Menko PMK: Orkestra Besar Indonesia-ASEAN untuk Pembangunan Manusia

Menko PMK: Orkestra Besar Indonesia-ASEAN untuk Pembangunan Manusia
Menko PMK Pratikno dalam Conference on the Future of ASEAN Human Development (AHDO) yang digelar di Sekretariat ASEAN, Jakarta, Rabu (10/9/2025) (Foto Dok. Humas Menko PMK)

Obsessionnews.com — Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno mengajak seluruh negara anggota ASEAN untuk membangun sebuah simfoni besar dalam pembangunan manusia menuju tahun 2045. Ajakan tersebut disampaikan dalam Conference on the Future of ASEAN Human Development (AHDO) yang digelar di Sekretariat ASEAN, Jakarta, Rabu (10/9/2025).

Dalam forum itu, Pratikno menekankan bahwa Visi Indonesia Emas 2045 dan Visi Komunitas ASEAN 2045 bukanlah dua agenda yang berdiri sendiri. Keduanya, menurutnya, harus dipandang sebagai sebuah harmoni yang berjalan seiring. “Bayangkan sebuah orkestra besar. Bukan hanya satu musisi, bukan hanya satu instrumen, melainkan ribuan yang bermain selaras. Itulah masa depan yang sedang kita bangun bersama,” ungkapnya dengan penuh optimisme.

Indonesia, lanjutnya, memiliki posisi strategis dalam upaya ini. Dengan jumlah penduduk mencapai 283 juta jiwa dari total sekitar 700 juta penduduk ASEAN, Indonesia memikul tanggung jawab besar dalam memastikan agenda pembangunan manusia menjadi arus utama dalam berbagai dokumen dan kebijakan regional. Lebih dari itu, Indonesia juga dituntut untuk berbagi pengalaman dalam menjalankan program-program yang mampu meningkatkan kualitas manusia, mulai dari bidang kesehatan, pendidikan, hingga perlindungan sosial.

Pratikno kemudian memaparkan berbagai langkah nyata yang telah dilakukan Indonesia. Di antaranya pemeriksaan kesehatan gratis bagi masyarakat, revitalisasi sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan, digitalisasi sistem pembelajaran, hingga pengembangan model pendidikan alternatif seperti Sekolah Unggul Garuda dan Sekolah Rakyat. Program-program tersebut, kata Pratikno, bukan semata instrumen pembangunan nasional, melainkan juga dapat menjadi inspirasi bagi negara-negara ASEAN dalam memperkuat ketahanan manusia dan mendorong pembangunan yang lebih inklusif.

Menurutnya, kekuatan ASEAN tidak hanya bertumpu pada besarnya pasar yang dimiliki, tetapi juga pada semangat kebersamaan dan cita-cita kolektif. Ia meyakini bahwa ketika Indonesia memasuki masa keemasan pada 2045, ASEAN pun dapat melangkah bersamaan menuju visinya sebagai kawasan yang tangguh, inovatif, dan berpusat pada manusia.

“Mari kita tulis babak baru ini bukan dengan nada terpisah, tetapi dengan harmoni. Satu visi, 700 juta suara. Saya percaya, simfoni kemitraan Indonesia dan ASEAN akan menginspirasi dunia,” pungkasnya.

Konferensi ini turut dihadiri sejumlah tokoh penting, antara lain Deputy Secretary-General of ASEAN Socio-Cultural Community H.E. San Lwin, Duta Besar Afrika Selatan untuk Indonesia H.E. Mpetjane Kgaogelo Lekgoro, Founder ASEAN Human Development Organisation (AHDO) Bob Aubrey, Chairman AHDO Indonesia Yulius Bulo, Director for Human Resource Pertamina Andy Arvianto, serta Director for Human Development Directorate ASEAN Secretariat Rodora T. Babaran. Kehadiran para pemimpin dan praktisi dari berbagai sektor ini menegaskan bahwa pembangunan manusia bukan hanya agenda pemerintah, tetapi juga menjadi perhatian dunia usaha dan masyarakat sipil di kawasan.

Dengan semangat kolaborasi itu, Indonesia mengajak ASEAN memainkan “orkestra besar” pembangunan manusia. Sebuah simfoni yang diharapkan bukan hanya mengangkat kualitas hidup warganya, tetapi juga memberi inspirasi bagi dunia tentang arti penting solidaritas regional dalam menghadapi masa depan.  (Ali)