PKS Prihatin Terhadap Dugaan Adanya Pelecehan Verbal yang Dilakukan Rektor ITK

Obsessionnews.com - Anggota Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPR RI Junaidi Auly prihatin terhadap dugaan adanya pelecehan verbal yang dilakukan Rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Profesor Budi Santosa Purwokartiko terhadap peserta seleksi beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Baca juga:Keren! Empat Siswa MAN 2 Kota Malang Gondol Beasiswa LPDP Kuliah S1 di Luar NegeriLPDP Alokasikan Rp 1 Triliun untuk Mahasiswa Belajar di Universitas Terbaik Dunia [caption id="attachment_374639" align="alignnone" width="640"]
Anggota Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPR RI Junaidi Auly. (Foto: Humas Fraksi PKS DPR RI)[/caption] Dikutip dari keterangan tertulis Humas Fraksi PKS DPR, Senin (2/5/2022), Junaidi mengemukakan, LPDP seharusnya lebih selektif dalam memilih pewawancara calon penerima beasiswa. Kegagalan dalam memilih pewawancara akan berdampak hasil seleksi calon penerima beasiswa. Menurut anggota Komisi XI DPR ini, LPDP sesegera mungkin melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap berbagai proses seleksi, termasuk di dalamnya spesifikasi dan kelayakan pewawancara. Pewawancara penting memiliki kelayakan termasuk di dalamnya toleransi dan etika dalam menggunakan media sosial. “Silakan menggunakan media sosial, namun media ini harus digunakan secara bijak. Kesalahan dalam merangkai kata dapat menimbulkan kegaduhan dan konsekuensi hukum," tutur Junaidi. Ia menegaskan, calon penerima beasiswa agar tidak segan-segan melaporkan terkait tindakan yang tidak sesuai dengan regulasi. LPDP agar melakukan langkah nyata dalam memperluas saluran pelaporan sehingga akan memperjelas berbagai dugaan pelanggaran dalam pelaksanaan seleksi. “LPDP diharapkan tidak hanya membuat pernyataan resmi dan menindak tegas, tapi menjamin ada langkah yang berkelanjutan sehingga kejadian serupa tidak terulang kembali," tandasnya. Berikut tulisan lengkap Budi yang menghebohkan: Saya berkesempatan mewawancara beberapa mahasiswa yang ikut mobilitas mahasiswa ke luar negeri. Program Dikti yang dibiayai LPDP ini banyak mendapat perhatian dari para mahasiswa. Mereka adalah anak-anak pinter yang punya kemampuan luar biasa.Jika diplot dalam distribusi normal, mereka mungkin termasuk 2,5% sisi kanan populasi mahasiswa. Tidak satu pun saya mendapatkan mereka ini hobi demo. Yang ada adalah mahasiswa dengan IP yang luar biasa tinggi di atas 3,5. Bahkan beberapa 3,8 dan 3,9. Bahasa Inggris mereka cas cis cus dengan nilai IELTS 8, 8,5 bahkan 9. Duolingo bisa mencapai 140, 145, bahkan ada yang 150 (padahal syarat minimum 100). Luar biasa.Mereka juga aktif di organisasi kemahasiswaan (profesional), sosial kemasyarakatan dan asisten lab atau asisten dosen. Mereka bicara tentang hal-hal yang membumi;apa cita-citanya, minatnya, usaha2 untuk mendukung cita-citanya, apa kontribusi untuk masyarakat dan bangsanya, nasionalisme dsb. Tidak bicara soal langit atau kehidupan sesudah mati. Pilihan kata-katanya juga jauh dari kata-kata langit: inshaallah, barakallah, syiar, qadarullah, dsb.Generasi ini merupakan bonus demografi yang akan mengisi posisi2 di BUMN, lembaga pemerintah, dunia pendidikan, sektor swasta beberapa tahun mendatang. Dan kebetulan, dari 16 yang saya wawancara, hanya ada 2 cowok dan sisanya cewek.Dari 14, ada 2 tidak hadir. Jadi 12 mahasiswi yang saya wawancarai, tidak satu pun menutup kepala ala manusia gurun. Otaknya benar2 openmind. Mereka mencari Tuhan ke negara2 maju seperti Korea, Eropa barat dan US, bukan ke negara yang orang2nya pandai bercerita karya teknologi.Saya hanya berharap mereka tidak masuk dalam lingkungan yang membuat hal yang mudah menjadi sulit. (arh)
