Sabtu, 27 April 24

Industri Pariwisata ASEAN Sepakat Bangun Kepercayaan Wisatawan di Masa New Normal

Industri Pariwisata ASEAN Sepakat Bangun Kepercayaan Wisatawan di Masa New Normal
* Acara webinar internasional yang membahas dampak Covid-19 terhadap sektor pariwisata dan kondisi menghadapi The New Normal. (Foto: Kemenparekraf)

Jakarta, Obsessionnews.comASEAN Tourism Association (ASEANTA) menyatakan, kepercayaan travelers di masa The New Normal masih sangat lemah. Tidak hanya karena faktor keamanan dan kesehatan, tapi juga daya belinya masih rendah.

Untuk menangani permasalahan itu, pemerintah dengan pemangku kepentingan industri pariwisata, baik dalam negeri maupun luar negeri harus bisa memberikan rasa kepercayaan kepada wisatawan yang tinggi. Agar para wisatawan kembali mengunjungi tempat wisatawan.

Baca juga: Kolaborasi Pemangku Kepentingan Pariwisata Harus Dapat Tumbuhkan Kepercayaan Wisatawan

Menanggapi hal tersebut, Academic Consultant dari Thammasat University, Thailand Prof. Dr. Walter Jamieson angkat bicara. Menurut dia, saat ini adalah waktu yang tepat bagi industri pariwisata di seluruh negara Asia untuk melakukan penyesuaian. Tidak hanya untuk masa normal baru, tapi juga setelahnya.

Karena normal baru hanyalah masa peralihan menuju situasi normal yang sebenarnya ketika vaksin ditemukan, yakni industri harus benar-benar memiliki cara-cara baru atau inovasi dalam menarik minat kunjungan wisatawan.

“Kini adalah saatnya untuk dapat meningkatkan lagi pengelolaan industri menuju kondisi yang lebih baik, kondisi lingkungan yang lebih baik,” kata Walter dalam keterangan tertulis Kemenparekraf yang diterima obsessionnews.com, Jumat (19/6/2020).

Baca juga: Sambut New Normal, Pemprov Bali Siapkan Tiga Tahapan Ini

Menurutnya, ASEAN merupakan pasar yang besar untuk pariwisata. Untuk itu penting bagi negara-negara di ASEAN bersama-sama menyiapkan diri dalam mendukung perjalanan wisatawan dalam kawasan.

Konsep travel bubble dinilai menjadi salah satu langkah yang bisa dipersiapkan oleh negara-negara ASEAN. Seperti diketahui, travel bubble sedang diminati oleh beberapa negara dalam merancang perjalanan lintas negara di tengah pandemi ini, yakni ketika dua atau lebih negara telah berhasil mengontrol penyebaran virus corona, sepakat untuk menciptakan sebuah koridor perjalanan.

Koridor perjalanan ini akan memudahkan penduduk yang tinggal di dalamnya melakukan perjalanan secara bebas, dan menghindari kewajiban karantina mandiri.

Regional Director APCS & MER & Asia Pacific of IATA, Vinoop Goel mengatakan, IATA telah meluncurkan protokol yang dapat dijadikan panduan seluruh negara di dunia penerbangan dalam menghadapi situasi normal baru. Dalam pengujian Covid-19 di proses perjalanan wisatawan misalnya.

Baca juga: Kemenparekraf Dorong Pemandu Wisata Gunung Tingkatkan Kompetensi

Jika pemerintah suatu negara mewajibkan wisatawan untuk melakukan tes bebas Covid-19, maka pengujian harus memberikan dalam hasil yang cepat dan dilakukan dalam skala besar dengan tingkat akurasi yang tinggi.

“Dan dilakukan oleh pejabat kesehatan masyarakat yang terlatih,” kata dia.

Sementara Direktur Pemasaran Pariwisata Regional I Kemenparekraf/Baparekraf Vinsensius Jemadu mengatakan, Covid-19 memang akan mengubah banyak perspektif dan perilaku wisatawan. Hal ini harus benar-benar dapat diantisipasi dengan baik oleh seluruh pemangku kepentingan.

“Covid-19 selain memberikan dampak dalam sisi ekonomi dan lainnya, juga memberikan dampak psikologis yang kuat. Ini harus diantisipasi semua pihak, terutama travel agent dan tour operator,” kata Vinsen.

Dia menambahkan, saat ini Kemenparekraf telah menyiapkan handbook yang mengacu kepada standar global sebagai panduan teknis untuk pelaku usaha di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Handbook ini merupakan turunan yang lebih detil dari protokol yang sedang disusun oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) berdasarkan masukan dari Kemenparekraf untuk sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.

Dengan diterapkannya protokol ini dengan baik, diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan wisatawan. Hal ini sangat penting karena gaining trust atau confidence adalah kunci dalam percepatan pemulihan, jadi harus sangat diperhatikan dan diimplementasikan.

“Pariwisata adalah tentang image, ketika image negatif yang terbentuk maka (wisatawan) tidak akan ada yang datang, tidak ada yang belanja. Untuk itu apa yang dilakukan Indonesia saat ini dalam protokol kenormalan baru salah satunya adalah untuk meningkatkan kepercayaan pasar,” ujar Vinsen.

Untuk diketahui diketahui, Kemenparekraf menggelar Webinar internasional yang membahas dampak Covid-19 terhadap sektor pariwisata dan kondisi menghadapi The New Normal yang ke dua kali pada Kamis (18/6).

Dalam webinar ini menghadirkan deretan narasumber, diantaranya Direktur Pemasaran Pariwisata Regional I Kemenparekraf/Baparekraf Vinsensius Jemadu, Presiden FATA Datuk Tan Kok Liang, Deputy of President ASEAN Tourism Association (ASEANTA) Eddy Krismeidi Soemawilaga, Academic Consultant Thammasat University Prof. Dr. Walter Jamieson, MCIP, Vice President of Thai Travel Agents Association Wachira Wichauwatana, Regional Director APCS & MER & Asia Pacific of IATA Vinoop Goel, serta Sektretaris ASITA Bali I Putu Winastra.

Webinar ini akan berlanjut di sesi ketiga pada pekan depan yang akan menggali masukan dari profesional pekerja di bidang pariwisata. (Poy)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.