Jumat, 29 Maret 24

Breaking News
  • No items

Megawati: Dialog Konstruktif Adalah Jalan Bagi Perdamaian Dunia

Megawati: Dialog Konstruktif Adalah Jalan Bagi Perdamaian Dunia
* Presiden RI kelima Megawati Soekarnoputri, dalam pidato kunci (keynote speech) di acara Forum Perdamaian Dunia (World Peace Forum) ke-8 yang diselenggarakan Tsinghua University di Beijing, Senin (8/7/2019). (Foto: dok PDIP)

Beijing, Obsessionnews.com – Presiden RI kelima Megawati Soekarnoputri mengajak agar prinsip musyawarah mufakat dan dialog konstruktif menjadi cara untuk menyelesaikan segala pertentangan demi mewujudkan perdamaian dunia.

 

Baca juga:

Megawati Ucapkan Selamat Buat Jokowi-Ma’ruf Amin

Berembus Kabar Megawati Soekarnoputri Akan Turun Tahta

Temui Megawati, Ma’ruf Bahas Aksi Inkonstitusional

 

Maka jika ingin dunia damai, maka setiap negara bangsa harus menghormati kedaulatan tiap negara bangsa lainnya, walau yang terkecil sekalipun.

Hal itu disampaikan oleh Megawati Soekarnoputri dalam pidato kunci (keynote speech) di acara Forum Perdamaian Dunia (World Peace Forum) ke-8 yang diselenggarakan Tsinghua University di Beijing, Senin (8/7/2019).

Ketua Umum DPP PDI Perjuangan itu menjadi pembicara utama dalam pleno yang bertemakan International Configuration and World Order.

Megawati mengatakan isu perdamaian menghangat biasanya seiring isu adu kekuatan yang terjadi di antara negara-negara yang dinilai maju dalam pertumbuhan ekonomi.

“Dalam forum ini, saya ingin mengajukan pertanyaan, yaitu “siapakah sebenarnya yang hendak dihancurkan di abad 21 ini?”

Inikah arti kemerdekaan yang dengan susah payah telah diperjuangkan oleh para pendiri bangsa kita? Inikah arti dari kemajuan teknologi? Apakah teknologi diciptakan untuk menyulut peperangan atau sebenarnya untuk memperkokoh perdamaian?,” ucap Megawati.

Padahal, menurutnya dunia juga telah mengalami berbagai contoh kesengsaraan yang diakibatkan oleh perang. Dari perang dunia, konflik Semenanjung Korea, konflik di Timur Tengah, dan lainnya. Begitu banyak juga inisiatif baik perdamaian lewat Konferensi Asia Afrika 1955, Gerakan Non-Blok, hingga kerja-kerja PBB.

Prinsip pertama yang disampaikan Megawati, semua harus selalu ingat bahwa bumi yang kita diami ini hanyalah satu. “Maka kita sendirilah yang harus menjaga dan melestarikannya,” kata Megawati.

Hal kedua, semua harus menyadari jika setiap pertentangan selalu dimaknai sebagai perang, maka pertentangan tersebut pasti akan berujung dengan bahaya bagi peradaban manusia.

Dalam konteks itu, nasib umat manusia tidak dapat ditentukan oleh hanya segelintir bangsa atau golongan yang merasa dirinya besar dan kuat, paling benar dan suci. Setiap bangsa, sekecil apapun, berhak bersuara. “Dan suara sekecil apapun, berhak untuk didengar dalam upaya keamanan dan perdamaian dunia,” kata Megawati.

Ketiga, jika bersepakat menciptakan perdamaian dunia, maka lenyapkanlah sebab-sebab pertikaian dan ketegangan. Dunia akan merasa damai bila sebab-sebab peperangan dilenyapkan. Jika segala kebencian, permusuhan dan keserakahan dilenyapkan.

Bagaimana caranya? Menurut Megawati, adalah dengan duduk bersama, menggunakan pikiran dan hati yang tenang.

“Lenyapkan semua itu dengan dialog konstruktif. Lenyapkan semua itu dengan musyawarah mufakat, temukan dan putuskan prinsip-prinsip yang disetujui secara bersama untuk menyelesaikan pertentangan,” ujarnya.

Kata Megawati, ada sebuah prinsip yang sesuai dengan amanat Piagam Perserikatan Bangsa Bangsa. Yakni prinsip persamaan kedaulatan bagi semua bangsa. Satu prinsip untuk menghormati, menghargai, mengakui dan melindungi penggunaan hak-hak azasi setiap manusia dan hak-hak azasi nasional setiap bangsa.

“Itulah prinsip yang harus diterima, dipegang teguh, dan dijalankan oleh setiap bangsa,” tandasnya.

Usai berpidato, Megawati memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya kepadanya.

Selain Megawati, di forum ini turut hadir juga mantan Perdana Menteri Singapura yang sekaligus pimpinan delegasi Singapura Goh Chok Tong, mantan Presiden Afghanistan Hamid Karzai, mantan Perdana Menteri Belgia Herman Van Rompuy, dan mantan Menlu Rusia Igor Ivanov. (Has)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.