Sabtu, 27 April 24

Kerjasama Arab Saudi-Israel, Bencana Bagi Palestina

Kerjasama Arab Saudi-Israel, Bencana Bagi Palestina

Bersamaan dengan tersebarnya berita perluasan kerjasama strategis Tel Aviv-Riyadh, mantan ketua dinas rahasia Israel (Mossad) juga membenarkan kerjasama tersebut.

Tamir Pardo, mantan ketua Mossad mengakui hubungan strategis Tel Aviv dan Riyadh. Ia mengatakan, bahaya paling serius bagi Israel adalah konfrontasi dengan bangsa Palestina. Mantan ketua Mossad ini menyampaikan pidatonya tersebut di Universitas Harvard Amerika Serikat.

Sebelumnya Turki Faisal, mantan ketua dinas rahasia Arab Saudi bertemu dengan Yaakov Amidror, mantan penasihat keamanan Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu di Washington Institute for Near East Policy (WINEP). Di debat pendapat tersebut, Turki Faisal dan Yaakov Amidror menekankan kerjasama Arab Saudi dan Israel anti Republik Islam Iran dan poros muqawama di kawasan.

Sementara itu, Bloomberg baru-baru ini di laporannya menulis, wakil dari Arab Saudi dan Israel menggelar lima pertemuan rahasia. Pertemuan tersebut digelar sejak tahun 2014 di India, Italia dan Republik Cheko. Agenda pertemuan rahasia ini adalah permusuhan kolektif Tel Aviv-Riyadh dengan Republik Islam Iran.

Arab Saudi sebagai negara Islam, pelayan dan tuan rumah Baitullah serta sekretariat Organisasi Kerjasama Islam (OKI) selama beberapa tahun terakhir menerapkan kebijakan anti Islam dan melakukan kezaliman besar terhadap dunia Islam dan umat Islam. Arab Saudi dengan strategi mengamini kebijakan Zionis dan Amerika Serikat terus berusaha memusuhi poros muqawama dan menjalin kerjasama strategis dengan musuh bersama dunia Islam yakni Israel.

Arab Saudi rupanya lebih memilih tunduk pada rezim Zionis Israel dan mengangkat pedang (memusuhi) terhadap bangsa Palestina ketimbang memanfaatkan kapasitas dunia Islam untuk mendukung poros muqawama serta cita-cita bangsa tertindas Palestina.

OKI yang didirikan dengan cita-cita mendukung hak, cita-cita dan kesucianPalestina, dewasa ini dikarenakan pengkhianatan Al Saud, berubah menjadi markas konspirasi anti negara-negara Islam serta mengabaikan isu bangsa Palestina.

Sementara itu, seluruh upaya negara-negara Islam harus diarahkan kepada kepentingan rakyat Palestina, rezim Al Saud dengan menghamburkan dolar minyak dan menyelenggarkaan sidang terkoordinasi dalam koridor OKI, Dewan Kerjasama Teluk Persia (P-GCC) dan Liga Arab malah menjalin kerjasama dengan Israel sebagai musuh bersama dunia Islam.

Penyebutan teroris terhadap Gerakan Perlawanan Islam Lebanon (Hizbullah) di organisasi Islam dan Arab merupakan puncak pelayanan Arab Saudi terhadap Israel. Ini merupakan noktah paling hitam Arab Saudi selama keberadaannya dan ketika negara ini dihadapkan pada krisis keamanan serius.

Menurut Sayid Hassan Nasrullah, sekjen Hizbullah, Arab Saudi berubah menjadi ujung program anti muqawama di kawasan. Keuntungan dari kebijakan ini hanya milik Israel yang senantiasa mengalami kekalahan ketika menghadapi muqawama Lebanon dan Palestina. (irib.ir)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.