Veronica Kartadinata Mencintai Dunia Parfum & Kosmetik

Tidak pernah takut dengan perubahan. Iitulah prinsip hidup yang dijalani oleh Veronica Kartadinata. Perempuan yang selalu menjaga kesehatan dan kelangsingan tubuhnya ini dalam berkarier telah beberapa kali berpindah pekerjaan. “Agar hidup tidak membosankan, kita harus berani banting stir. Ketika kita menjalaninya sepenuh hati, tidak ada yang perlu ditakuti dan malah berpeluang menemukan pekerjaan yang kita cintai,” ujar general manager marketing & operation Aroma Abadi ini dengan optimis baru-baru ini. Ketika dia bergabung di Aroma Abadi, saat itu kondisi perusahaan benar-benar baru. “Kami mulai men-develop sistem, SOP, dan membangun tim dari awal pada Januari 2009 dengan jumlah karyawan sekitar 20 orang. Sekarang brand yang kami tangani sudah ada 15, seperti Hugo Boss, Gucci, Anna Sui, Max Factor, Lacote, Dunhill, dan lain sebagainya,” tuturnya. Dari pengalaman berkarier di berbagai perusahaan yang paling berharga adalah saat dia pindah ke Aroma Abadi. Ini adalah pertama kalinya dia bekerja di perusahaan keluarga lokal. Perlu satu tahun baginya menyesuaikan diri mengenal karakter maupun cara bekerja dengan sang bos, hingga akhirnya timbul kepercayaan dan begitu pun sebaliknya. Menariknya, dalam perjalanan mengembangkan berbagai brand yang di-handle perusahaannya, kebanyakan justru pihak dari pemilik brand-lah yang meminta produk mereka didistribusikan oleh Aroma Abadi. Ini adalah hasil profesionalisme dan reputasi baik. Distributor kosmetik dan parfum di Indonesia pemainnya memang tidak banyak. Pihak luar sudah tahu perusahaan mana saja yang berkompeten diajak untuk berkolaborasi. “Namun, tantangan selanjutnya yang tidak mudah adalah ketika brand sudah dipercayakan kepada kami adalah bagaimana caranya agar bisa berkembang dan berhasil di pasaran. Business plan-nya mesti tepat dan bisa diterapkan di sini. Kalau ada brand yang wawasan ke depannya tidak jelas, lalu meminta target sales di luar perkiraan kami, lebih baik dilepas,” paparnya seraya tersenyum. Ketika ditanya apakah ada brand yang menjadi incarannya, tapi belum masuk di Indonesia, dengan serius dia berkata, “Memang masih ada, namun kami harus melihat kondisi pasar di dalam negeri terlebih dahulu. Apakah masyarakat sudah siap menerimanya? Lalu, perlu ada riset khusus, sebelum produk tersebut dilempar ke pasaran.” Melihat perkembangan dunia digital, kosmetik yang dijual dengan sistem online kian bertambah, tapi masih dalam skala kecil-kecilan. “Namun, untuk minyak wangi sudah lebih banyak dan bukan kami yang menjual sendiri, kami hanya men-supply. Ada masa-masa online menjual jauh di bawah harga, lalu karena diskonnya besar dampaknya jadi merusak harga pasar. Sementara, kita tak bisa ikut campur mengatur diskon,” ujar Veronica. Customer kadang datang ke counter di mal untuk mencoba tes wanginya dan memilih memesan lewat online. Tapi, tetap banyak pembeli yang lebih percaya mengambil barang di department store. Memang tidak ada diskon besar-besaran, tapi yang dicari adalah servis dan paket pembelian berhadiah. Khusus, untuk kosmetik dan skincare mereka pun dapat bertanya banyak hal kepada beauty advisor di counter. (Women’s Obsession/Elly Simanjuntak)