Jumat, 26 April 24

Mengatasi Macet Jakarta dan Korelasinya Dengan Revolusi

Mengatasi Macet Jakarta dan Korelasinya Dengan Revolusi

Oleh: Yudha Geminz, Gerakan Pulang Kampung (GPK)

Mengatasi macet kota-kota besar tidak cukup dengan kebijakan-kebijakan parsial yang terlalu dominan bertumpu pada kebijakan infrastruktur. Harus ditangani secara konprehensif terutama ideologi merantau masyarakat desa wajib kita kritisi perspektif idealismenya apa.

Yang perlu “diserang” dan diobati adalah paradigma para “pengacau” pembuat macet Jakarta, kaum urban yg tidak punya tujuan holistik atas kedatangannya ke Ibukota ini.

Kaum urban meninggalkan desanya selalu dengan alasan yg klasik, di desa tidak ada lapangan kerja. Frase pendapat ini tidak mutlak benar 100%. Beberapa persen saja nilai validitas alasan penduduk desa tersebut.

Alasan tidak ada lapangan kerja di desa bisa jadi tanpa sadar dan secara alam bawah sadarnya adalah alasan yg diklasik-klasikkan. Alasan yg terus dipelihara agar dpt legitimasi utk dtg ke kota menjadi “pengacau” Ibukota,penyebab macet, dan sebagainya.

Siapa bilang di desa tdk ada lapangan kerja. Lapangan kerja sbg petani,nelayan,pedagang,dsb masih terbuka lebar.

Apalagi bila pembangunan sdh tdk terlalu terpusat di Jakarta maka sy yakin di desa makin tersedia lapangan kerja. Mengenai hal ini rezim hrs diingatkan isme pembangunan yg dianutnya. Harus berorientasi pertumbuhan dan *pemerataan*. Selama ini isme pembangunan kita terlalu bangga dg isme *pertumbuhan*.

“Iye emang tumbuh, tp yg tumbuh lu lagi lu lagi. Cape deh he… he… hee…”

Lalu kenapa gue yg notabene adalah juga orang desa datang pula ke Jakarta, ikut²an menambah sesaknya Ibukota.

“Gue beda, brooo…gue lain dg perantau² konvensional klasik tsb,Sooonn.. Gue pengen belajar revolusi,bro.. hehe Gue punya tujuan holistik datang ke Ibukota ini, bedonnn… Yeee blm tahu dia xixixi…”

“Rumus revolusi konon kan katanya harus dimulai dari kepalanya dulu, dari Ibukotanya dulu. Mangkanye gue ke Jakarta. Andai Ibukota RI ini di Beijing gue akan merantau ke sana, Ciilll.. Inyong pengen ikut revolusi, Cilll”

Ok kembali lg ke soal paradigma merantau tadi. Inilah yg dimaksud mengatasi masalah secara fundamental dan ideologis. Mencari rumus akar masalah yg terletak di cara pandang, cara pikir, prinsip dan budaya.

Sampai detik ini sy tak mengajak “seekor” pun famili dan tetangga di Jatim sana utk sy boyong ke Ibukota utk ikut²an menambah sesaknya Ibukota. Kecuali kpd mereka² yg punya potensi bermanfaat utk tujuan revolusi maka akan sy boyong ke Ibukota. Ini adalah bagian komitmen sy atas prinsip yg sy pegang teguh sampai detik ini.

Kharakter perantau² urban di kota² besar khususnya Ibukota adalah baru sukses sedikit saja gaya mana tahannya langsung muncul. Cepat² pulkam begaya di kampung halamannya dan balik bawa rombongan dari kampungny. Makin sesaklah Ibukota.. ,,cape deh

Pesan kepada Gubernur terpilih agar GPK/GERAKAN PULANG KAMPUNG ini diapresiasi. Dan usir saja utk gembel² Ibukota yg tidak terendus punya cita² revolusi dalam semangat dirinya !!!

04-08-2017

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.