Jumat, 26 April 24

Istana vs Cikeas, Pilih Damai atau Berseberangan?

Istana vs Cikeas, Pilih Damai atau Berseberangan?
* SBY dan Jokowi.

Jakarta, Obsessionnews.com – Hubungan Istana dengan Cikeas dalam beberapa hari belakangan ini kian berseberangan. Jokowi ataupun SBY kerap berbalas pernyataan menanggapi isu-isu yang ada. Terbaru melalui akun twitternya, SBY mengeluhkan soal merajalelanya kabar bohong atau hoax. Pernyataan ini bisa sekaligus menandai sindirannya terhadap Jokowi yang kerap kali marah atas beredarnya kabar hoax di media sosial.

Presiden ke-6 RI itu mengaku gusar akan kondisi negara saat ini. Tanda *SBY* di ujung tweet menandakan bahwa tweet tersebut ditulis oleh SBY sendiri. Ini merupakan tweet pertama bertanda *SBY* pada 2017. Twit yang di-posting lewat akun Twitter @SBYudhoyono, Jumat (20/1/2017), sekitar pukul 14.00 WIB itu meraih ribuan komentar pengguna twitter baik yang pro maupun kontra.

Terkait berita hoax, Presiden Jokowi sudah pernah melakukan rapat terbatas membahas antisipasi perkembangan media sosial. Jokowi ingin mengevaluasi media daring (online) yang kerap membuat berita bohong (hoax) dan cenderung provokatif. Beberapa langkah untuk menangkal hoax dilakukan, di antaranya pembuatan Badan Siber Nasional. Target dibentuknya lembaga ini bukan sekadar beredarnya berita hoax, tapi juga lebih kepada pertahanan siber.

“Kita harus evaluasi media online yang sengaja memproduksi berita bohong, tanpa sumber yang jelas, dengan judul provokatif, mengandung fitnah,” kata Jokowi.

Hubungan Tak Harmonis Pasca 411
Sejumlah media menuliskan hubungan Jokowi dan SBY tak harmonis pasca demonstrasi 4 November lalu. Pasalnya, aksi yang disebut-sebut ditunggangi oknum elite politik itu beraroma makar dan hendak menggulingkan pemerintahan yang sah. Tudingan itu pun mengarah kepada sosok SBY.

Mencium adanya tindak-tanduk berbau impeachment itu, Jokowi segera melakukan konsolidasi politik dengan berbagai kalangan ulama, militer, hingga ketua partai. Safari politik dimulai dengan mengunjungi markas tokoh agama dari PBNU, Muhammadiyah dan beberapa ormas Islam lainnya. Tak hanya itu saja, safari politik Jokowi juga berlangsung di markas TNI/Polri hingga mengundang ketua partai politik nasional ke Istana Negara.

Jokowi menggelar pertemuan empat mata dengan Ketua Umum Partai Nasional Demokrat Surya Paloh, Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto, Ketua Umum PAN Rohamurmuziy, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Kemudian Presiden ke-3 RI BJ Habibie serta mantan Wapres Tri Sutrisno.

Namun, hingga saat ini dan menjadi pertanyaan besar kenapa Jokowi tidak mengundang SBY? Menjawab pertanyaan itu, pengamat politik Lingkar Madani (Lima) Ray Rangkuti menilai hubungan Jokowi dan SBY bukan lagi sebatas hubungan oposisi melainkan sudah menjadi seteru politik. Ray menambahkan saat ini Jokowi memilih bersikap beda dengan SBY. Menurut Ray, di mana pun posisi SBY, Jokowi akan mengambil posisi yang berseberangan.

“Saya melihatnya Pak Jokowi ini memang mau mengatakan Pak SBY Itu bukan lagi pada level oposisi, tapi sudah seteru politik. Jadi seteru politik itu sudah naik sedikit dibanding oposisi,” kata Ray.

Ray berpendapat, Presiden ke-6 RI itu tidak bisa memposisikan diri sebagai negarawan. SBY terus saja bersentuhan dengan politik harian dengan kapasitasnya sebagai ketua umum partai. Sikap SBY tersebut dibaca oleh Jokowi setiap kali memberikan pernyataan politik.

“Dia (SBY) harus muncul sebagai politisi, dia harus berbicara politik harian dalam kapasitasnya sebagai ketua partai. Ketika beliau berbicara politik harian, nggak ada yang bisa membuat ratingnya naik, kecuali harus bersikap berbeda dengan Pak Jokowi,” tukas Ray.

Ray mengatakan, Jokowi harus belajar dari serangkaian aksi demo pada akhir tahun 2016. Di mana dirinya harus bisa memisahkan mana yang menjadi rekan politiknya. Oleh karenanya, kata dia, ada dua hal penting yang harus dilakukan oleh Jokowi, yaitu mengenal kawan dan lawan serta melakukan konsolidasi politik.

Lantas mengapa Jokowi memilih bertemu dengan Prabowo dibanding SBY?

Menurut pengamat politik LIPI Siti Zuhro, kasus ini sama seperti pertemuan antara Jokowi dan Prabowo saat ketegangan KPK dengan Kapolri. Jokowi lebih memilih bertemu Prabowo dibandingkan SBY yang sebetulnya juga memiliki pengaruh dan kepentingan mengingat pimpinan KPK saat itu dipilih ketika eranya.

