Sabtu, 27 April 24

Masjid Raya Sumbar Sarat Nilai Budaya dan Sejarah

Masjid Raya Sumbar Sarat Nilai Budaya dan Sejarah

Padang, Obsessionnews – Masjid sebagaimana lazimnya didirikan memiliki kubah. Namun terdapat satu masjid di Sumatera Barat (Sumbar) tidak memiliki kubah sebagiamana umumnya mesjid. Mesjid itu berada di pusat ibukota provinsi di Kota Padang.

Masjid yang dibangun di Jalan Khatib Sulaiman bernama Mesjid Raya Sumatera Barat. Bentuk atap dan ukiran yang terdapat di dinding Masjid Raya Sumbar, memiliki makna masing-masing.

Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Sumbar mengatakan dibagian atap masjid menggambarkan bentuk bentangan kain yang digunakan untuk mengusung batu Hajar Aswad, ketika empat kabilah suku Quraisy di Mekkah berselisih pendapat mengenai siapa yang berhak memindahkan batu Hajar Aswad ke tempat semula setelah renovasi Ka’bah.

“Nabi Muhammad memutuskan meletakkan batu Hajar Aswad di atas selembar kain, sehingga dapat diusung bersama oleh perwakilan dari setiap kabilah dengan memegang masing-masing sudut kain,” kata M Sayuti usai acara Tabligh Akbar dengan tema membangun ekonomi umat bersama Koperasi di Mesjid Raya Sumatera Barat, Jumat (29/5).

masjid sumbar2

Tablig Akbar, yang juga dihadiri oleh Gubernur Irwan Prayitno, Walikota Padang Mahyeldi Ansarullah, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Sumbar, Salman K. Memed dan Kepala SKPD dilingkungan Pemprov. Sumbar, M Sayuti mengatakan bahwa bentuk sudut lancip sekaligus mewakili atap bergonjong pada rumah adat Minangkabau rumah gadang.

Kemudian dibagian dinding yang berbentuk ukiran tempat Al-Quran dengan 4 (empat) sudut, mengandung filosofi dalam budaya Minangkabau sebagai “tau di nan ampek”, yakni Al-Quran, Injil, Taurad dan Zabur. Selain itu juga tersirat makna “adat nan ampek”, yaitu adat nan subana adat, adat nan diadatkan, adat nan taradat dan adat istiadat.

masjid sumbar3

Sedangkan bentuk lain pada dinding masjid, yaitu ukiran segi tiga yang didalamnya terdapat 6 (enam sudut), bermakna tiga tungku sajarangan, tiga tali sapilin yang harus memegang teguh rukun iman.

Hal senada juga disampaikan oleh Ketua Majelis Ulama Islam (MUI) Sumbar Syamsul Bahri Khatib. Hakikat tiga tungku sajarangan tiga tali sapilin adalah rukun iman sebagai pengikat seluruh elemen yang ada ditengah-tengah masyarakat.

“Tanpa pengamalan rukun iman, akan terjadi goncangan bagi semua umat,” kata Syamsul Bahri. (Musthafa Ritonga)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.