Festival Teater Indonesia 2025: Ruang Pertemuan Raya Teater Nusantara

Festival Teater Indonesia 2025: Ruang Pertemuan Raya Teater Nusantara
Happy Salma (Founder Titimangsa) menggagas Festival Teater Indonesia (FTI) 2025 (Foto Dok. Istimewa)

Obsessionnews.com  – Teater Indonesia akan segera memiliki ruang pertemuan besar yang mempertemukan seniman, pegiat, dan penonton dari berbagai penjuru tanah air. TITIMANGSA bersama Perkumpulan Nasional Teater Indonesia (PENASTRI) menggagas Festival Teater Indonesia (FTI) 2025, dengan dukungan Direktorat Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan, Kementerian Kebudayaan RI.

Festival yang diprakarsai oleh Happy Salma (Founder Titimangsa) dan Pradetya Novitri (Direktur Titimangsa) ini akan diselenggarakan di empat kota, yakni Medan, Palu, Mataram, dan Jakarta. Tidak kurang dari 16 kelompok teater dari berbagai daerah akan dipilih melalui panggilan terbuka (open call) yang pendaftarannya masih berlangsung hingga 19 September 2025.

FTI diharapkan menjadi ajang perayaan sekaligus titik temu lintas wilayah. Menurut Happy Salma, festival ini ingin menghadirkan ruang guyub, berkelanjutan, dan tidak sekadar berhenti pada satu-dua edisi. “Kami ingin Festival Teater Indonesia menjadi kendaraan bersama yang terus bergerak, di mana kelompok-kelompok teater dari berbagai daerah bisa saling terhubung, berbagi gagasan, dan bertumbuh bersama,” ujarnya.

Pradetya Novitri menambahkan, selama ini festival teater di Indonesia cenderung berakar pada wilayah tertentu, misalnya Festival Drama Bahasa Sunda atau Festival Teater Sumatera. FTI hadir sebagai ruang lintas wilayah, di mana kelompok teater dari Kalimantan bisa tampil di Jakarta, atau kelompok dari Sumatera bisa pentas di Palu. “Pertukaran seperti ini akan memperkaya pengalaman, sekaligus menjadi ajang belajar bersama,” jelasnya.

Festival Teater Indonesia 2025 mengangkat tema “Sirkulasi Ilusi”, menyoroti pertemuan antara realitas dan representasi dalam kehidupan kontemporer. Kurator menjelaskan, kata sirkulasi merujuk pada pergerakan ide, wacana, dan karya lintas ruang serta medium, sedangkan ilusi menjadi strategi konseptual untuk menata persepsi kritis atas hubungan antara panggung dan realitas sosial.

Sejalan dengan tradisi Titimangsa, FTI juga akan menampilkan pentas alih wahana dari karya-karya sastra Indonesia. “Teater adalah medium yang paling fleksibel untuk mengalihwahanakan karya sastra. Ini menjadi salah satu pondasi utama dalam festival,” ujar Happy.

Direktur Artistik FTI, Sahlan Mujtaba, menekankan bahwa festival ini ingin mendorong eksplorasi realisme dan adaptasi prosa sebagai alat riset artistik. “Tujuan jangka panjangnya adalah memperkuat kesadaran kritis penonton, memperkaya kosakata estetika teater Indonesia, dan menempatkan seni pertunjukan kita dalam percakapan global,” ungkap Sahlan.

Sebanyak 16 kelompok teater akan dipilih melalui panggilan terbuka, sementara empat lainnya melalui jalur undangan. Semua kelompok terpilih akan mendapat dukungan produksi serta pendampingan kuratorial. Pertunjukan akan digelar pada 1–16 Desember 2025, dengan lima kelompok tampil di setiap kota penyelenggara.

Shinta Febriany, anggota Dewan Pengawas FTI sekaligus Ketua Umum PENASTRI, menegaskan harapan agar festival ini menjadi ruang berbagi yang produktif. “Pertemuan di FTI diharapkan bisa memantik kreativitas yang lebih jauh bagi ekosistem teater tanah air,” ujarnya.

Dengan semangat itu, Festival Teater Indonesia tidak hanya ingin menjadi panggung, tetapi juga rumah bagi para seniman teater dari seluruh Indonesia. Sebuah ruang di mana gagasan bertemu, perdebatan sehat terjadi, dan kreativitas kolektif terus tumbuh, demi memperkaya perjalanan seni pertunjukan Indonesia.  (Ita)