Awas! Dunia Terancam Gelap pada 2023

Dunia gelap pada tahun 2023 bakal terjadi benar nyata, ini deretan buktinya! Kegelapan kini menjadi ancaman dunia. Hal ini seiring krisis energi yang melanda sejumlah negara, terutama Eropa. Minimnya pasokan energi utama yakni gas menjadi masalah. Perlu diketahui, karena tersendatnya pasokan Rusia, Eropa kini harus membayar listrik lebih mahal dan terancam pemadaman. Krisis energi juga telah melanda Yunani. Bahkan, hal ini mendorong kantor parlemen negara itu untuk mematikan seluruh lampu luar dan dalam. Dalam laporan Anadolu Agency, ini dilakukan agar dapat menjadi contoh bagi warga untuk segera melakukan penghematan energi. Walau begitu, Kepala Parlemen Kostas Tasoulas belum menjabarkan hingga kapan langkah ini akan dilakukan. "Parlemen Yunani mematikan semua lampu eksterior di gedung sebagai contoh untuk konsumsi energi," kata lembaga itu sejak pekan lalu.o Perlu diketahui, krisis energi Yunani telah mendorong inflasi. Pada Juli lalu, Negeri Para Dewa itu mengalami hingga 11,6% inflasi. Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis juga telah mengumumkan paket tindakan untuk mengantisipasi krisis akibat hal ini. Salah satunya adalah menaikkan upah minimum dan pensiun serta memotong pajak. Paket tersebut terdiri dari 21 langkah termasuk lebih banyak subsidi untuk tagihan listrik dan biaya pemanas. Sebelumnya, Athena juga telah menggelontorkan 8 miliar euro dalam beberapa bulan terakhir untuk mengatasi krisis ini. Tak hanya bagi rumah tangga dan pensiunan, pemerintah juga akan mensubsidi sewa atau pembelian dan renovasi tempat tinggal utama bagi kaum muda. "Itu semua adalah langkah-langkah yang diperlukan untuk mendukung masyarakat melewati musim dingin terberat dalam beberapa dekade," kata Mitsotakis. Spanyol Spanyol sendiri juga dihantui krisis yang sama. Bukan cuma karena aliran gas dari Rusia ke wilayah itu dibatasi tetapi juga akibat dari gelombang panas yang mengeringkan sumber air. Spanyol sendiri telah mengambil langkah-langkah pembatasan sejak pekan lalu. Ini seperti mengurangi operasional lampu hingga membatasi suhu AC. Padahal sejak Agustus lalu, otoritas nasional juga telah meminta agar toko-toko, supermarket, dan gedung-gedung publik untuk mematikan lampu mereka. Ini dimulai pada pukul 10.00 malam. Tindakan itu akan berlangsung hingga 1 November 2023. Hal ini mengingat setelah tanggal 1 November, hari-hari akan jauh lebih gelap dan jam matahari terbit akan lebih pendek akibat musim dingin. Langkah ini sendiri telah menimbulkan kekhawatiran baru. Pasalnya, katedral terkenal harus ikut mematikan lampunya sehingga ditakutkan jumlah turis akan menurun. Salah satu yang sudah menyuarakan hal ini adalah Pemerintah Santiago de Compostela. Kota ini sendiri merupakan kota yang cukup terkenal bagi wisatawan yang melakukan perjalanan religi. "Jika mereka dimatikan, situasi logis akan muncul yang akan menyampaikan citra kurang aman dan kurang nyaman bagi orang-orang yang berada di kota bersejarah, yang banyak," papar Wali Kota Santiago de Compostela, Xosé Sánchez Bugallo. Sementara itu, Spanyol juga telah meminta tempat-tempat publik yang menyalakan AC untuk mengaktifkan pendinginnya tidak kurang dari 27 derajat celcius di musim panas. Di musim dingin, Negeri Matador itu juga mengharuskan pengelola gedung agar pemanas beroperasi tidak lebih dari 19 derajat celcius. "Dalam konteks di mana 27 anggota Uni Eropa telah setuju untuk secara sukarela mengurangi konsumsi gas mereka, pemerintah berusaha untuk meminimalkan dampak ekonomi dan sosial dari kemungkinan pemotongan pasokan gas Rusia,'' kata pemerintah dalam rilis berita yang dikutip New York Times. Italia Krisis energi juga membuat warga Italia 'teriak'. Sebuah kelompok konsumen menyerukan mogok dari membayar tagihan energi. Melansir Reuters, kelompok itu adalah badan konsumen bernama Codacons. Dukungan hukum juga akan diberikan kepada mereka yang tidak mampu atau tidak mau membayar harga energi. "Di bawah inisiatif 'Kami akan membayar ketika kami mampu"' Codacons Italia menyediakan formulir di webnya bagi pelanggan untuk memberi tahu pemasok energi bahwa mereka hanya akan membayar 20% dari tagihan saja," tulis media Inggris tersebut, dikutip Jumat (16/9/2022). Inflasi Italia naik signifikan pada Juli 8,4%. Meski demikian, menurun di Augustus sebesar 7,9%. Namun inflasi diyakini sulit mencapai titik sebelum pandemi. Apalagi konsumen Negeri Pizza tetap akan menghadapi tagihan energi dua kali lipat di awal bulan depan. Jerman Jerman juga terancam gelar gulita. Karenanya, Negeri Panser terus mengupayakan pengamanan