Jumat, 26 April 24

Pengabdian Terbaik Dwia Aries, Sang Rektor Perempuan

Pengabdian Terbaik Dwia Aries, Sang Rektor Perempuan
* Rektor Universitas Hasanuddin 2014-2018, Dwia Aries Tina Pulubuhu.

Obsessionnews – Menjadi rektor perempuan pertama di Universitas Hasanuddin (Unhas) merupakan kesempatan yang tak ingin disia-siakan Dwia Aries Tina Pulubuhu. Rektor Unhas periode 2014-2018 ini mengutamakan nilai kecerdasan mental dan karakter sebagai output terbaik dalam proses mendidik.

“Bukan hanya menjadi pintar, proses pendidikan juga harus mengasah kemampuan dan talenta setiap insan, agar kian bermakna bagi orang banyak. Proses revolusi mental yang dicanangkan Presiden Joko Widodo merupakan penggerak utama perubahan tersebut, termasuk di dunia pendidikan,” urainya.

Sebagai pendidik sekaligus pemimpin tertinggi di Unhas, perempuan yang mengagumi sosok Siti Aisyah dan Marie Curie ini menanamkan bahwa seorang pendidik harus visioner dan berlaku sebagai agen perubahan.

“Pendidik yang profesional mesti cerdas secara holistik. Karena pendidik ikut menentukan arah bangsa mencetak kader pemimpin masa depan,” sambung wanita yang gemar menyantap rujak cingur itu.

Dwia - 2Dalam mengemban profesi mulia ini, Board Member Australia Indonesia Center (AIC) berupaya menyeimbangkan kehidupan keluarga dan profesionalitasnya. Dia menambahkan, “Prinsip saya adalah bagaimana bisa mendidik mahasiswa dengan sukses, jika tidak mampu mendidik anak dan keluarga sendiri dengan baik. Kunci keseimbangan saya adalah dukungan dan komitmen ikhlas dari suami, anak, dan keluarga besar.”

Ketika membesarkan ketiga anaknya, Dwia selalu mengajak mereka memiliki dream sekolah ke luar negeri. Dia pun menerapkan semangat yang sama kepada civitas academica maupun mahasiswa Unhas untuk memperluas cakrawala hingga ke mancanegara.

“Memotivasi para dosen ke luar negeri secara simultan akan meningkatkan berbagai kerja sama dengan perguruan tinggi terbaik di mancanegara,” tegasnya.

Selain dengan Jepang dan Australia, saat ini Unhas sedang memperkuat kerja sama dengan beberapa universitas di Belanda, Prancis, dan Jerman.

Dwi pun menerapkan kebijakan bahwa dosen junior tidak diperkenankan studi lanjutan di Unhas atau dalam negeri, menghasilkan 80% dosen Unhas S3. Yang terbesar dari mereka alumni dari luar negeri Selama 2015 kemarin, Unhas pun sudah mendanai paling sedikit 200 presentasi karya ilmiah dosen di forum nasional maupun internasional.

Tidak hanya melebarkan sayap di kancah internasional, sejak ditetapkan sebagai Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN-BH) pada 2014 Unhas pun sedang fokus meningkatkan jumlah inovasi yang mengangkat keunggulan benua maritime Indonesia, sekaligus University Social Responsbility.

“Unhas satu-satunya PTN-BH di kawasan timur Indonesia. Kami pun ditargetkan oleh Kemenristekdikti harus bisa meningkatkan ranking di World Class University,” akunya penuh semangat.

Salah satu langkah upaya kemaritiman adalah menginisiasi Badan Usaha Milik Rakyat (BUMR) bekerja sama dengan Tanri Abeng University yang memfokuskan kepada peternak sapi dan nelayan rumput laut. Unhas juga sedang mempersiapkan Science and Techno Park Rumput laut bekerja sama dengan kabupaten Takalar dan pengembangan garam industri di kabupaten Jeneponto.

“Dalam memimpin perguruan tinggi memang tidak mudah dan harus tahu seni manajemen konflik dengan baik. Saya terbantu dengan keilmuan di bidang sosiologi konflik. Saya sampaikan kepada mahasiswa bila ada masalah bisa diskusi dengan saya sebagai rektor atau layaknya ibu sendiri. Jadi, tidak ada ruang kebuntuan untuk memecahkan suatu masalah,” tutup perempuan yang menyempatkan jogging, bersepeda, atau berenang untuk menjaga kondisi tubuhnya ini. (Naskah: Silvy Riana Putri/WO)

Tulisan ini pernah dimuat Majalah Women’s Obsession edisi Mei 2016.

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.