Ridwan Hisjam Dilantik Jadi Dewan Pembina Maporina Bareng Habib Luthfi

Jakarta, Muslim Obsession - Masyarakat Pertanian Organik Indonesia (Maporina) menggelar acara Peringatan Ulang Tahun Maporina dan Pengukuhan Pengurus Pusat Maporina Masa Bakti 2021-2026 sekaligus seminar Niti Bumi bertemakan ‘Ketahanan Pangan Untuk Kesejahteraan Bangsa’.
Kegiatan seminar tersebut dilaksanakan secara Live, diikuti peserta lewat Online webinar dan offline. Acara dilangsungkan di Auditorium Gedung Perpustakaan Nasional, Jalan Medan merdeka selatan, Jakarta pada Selasa (22/02/22).
Acara seminar dibuka dengan dengan pemotongan tumpeng menyambut Hari Ulang Tahun Maporina ke -22 dan Pengukuhan Pengurus Pusat Maporina Masa Bakti 2021-2026, yang turut serta dihadiri oleh Presiden Joko Widodo.
Dalam kesempatan itu, Habib Luthfi bin Yahya dilantik menjadi Ketua Dewan Pembina Maporina bersama anggota dewan pembina lain seperti Politisi Senior Partai Golkar Ridwan Hisjam.
Sebagai Dewan Pembina, Ridwan mengatakan, pihaknya akan fokus mengarahkan Maporina agar terus berkonsentrasi pada pengembangan dan mensuplai beberapa varietas benih padi unggulan.
"Kita ingin Maporina menjadi motor penggerak untuk mensuplai beberapa varietas padi unggulan untuk para petani. Kita punya banyak peneliti yang punya kemampuan untuk menciptakan varietas baru," ucapnya.
Ridwan berharap Maporina terus mengembangkan sayap untuk menjalin kerjasama dengan pemerintah dalam turut serta menciptakan ketahanan pangan melalui sektor pertanian. "Kami berharap benih unggulan jenis padi dan kedelai yang mereka hasilkan mendapat perhatian dari pemerintah dan disosialisasikan masif ke masyarakat," terangnya.
Sementara itu, Ketua Umum Maporina Subandriyo mengatakan, saat ini pihaknya sudah mendekati pemerintah agar ada kebijakan untuk mensosialisasikan secara masif ke masyarakat tani.
“Tentu saja setiap produksi suatu pertanian itu tidak lepas dari bibit unggul sistem usaha taninya apakah pertanian organik atau anorganik. Tentunya kalau Maporina inginnya pertanian organik setidaknya pertanian ramah lingkungan."
Selain itu Dia mengaku pihaknya akan melakukan pendekatan pada pemerintah agar benih hasil penelitian mereka segera diakomodir melalui Kementerian dan Instansi terkait.
“Sayang sekali jika tidak dimanfaatkan karena hasilnya luar biasa itu. Sebaiknya hasil penelitian kami ini bisa diakomodir dan jangan sampai yang terjadi misalnya di satu tempat orang-orang yang pakai bibit unggul justru dianggap ilegal. Itu yang terkadang terjadi dan kadang menyebabkan teman-teman peneliti diluar pemerintah agak enggan melakukan. penelitian. Tetapi kita Maporina terus melakukan dan kita aplikasikan di wilayah yang kurang mendapat perhatian, misalnya di Papua,” kata Subandriyo. (Albar)