pasokan energi untuk mencegah krisis di negara tersebut. Berlin mengatakan bahwa pihaknya telah mengambil alih operasi perusahaan Rusia, Rosneft, di Jerman untuk mengamankan pasokan energi yang telah terganggu setelah Moskow menyerang Ukraina. Kementerian Ekonomi Jerman menyatakan anak perusahaan Rosneft di Jerman, yang menyumbang sekitar 12% dari kapasitas penyulingan minyak di negara itu, ditempatkan di bawah perwalian Federal Network Agency. "Trust management akan melawan ancaman terhadap keamanan pasokan energi," katanya pernyataan Kementerian Ekonomi, dilansir AFP akhir pekan kemarin. Langkah ini mencakup perusahaan Rosneft Deutschland GmbH (RDG) dan RN Refining & Marketing GmbH (RNRM) serta tiga kilang: PCK Schwedt, MiRo dan Bayernoil. Adapun, kekhawatiran telah memuncak terutama untuk PCK Schwedt, yang dekat dengan perbatasan Polandia dan memasok sekitar 90% minyak yang dikonsumsi di Berlin dan wilayah sekitarnya, termasuk bandara internasional Berlin-Brandenburg. Sebelumnya, operasi kilang telah terganggu karena pemerintah Jerman memutuskan untuk memangkas impor minyak Rusia. Tujuannya untuk menghentikannya sepenuhnya pada akhir tahun. Dengan menguasai aset Rosneft tersebut, otoritas Jerman dapat menjalankan operasi pemurnian menggunakan minyak mentah dari negara selain Rusia. Sementara itu, Bank Dunia menyebut dunia berisiko menghadapi ke jurang resesi global pada 2023. Dari risiko moderat hingga memburuk, berbagai cara untuk menghadapinya harus dimitigasi. Bank Dunia dalam laporannya bertajuk 'Is a Global Recession Iminent'. Studi ini menyoroti keadaan luar biasa di mana bank sentral memerangi inflasi dengan cara menaikan suku bunga kebijakannya. Bank Dunia menyebut, perekonomian global saat ini mengalami perlambatan paling tajam setelah pemulihan pasca resesi sejak tahun 1970. Kepercayaan konsumen global telah mengalami penurunan yang jauh lebih tajam dibandingkan resesi global sebelumnya. Terbukti dari tiga ekonomi terbesar di dunia, Amerika Serikat, China dan kawasan Eropa telah melambat tajam. "Dalam keadaan seperti itu, bahkan pukulan moderat terhadap ekonomi global selama tahun depan dapat membawanya ke dalam resesi," tulis Bank Dunia dalam laporannya, dikutip Senin (19/9/2022). Perlambatan ekonomi yang terjadi saat ini, menurut Bank Dunia memerlukan kebijakan countercyclical untuk melindungi aktivitas masyarakat dan ekonomi. Bank Dunia menyarankan program ekonomi dari sisi pasokan (supply side measures). Di mana, para otoritas harus memperbaiki pasokan energi, mobilitas tenaga kerja dan perdagangan internasional. Baca: Resesi Global Menular, PDB RI Bisa Terpangkas Hingga 0,2% Dengan cara itu, kata Bank Dunia dapat menurunkan inflasi dan membantu meningkatkan produktivitas global dalam jangka panjang. Pada perdagangan global, salah satu yang menjadi prioritas yakni perlunya dukungan untuk mencegah proteksionisme dan fragmentasi yang justru akan mengganggu jaringan perdagangan. "Koordinasi global dapat sangat membantu dalam meningkatkan pasokan makanan dan energi," jelas Bank Dunia dalam laporannya, dikutip Senin (19/9/2022). Untuk komoditas energi, pembuat kebijakan harus mempercepat transisi ke sumber energi rendah karbon dan memperkenalkan langkah-langkah untuk mengurangi konsumsi energi. Selain itu, bank sentral juga harus mengkomunikasikan keputusan kebijakan dengan jelas, sambil menjaga independensi mereka. "Ini dapat membantu menopang ekspektasi inflasi dan mengurangi pengetatan yang diperlukan," tulis Bank Dunia. Baca: Ngeri! Begini Skenario Resesi Global 2023 dari Bank Dunia Di negara maju, bank sentral harus mengingat efek limpahan lintas batas dari pengetatan moneter. Di pasar negara berkembang dan ekonomi berkembang, mereka harus memperkuat peraturan makroprudensial dan membangun cadangan devisa. Otoritas fiskal juga perlu secara hati-hati mengkalibrasi penarikan langkah-langkah dukungan fiskal sambil memastikan konsistensi dengan tujuan kebijakan moneter. Pembuat kebijakan juga harus menerapkan rencana fiskal jangka menengah yang kredibel dan memberikan bantuan yang ditargetkan kepada rumah tangga yang rentan. Pembuat kebijakan ekonomi lainnya perlu bergabung dalam perang melawan inflasi, terutama dengan mengambil langkah-langkah kuat untuk meningkatkan pasokan global. Dalam meningkatkan pasokan global, cara yang bisa ditempuh yakni meringankan kendala pasar tenaga kerja. Langkah-langkah kebijakan perlu membantu meningkatkan partisipasi angkatan kerja dan mengurangi tekanan harga. "Kebijakan pasar tenaga kerja dapat memfasilitasi realokasi pekerja yang dipindahkan." (CNBCIndonesia/Red)