Hubungan keduanya juga bukan baru pertama kali terjadi. Prabowo pernah bersama mendorong Jokowi dan Ahok dalam pemilih gubernur DKI Jakarta. Meskipun keduanya bertolak belakang dalam pemilihan presiden. Jokowi melihat sosok Prabowo sebagai orang yang memiliki rasa kenegarawanan. Adapun bersama SBY, kata Siti, mungkin lebih kepada basa-basi politik.

“Saya melihat kasat mata seperti itu,” ujarnya. “Jadi Prabowo semacam menjadi tempat untuk konsultasi jika ada ketegangan.”

Namun, lanjutnya, yang lebih tahu alasan pasti soal ini tetap Jokowi.

Sebelumnya, Jokowi menyiratkan akan bertemu dengan SBY. Walaupun, Jokowi tidak secara gamblang menyebutkan kapan itu akan berlangsung. Saat dikonfirmasi terkait penjadwalan pertemuan Jokowi dengan SBY, Sekretaris Kabinet Paramono Anung malah memilih tak berkomentar. Pramono yang ketika itu baru saja selesai mengikuti rapat terbatas memilih terus melanjutkan langkahnya keluar kantor Presiden.

Meski demikian, Wakil Ketua Umum Partai Demokrat, Syarief Hasan mengatakan, jika pertemuan tersebut dilakukan akan sangat baik. Bahkan menurut dia, jika SBY bertemu dengan Jokowi, maka keduanya bisa saling klarifikasi. “Bagus untuk rakyat tentunya. Semua jadi baik,” tandas Syarief.

Catatan Kritikan SBY
Pada penghujung masa pemerintahannya, SBY menolak permintaan presiden terpilih Jokowi untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) sebelum masa jabatannya berakhir. SBY menyampaikan hal itu saat keduanya melakukan pertemuan di Bali 27 Agustus 2014. Isi pembicaraan pertemuan tersebut menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan agenda pemerintahan dan agenda kenegaraan termasuk RAPBN tahun 2015 dan juga APBN Perubahan, tidak terkecuali tentang naiknya harga BBM bersubsidi.

SBY menyatakan tidak akan menaikkan harga BBM, khususnya harga BBM bersubsidi. Ada beberapa alasan SBY. Kenaikan harga BBM akan memacu terjadinya inflasi. Inflasi akan membuat jumlah orang miskin semakin banyak, bahkan membuat orang yang tadinya tidak miskin bisa menjadi miskin. Itu satu pertimbangan inti pemerintah SBY tidak mau menaikkan harga BBM.

Dampak utamanya adalah biaya transportasi naik. Beban akan dirasakan langsung oleh masyarakat baik yang menggunakan sepeda motor maupun yang sehari-harinya naik angkutan umum. Diakui atau tidak, naiknya harga BBM akan mengakibatkan masyarakat menjadi terbebani.

Jokowi menyayangkan langkah SBY tersebut. Sebab, ia merasa anggaran subsidi energi membebani APBN 2015. Belum lagi anggaran yang disediakan demi membayar utang luar negeri. Jumlah alokasi subsidi energi dalam RAPBN 2015 mencapai Rp 433,5 triliun. Adapun, jumlah alokasi untuk utang mencapai Rp 154 triliun.

SBY juga angkat bicara mengenai demo yang mengatasnamakan Aksi Bela Islam. Aksi ini menuntut Gubernur nonaktif DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dipenjara karena diduga telah menistakan agama. SBY mengatakan, aksi unjuk rasa itu terjadi karena dipicu oleh suatu sebab.

Para demonstran tersbebut pasti menuntut sesuatu hingga akhirnya timbulah aksi demo. Kata SBY, untuk bisa menyelesaikan kasus penistaan agama yang dilakukan oleh Ahok untuk bisa diselesaikan secara lebih mudah dan tidak perlu diperpanjang apalagi dipersulit.

SBY berharap pemerintah dapat mendengarkan tuntutan banyak masyarakat karena kasus tersebut, sehingga aksi demo seperti itu tidak akan terjadi. Namun, jika tuntutan mereka tidak didengar oleh pemerintah, sampai ‘Lebaran Kuda’ bakal tetap ada aksi unjuk rasa.

SBY mengatakan, aksi unjuk rasa itu merupakan hal yang wajar di era demokrasi seperti saat ini. ia mengimbau agar aksi demo dilakukan dengan tertib dan tidak anarkis. Sementara itu di media sosial khususnya Twitter, ‘Lebaran Kuda’ yang diucapkan oleh SBY langsung berada diurutan pertama Trending topic saat itu.

Kritikan selanjutnya soal hoax. SBY mengaku gusar akan kondisi negara saat ini. Melalui akun twitternya, SBY mengeluhkan soal merajalelanya kabar bohong atau hoax.

Ya Allah, Tuhan YME. Negara kok jadi begini. Juru fitnah & penyebar ‘hoax’ berkuasa & merajalela. Kapan rakyat & yg lemah menang? *SBY*,” kata SBY lewat akun Twitter @SBYudhoyono, Jumat (20/1/2017). (Has)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.