Senin, 29 April 24

Pejabat Intelijen AS Tuduh China Ancaman Terbesar Demokrasi

Pejabat Intelijen AS Tuduh China Ancaman Terbesar Demokrasi
* Direktur Intelijen Nasional (DNI) AS, John Ratcliffe. (Foto: AFP/BBC)

Direktur Intelijen Nasional (DNI) Amerika Serikat, John Lee Ratcliffe, menyebut China sebagai ancaman terbesar terhadap demokrasi dan kebebasan sejak Perang Dunia II.

Dalam tulisannya di Wall Street Journal, Ratcliffe menuduh China mengembangkan kekuatan ekonomi dengan mencuri rahasia dan mereplika teknologi korporasi besar AS.

Dengan bekal itu, kata Ratcliffe, China kemudian menyingkirkan perusahaan asal AS di pasar global.

Pemerintahan Donald Trump selama ini bersitegang dengan China. AS mematok tarif tinggi untuk setiap produk China, bahkan menuduh mereka melakukan pencurian intelektual.

Hingga artikel ini disusun, otoritas China belum menanggapi berbagai tuduhan ini.

Namun, China sudah membalas kebijakan AS secara tegas, antara lain dengan skema pengenaan tarif dan menjauhkan raksasa telekomunikasi Huawei dari pasar Amerika.

Ratcliffe menuding China mempersiapkan strategi untuk berkonfrontasi dengan AS. Tujuannya, kata dia, untuk mendominasi dunia dari segi ekonomi, militer, dan teknologi.

Tulisan Ratcliffe ini mengulang pendapat yang sebelumnya diutarakan Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo dan kepala FBI, Christopher Wray.

Tudingan ini muncul saat China menekan sekutu AS, yaitu Australia. Mereka membuat daftar kebijakan yang menurut mereka mesti diubah pemerintah Australia.

China juga memberlakukan tarif impor untuk produk anggur Australia. China pun belakangan munuduh tentara Australia melakukan kejahatan perang di Afghanistan.

Juru bicara kementerian luar negeri China Hua Chunying, 2 Desember lalu, menuduh AS meluncurkan berbagai kampanye politik yang menyudutkan China.

Dia berkata, serangan itu bias ideologis dan merupakan strategi untuk menahan kemajuan China.

“Ada pepatah China … ‘mata melihat apa yang diyakini pikiran’,” kata Chunying dalam konferensi pers hariannya. (Red)

Sumber: BBC Magazine

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.