Rabu, 1 Mei 24

Megawati Cerita Dia Tak Gunakan Hak Pilihnya di Pemilu 1997

Megawati Cerita Dia Tak Gunakan Hak Pilihnya di Pemilu 1997
* Megawati Soekarnoputri berpidato di acara halalbihalal di Markas DPD PDI Pro Mega Jawa Timur, Jl. Pandegiling No. 223, Surabaya, Sabtu (22/2/1997). (Foto: dok. Megawati)

Penyerbuan Kantor DPP PDI
Sementara itu Megawati tak mau mengakui kepemimpinan Soerjadi. Mega tetap menganggap dirinya adalah ketua umum PDI yang sah. Para pendukung Megawati mengecam pemerintah yang memfasilitasi Kongres V PDI, dan mereka pun tak sudi mengakui Soerjadi sebagai bos PDI.

Kemarahan para pendukung Megawati terhadap Soerjadi dan rezim Orba dilampiaskan melalui mimbar bebas di kantor DPP PDI, Jl. Diponegoro No. 58 Menteng, Jakarta Pusat. Yang memberikan orasi adalah tokoh-tokoh PDI dan sejumlah aktivis pro demokrasi, antara lain Partai Rakyat Demokratik (PRD) pimpinan Budiman Sudjatmiko.

Sabtu 27 Juli 1996, sekitar pukul 06.00 WIB, ratusan warga PDI pimpinan Soerjadi yang dibantu aparat keamanan mengambil alih kantor DPP PDI yang masih diduduki massa PDI pimpinan Mega. Dalam peristiwa berdarah tersebut dikabarkan puluhan pendukung Megawati meninggal dunia dan banyak yang terluka. Selain itu sejumlah orang ditahan. Meletusnya peristiwa Sabtu kelabu itu menyebabkan kerusuhan di beberapa lokasi di Jakarta. (Baca: Kantor PDI Saksi Bisu Kebengisan Rezim Orde Baru)

Kantor DPP PDI yang rusak parah dinyatakan pemerintah status quo sampai batas yang tidak ditentukan dan dijaga oleh aparat kepolisian.

DPP PDI pimpinan Megawati bersama pengacara RO Tambunan, Ketua Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) mengadukan Soerjadi dan sejumlah pengurus DPP PDI hasil Kongres V Medan ke Polda Metro Jaya sehubungan penyerbuan markas DPP PDI.

Halaman selanjutnya

Pages: 1 2 3 4 5 6

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.