Sri Lanka Umumkan Keadaan Darurat Nasional, Setelah Presiden Kabur

Sri Lanka Umumkan Keadaan Darurat Nasional, Setelah Presiden Kabur
Sri Lanka mengumumkan keadaan darurat nasional, setelah Presiden Rajapaksa kabur dari negaranya. Perdana Menteri (PM) Sri Lanka Ranil Wickremesinghe ditunjuk sebagai penjabat sementara. PM Ranil ditunjuk sebagai penjabat presiden, setelah Presiden Gotabaya kabur dengan menggunakan pesawat, di tengah protes massal masyarakat karena krisis ekonomi Sri Lanka yang bangkrut karena KKN dan utang luar negeri. Keterangan resmi dari juru bicara parlemen menyebutkan, Presiden Gotabaya Rajapaksa memberitahu Wickremesinghe tentang penunjukan itu, berdasarkan Pasal 37.1 Konstitusi Sri Lanka. Namun sejauh ini tidak tidak keterangan langsung dari Rajapaksa. Semua pengumuman dalam beberapa hari terakhir datang dari ketua parlemen dan kantor perdana menteri. Sebelum ditunjuk sebagai penjabat presiden, PM Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe telah mengumumkan keadaan darurat di negara itu. Sementara itu aparat kepolisian menembakkan gas air mata dalam upaya membubarkan pengunjuk rasa di luar kantor perdana menteri. Jam malam telah diberlakukan di Provinsi Barat, yang meliputi ibu kota Kolombo. Presiden melarikan diri Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa telah melarikan diri dengan menggunakan pesawat, di tengah protes massal masyarakat karena krisis ekonomi. Angkatan Udara negara tersebut mengkonfirmasi bahwa presiden berusia 73 tahun ini terbang ke Maldives bersama istrinya dan dua petugas keamanan. Mereka mendarat di ibu kota Male, sekitar pukul 03:00 waktu setempat (05:00 WIB), menurut informasi yang diterima BBC Sinhala. Keberangkatan Rajapaksa meninggalkan Sri Lanka ini mengakhiri dinasti keluarga yang telah berkuasa di negara tersebut selama puluhan tahun. Sebelumnya dia diketahui bersembunyi setelah ribuan warga menyerbu kediamannya pada Sabtu. Dia juga telah berjanji untuk mengundurkan diri pada Rabu, 13 Juli. Namun pada hari yang dijanjikan, pagi hari ini, seorang pejabat negara kepada kantor berita Reuters mengatakan Rajapaksa belum menyerahkan surat pengunduran dirinya kepada ketua parlemen. Saudara laki-lakinya, mantan Menteri Keuangan Basil Rajapaksa, juga telah meninggalkan Sri Lanka, menurut sumber-sumber kepada BBC. Dia disebut menuju Amerika Serikat. Warga Sri Lanka, yang hari ini bangun dengan berita bahwa presiden mereka telah pergi, turun kembali ke jalan. Ribuan orang memadati ibu kota Kolombo dan berkumpul di Galle Face Green, tempat protes utama. Bergantian, warga biasa naik ke podium dan menyampaikan orasi dengan berapi-api. "Kemenangan untuk perjuangan!" teriak warga dengan bahasa Sinhala, bersahut-sahutan dengan seruan-seruan protes lain. Para pembicara mencerca pemerintah dan para pemimpin yang mereka anggap telah mengecewakan rakyat. Beberapa orang mengaku marah dengan kepergian Rajapaksa ini. "Kami tidak suka, kami ingin dia tetap di Sri Lanka. Kami ingin uang kami kembali! Dan kami ingin menjebloskan semua Rajapaksa ke penjara terbuka supaya mereka bisa melakukan pekerjaan di pertanian," ujar seorang warga, GP Nimal. Pendemo lain, Reshani Samarakoon, yang merupakan seorang mahasiswa, berharap kepergian Rajapaksa ini menawarkan "harapan bahwa di masa depan Sri Lanka bisa menjadi negara berkembang secara ekonimi dan sosial". Rakyat Sri Lanka menyalahkan pemerintahan Presiden Rajapaksa atas krisis ekonomi terburuk yang dialami negaranya selama puluhan tahun terakhir. Selama berbulan-bulan, rakyat Sri Lanka harus menghadapi pemadaman listrik dan kekurangan bahan pokok seperti BBM, makanan, dan obat-obatan. Rajapaksa, yang memiliki imunitas dari tuntutan hukum selama masih menjabat presiden, diyakini telah merencanakan untuk kabur ke luar negeri sebelum lengser untuk menghindari kemungkinan ia ditangkap oleh pemerintahan yang baru. (Red)Sumber: BBC News