Delhi – India melayangkan tuntutan sebesar US$100 juta atau sekitar Rp1,35 triliun kepada perusahaan Nestle atas tuduhan ‘praktik perdagangan yang tidak jujur’ sehubungan dengan produk mi instan Maggi.
Tuntutan, yang mengatasnamakan konsumen India, diajukan bukan melalui pengadilan melainkan Komisi Nasional Urusan Persengketaan Konsumen (NCDRC) yang memiliki kekuatan yudisial.
Dalam tuntutan tersebut, Nestle dituding menyebabkan keburukan pada konsumen melalui iklan-iklan produk mi instan Maggi yang dianggap menyesatkan.
Kepada kantor berita Reuters, seorang juru bicara Nestle di New Delhi mengatakan bahwa perusahaan makanan tersebut hanya akan ‘memberi respons substantif’ setelah menerima pemberitahuan resmi mengenai tuntutan dari NCDRC.
Kabar mengenai langkah hukum yang ditempuh terhadap Nestle menimbulkan beragam tanggapan pengguna media sosial di India. Kata ‘Rs 634’, yang merujuk pada jumlah rupee yang dituntut, populer di Twitter.
Sebagian besar pengguna media sosial di India mempertanyakan apakah jika Nestle dinyatakan bersalah dan harus membayar ganti rugi, uang kompesansinya akan dibagikan kepada mereka yang pernah mengonsumsi mi instan Maggi.
Pada awal Juni lalu, Otoritas Keamanan dan Standar Makanan India mengatakan hasil uji menunjukkan kadar timbal mi instan Maggi “tidak aman dan berbahaya”. Nestle kemudian dituding gagal mengikuti undang-undang keamanan pangan.
Namun, Nestle bersikeras mi instan Maggi aman untuk dikonsumsi.
Perusahaan yang menguasai 80% pasar mi intan di India itu menentang larangan yang diberikan pengadilan tinggi Mumbai dan “mengangkat masalah tafsiran” mengenai undang-undang keamanan pangan India.
Bagaimanapun, Nestle menghancurkan mi instan Maggi seharga lebih dari US$50 juta (Rp667,1 miliar), menyusul larangan yang dikeluarkan badan regulator keamanan pangan India.
Biaya US$50 juta yang dikeluarkan meliputi penarikan stok mi instan di pasar serta stok yang tersimpan di pabrik-pabrik dan distributor. (bbc.co.uk)