Rabu, 1 Mei 24

Putin Bersumpah Rusia Terus Gempur Ukraina Tanpa Ampun

Putin Bersumpah Rusia Terus Gempur Ukraina Tanpa Ampun
* Ilustrasi Putin setengah Hitler. (Atlantic Council)

Presiden Vladimir Putin bersumpah Rusia akan terus melancarkan operasi militer di Ukraina tanpa ampun.

Putin berjanji pasukannya akan terus berjuang melawan apa yang dia sebut sebagai “nasionalis” di Ukraina, meski Rusia kini telah dihukum dunia dengan hujanan sanksi dan embargo di banyak sektor imbas invasi.

“Rusia bermaksud melanjutkan perang tanpa kompromi melawan gerilyawan kelompok bersenjata nasionalis,” kata Putin saat bertelepon dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Kamis (3/3/2022).

Putin bahkan mengancam akan menambah tuntutan kepada Ukraina sebagai syarat damai jika terlihat ada upaya menahan dan memperlambat perundingan antara Moskow dan Kiev.

“Memperlambat pembicaraan konflik hanya akan mengarah pada tuntutan tambahan dari negara kami kepada Kiev di meja negosiasi,” ucap Putin mewanti-wanti Macron.

Dikutip AFP, Putin juga menegaskan tidak suka mendengar isi pidato Macron kemarin soal konflik di Ukraina.

Menanggapi Putin, Macron mewanti-wanti Rusia telah melakukan “kesalahan besar” di Ukraina.

Menurut Macron, Putin telah membohongi diri sendiri terkait klaimnya atas Ukraina yang selama ini dijadikan Moskow dalih melancarkan invasi.

Macron memperingatkan Putin bahwa peperangan Rusia vs Ukraina akan membuat Rusia rugi besar dalam jangka panjang.

“Tidak ada satu pun hal yang dikatakan Presiden Putin dapat meyakinkan kami,” kata Macron seperti dikutip oleh seorang penasihatnya seperti dilansir Reuters.

“Anda membohongi diri sendiri. Ini akan sangat merugikan negara Anda, negara Anda akan berakhir terisolasi, melemah, dan berada di bawah sanksi untuk waktu yang sangat lama,” papar Macron menambahkan kepada Putin.

Ukraina terus berada dalam tekanan di hari kedelapan invasi Rusia berlangsung ini. Rusia kembali menggempur sejumlah kota Ukraina, terutama di selatan negara eks Uni Soviet itu.

Rusia bahkan telah menguasai Kherson per hari ini. Kherson merupakan salah satu kota penting di Ukraina yang memegang peran strategis.

Kota ini berada di jalur masuk dari Laut Hitam dengan populasi hampir 300 ribu jiwa. Pasukan Rusia juga semakin mengepung Mariupol di selatan Ukraina.

Perwira militer Ukraina menyebut kondisi Mariupol semakin kritis akibat gempuran Rusia dan dibantu pasukan separatis dari Donetsk sejak Rabu (2/3).

Standar Ganda Eropa Perlakukan Pengungsi Suriah vs Ukraina
Ahmad al-Hariri, pengungsi asal Suriah, menghabiskan satu dekade terakhir dengan berharap untuk dapat menemukan kehidupan yang baru di Eropa. Ahmad telah meninggalkan negaranya yang dilanda perang menuju Lebanon 10 tahun yang lalu.

Menyaksikan negara-negara Eropa menyambut ratusan ribu orang Ukraina dengan tangan terbuka dalam waktu kurang dari seminggu, ayah tiga anak ini mau tak mau membandingkan nasib mereka.

“Kami bertanya-tanya, mengapa orang Ukraina diterima di semua negara sementara kami, pengungsi Suriah, masih tetap berada di tenda dan tetap di bawah salju, menghadapi kematian, dan tidak ada yang melihat kami?” katanya kepada Reuters di sebuah pusat pengungsi di mana 25 keluarga berlindung di tepi Kota Mediterania Sidon.

Terdapat 12 juta warga Suriah telah tercerabut akibat perang. Banyak kritik muncul terkait perbedaan reaksi Barat terhadap krisis pengungsi yang dipicu oleh invasi Rusia ke Ukraina dengan cara Eropa saat berusaha menahan pengungsi Suriah dan pengungsi lainnya pada 2015.

Beberapa masih mengingat betul begitu banyak pengungsi yang terpaksa berjalan di tengah cuaca buruk selama berhari-hari. Ada juga sebagian dari mereka yang kehilangan nyawa saat menyeberangi lautan yang berbahaya ketika berusaha mencoba menembus perbatasan Eropa.

Pada Senin (28/2), empat hari setelah invasi Rusia, Uni Eropa mengatakan setidaknya 400.000 pengungsi Ukraina telah memasuki wilayahnya yang berbatasan darat dengan empat negara Uni Eropa.

Jutaan pengungsi lagi diharapkan akan tiba dan Uni Eropa sedang mempersiapkan langkah-langkah lain, seperti menawarkan izin tinggal sementara serta menyediakan akses ke pekerjaan dan kesejahteraan sosial. Ironisnya, reaksi tersebut bertentangan dengan perlakuan mereka terhadap perang di Suriah dan di tempat lain.

Pada awal 2021, 10 tahun setelah konflik Suriah meletus, negara-negara Uni Eropa telah menerima satu juta pengungsi dan pencari suaka asal Suriah, di mana lebih dari setengahnya diambil oleh Jerman. Sebagian besar dari mereka tiba sebelum kesepakatan 2016 di mana Uni Eropa membayar miliaran Euro untuk Turki agar terus menampung 3,7 juta warga Suriah.

“Yang kita lihat di sini bukanlah kelompok pengungsi yang tidak kami kenal, yang membuat kami tidak tahu harus bagaimana meresponnya. Mereka adalah orang-orang dengan masa lalu yang tidak jelas,” kata Perdana Menteri Bulgaria Kiril Petkov saaat merujuk pada pengungsi asal Timur Tengah, seraya menjelaskan bahwa pengungsi asal Ukraina merupakan orang yang cerdas, berpendidikan, dan berkualifikasi tinggi.

Sebagian pengungsi Ukraina menyeberangi perbatasan untuk mencari perlindungan di Polandia.

“Ini adalah orang Eropa yang bandaranya baru saja dibom, yang mendapat kecaman,” katanya. Bulgaria mengatakan akan membantu semua orang yang datang dari Ukraina, di mana ada sekitar 250.000 etnis Bulgaria.

Tahun lalu 3.800 warga Suriah mencari perlindungan di Bulgaria dan 1.850 diberikan status pengungsi atau kemanusiaan. Suriah mengatakan sebagian besar pengungsi hanya melewati Bulgaria untuk mencapai ke negara-negara Uni Eropa yang lebih kaya.

Pemerintah Polandia mendapat kecaman internasional pada tahun lalu karena menolak gelombang imigran yang menyeberang dari Belarus, sebagian besar dari Timur Tengah dan Afrika. Namun mereka kini menyambut pengungsi Ukraina.

Di Hungaria, yang telah membangun tembok di area perbatasan di selatan untuk mencegah terulangnya arus masuk orang dari Timur Tengah dan Asia tahun 2015, kedatangan pengungsi dari negara tetangga Ukraina telah disambut dengan dukungan dan bantuan transportasi, akomodasi jangka pendek, pakaian dan makanan. (CNNIndonesia/VOA/Red)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.