Sabtu, 27 April 24

Keyakinan Kuat, Ujian pun Lewat

Keyakinan Kuat, Ujian pun Lewat
* Ilustrasi keyakinan kuat. (Foto: markazinayah)

Sesungguhnya tidak ada manusia yang luput dari cobaan hidup, dan sesungguhnya tidak ada keberhasilan yang tak melewati ujian dan tantangan. Semakin bertambah usia seseorang, maka semakin kencang pula angin kehidupan berhembus untuk menguji ketegaran dan keimanannya.

Ketahuilah bahwa ujian hidup bukanlah bentuk kekejaman dari sang pencipta. Sebagaimana ujian sekolah bukanlah bentuk hukuman sewenang-wenang dari sang guru untuk muridnya.

Di adakan ujian karena memang sebelumnya sudah ada pelajaran yang telah diberikan oleh sang guru. Begitu pula ujian hidup, sang pemilik hidup sudah membekali manusia dengan akal, hati nurani, kitab suci dan nasehat para nabi-Nya. Jika bekal itu sudah diberikan, maka pada saatnya ujian itu akan datang.

Dalam menghadapi suatu perjuangan hidup, sudah di pastikan bahwa kita akan menghadapi suatu ujian. Dalam menghadapi ujian itulah maka kita sangat memerlukan suatu keyakinan, jika kita yakin bahwa kita akan mampu menghadapi dan melalui dengan mudah, maka insyaa Allah kita akan mudah pula menghadapi ujian tersebut. Sebab keyakinan adalah sebuah upaya yang mampu menumbuhkan suatu bentuk motivasi bagi diri pribadi yang nantinya berguna dalam menghadapi ujian.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

“Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk surga, padahal belum datang kepada kalian (ujian) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka di timpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta di goncangkan (dengan bermacam-macam goncangan), sehingga berkatalah rasul dan orang-orang yang bersamanya : Bilakah datang pertolongan Allah? Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amatlah dekat”
(Qs. Al-Baqarah : 214)

Banyak orang berkata bahwa ujian adalah hukuman atau azab dari Allah, perkataan ini benar jika yang di maksud adalah untuk para ahli maksiat atau orang-orang fasik. Sedangkan bagi seorang ahli iman, ujian adalah bentuk kasih sayang atau cinta Allah kepada-Nya agar Allah memberikan pahala dan menghapus dosa-dosanya.

Nabi SAW bersabda :

“Sesungguhnya besarnya pahala itu sesuai dengan besarnya ujian. Sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum, maka dia akan memberikan ujian kepada mereka. Barang siapa yang ridho (terhadap ujian tersebut), maka baginya keridhoan Allah. Dan barang siapa yang murka (terhadap ujian tersebut), maka baginya kemurkaan Allah”
(HR. Ibnu Majah)

“Ujian (musibah) akan terus menimpa seorang mukmin laki-laki dan perempuan, baik menimpa pada jiwa, anak, atau hartanya, hingga ia bertemu Allah tanpa memiliki kesalahan (sedikitpun)”
(HR. Tirmidzi)

Nah oleh karena itu, seorang pesimistis selalu berkeyakinan bahwa dirinya tidak akan mampu untuk menghadapi segala tantangan dan ujian yang ada, dia selalu berpedoman dan bergantung kepada apa yang menjadi keyakinan dari orang lain. Sebaliknya jika orang tersebut adalah seorang yang optimistis, maka ia yakin dengan segala kemampuan dan kondisinya akan mampu menghadapi tantangan dan ujian yang ada.

Seseorang yang mempunyai suatu keyakinan kuat akan sulit di pengaruhi oleh orang lain dan faktor-faktor lain yang ada. Selain sebagai suatu motivasi dan upaya, keyakinan akan menjadi kekuatan utama dalam melaksanakan apa yang di amanatkan oleh sang maha pencipta. Maka dari itu, janganlah menjadi pribadi yang pesimistis, tapi jadilah pribadi yang optimistis. Yakinlah bahwa ujian yang sedang kita hadapi adalah bentuk kasih sayang dan cinta dari Allah kepada kita, dan yakinlah bahwa kita akan mampu untuk melewatinya.

Semoga Allah memberi kemudahan bagi kita dalam menghadapi segala ujian-Nya. (*/Red)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.