Misalnya jika peserta mau berobat, cukup memperlihatkan e-KTP saja. “Negara tetangga kita saja belum bisa melayani jaminan kesehatan warganya hanya dengan KTP untuk seluruh fasilitas kesehatan. Sedangkan di sini orang Papua kalau mau berobat di Jakarta pakai BPJS Kesehatan cukup perlihatkan KTP. Nah, itu lebih mudah,” urai ilmuwan yang pernah menerima penghargaan sebagai peneliti dari Brown University dan University of California, Los Angeles (UCLA) yang sekaligus pernah menjadi dosen tamu di UCLA dan Harvard University USA itu. Ali menambahkan, BPJS Kesehatan juga memberi kenyamanan pada pesertanya untuk tidak terlalu lama antre menunggu saat berobat. “Ya, kami juga ingin lebih cepat. Jangan sampai harus menunggu 5-6 jam. Kami juga telah membuatkan antrean online agar bisa lebih cepat. Kalau dulu harus menunggu 6 jam sekarang bisa jadi 2 jam. Apalagi bisa dari rumah, warung kopi, maupun berbagai lokasi jadi bisa lebih mudah dan lebih cepat. Tetapi tidak hanya kemudahan dan kecepatan, terpenting adalah setara dan tidak didiskriminasi. Kami juga sampaikan kalau ada rumah sakit yang mendiskriminasi mohon beritahu kami, nanti kami komunikasikan dengan rumah sakit itu,” tegas Ali yang dikenal memiliki komitmen dalam penelitian di bidang epidemiologi, asuransi kesehatan, perawatan kesehatan terkelola, dan pembiayaan kesehatan. Sehingga target BPJS Kesehatan harus menjadi lebih mudah, lebih cepat, dan setara. “Itu kita kuatkan dengan pendekatan dan pemanfaatan teknologi revolusi industri 4.0 dan ekosistem digital yang terus kita kembangkan sehingga BPJS Kesehatan ada di genggaman peserta,” tukas pakar internasional dengan lebih dari 40 jurnal yang diterbitkan ini. Oleh karena itulah, ia selalu mengingatkan masyarakat jangan sampai terlambat ikut BPJS Kesehatan. Kalau sampai terlambat dan mendaftar pada saat sakit, maka nantinya harus menunggu 14 hari untuk mendapatkan fasilitas BPJS Kesehatan. “Orang bijak mengatakan health is not everything but without health everything is nothing,” pungkasnya. (Poy)