Tangsel, Obsessionnews.com-Presiden kedua RI, Soerharto alias Pak Harto, ternyata sejak 29 tahun, tepatnya 20 Agustus 1987, yang lalu sudah menyiapkan berdirinya Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Reaktor yang diresmikan tersebut adalah reaktor Serba Guna G.A. Siwabessy (RSG-GAS) di Kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) Serpong, Banten.
Reaktor ketiga yang dimiliki lndonesia ini memiliki kapasitas 30 megawatt (MW) dan menjadi reaktor riset terbesar di kawasan regional Asia Pasifik.
Pemberian nama tersebut sebagai penghargaan kepada dr. G.A. Siwabessy, ahli radiologi yang memiliki jasa besar dalam merintis pengembangan program nuklir di lndonesia. G.A. Siwabessy adalah Direktur Jenderal Lembaga Tenaga Atom (LTA) pertama. LTA kemudian berkembang menjadi Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN).
baca juga:
Batan Siap Bangun PLTN 8-10 Tahun
PLTN Berbasis Teknologi Bukan SDA
Indonesia Tetap Butuh Energi Nuklir Jadi Pilihan Terakhir
Listrik ‘Uranium’ Terancam Batal, RI Lirik Thorium
Kuasai Teknologi Tidak Harus PLTN
Indonesia Tetap Butuh Energi Nuklir Jadi Pilihan Terakhir
Pengajar Nuklir Indonesia Dipakai Negara Lain
RSG-GAS adalah reaktor riset yang memiliki fungsi serbaguna, yaitu untuk memproduksi radioisotop, pengujian bahan dan penelitian untuk berbagai keperluan. Selain itu, RSG-GAS juga dilengkapi dengan laboratorium penunjang untuk penguatan kapasitas dan kapabilitas sumber daya manusia di bidang nuklir, di antaranya adalah instalasi produksi radioisotop, instalasi fabrikasi bahan bakar reaktor, instalasi limbah radioaktif dan instalasi keselamatan reaktor.
Seluruh instalasi tersebut secara bersinergi diperlukan dalam upaya penguatan industrialisasi nuklir, terutama untuk mendukung kemandirian dalam pembangunan dan pengoperasian PLTN. Karena itu, RSG-GAS terus menggembleng sumber daya manusia terkait persiapan bila nanti Indonesia memiliki PLTN.
“Reaktor riset di Serpong ini untuk persiapan pembangunan PLTN. Jadi di sinilah kita melatih SDM kita bila kelak nanti kita punya PLTN,” kata Kepala BATAN Djarot Sulistio Wisnubroto kepada para wartawan di Gedung 71 BATAN di Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (23/8).
Saat ini bahan bakar RSG-GAS dipasok dari perusahaan BUMN yaitu PT. lndustri Nuklir lndonesia (lNUKl). Kapasitas daya yang dimanfaatkan dari RSG-GAS baru sekitar setengahnya (15 MW) sehingga RSG-GAS masih memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan oleh pengguna lain.
Selain itu, reaktor tersebut menghasilkan radioisotop yang telah diekspor ke negara tetangga. “Sebagian produksi (radioisotop) yang ada di ekspor ke Malaysia, Singapura, Vietnam dan Jepang,” ujar Djarot Sulistio Wisnubroto.
Dijelaskan Djarot, radioisotop sangat menunjang kegiatan radiodiagnostik di berbagai rumah sakit di Indonesia. Radioisotop adalah suatu unsur yang difungsikan menjadi radioaktif, dan pancaran radiasinya dimanfaatkan sebagai alat untuk merunut atau melacak lokasi sumber penyakit dan kelainan morfologi dan fungsi organ.
Sedangkan reaktor RSG-GAS, selain bisa menghasilkan radioisotop juga digunakan untuk fasilitas pengujian bahan. Dimanfaatkan antara lain untuk pengujian struktur logam dengan menggunakan radiasi neutron.
“Salah satu hasilnya pengujian logam yang digunakan membuat bahan bakar reaktor nuklir,” kata Djarot.
Kemudian, reaktor RSG-GAS juga dilengkapi dengan laboratorium penunjang untuk penguatan kapasitas dan kapabilitas sumber daya manusia di bidang nuklir. Tersedia juga instalasi produksi radioisotop, instalasi fabrikasi bahan bakar reaktor, instalasi limbah radioaktif dan instalasi keselamatan reaktor.
Dengan pengalaman dan kelengkapan fasilitas reaktor RSG-GAS itu, tambah Djarot, banyak negara lain yang mengirimkan sumber daya manusianya untuk belajar dan berlatih tentang teknologi pengoperasian, pemanfaatan dan perawatan reaktor kepada Batan.
Fungsi unik lainnya, ketika reaktor RSG-GAS bekerja memproduksi radioisotop, ada pancaran radiasi neutron RSG-GAS yang bisa mengiradiasi batuan topas. Proses ini mampu menghasilkan batuan dengan berbagai macam warna menarik untuk meningkatkan nilai ekonomi jauh lebih tinggi dibandingkan batuan asalnya.
Batan memiliki dua reaktor untuk penelitian, satu berlokasi di Bandung linnya di Yogyakarta.@reza_indrayana