Gus Jazil Sebut Hidup Gotong Royong Mampu Atasi Ancaman Resesi

Jakarta, Obsessionnews.con - Bangsa Indonesia dianugerahi berbagai keragaman. Di antara ribuan pulau yang terbentang dari Sabang hingga Merauke dan dari Talaud Ke Rote, tersebar berbagai suku, agama, bahasa, dan budaya. Baca juga: Dampak Pandemi Covid-19 di Indonesia, Pertumbuhan Ekonomi Minus 5,32%Jabat Wakil Komite Penanganan Covid-19, Ini Profil KSAD Jenderal Andika PerkasaBupati Serang Ajak Masyarakat Gotong Royong Bantu Korban yang Terdampak Covid-19Resesi Dunia Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid menyebut masing-masing memiliki keunikan tersendiri. Meski banyak perbedaan, namun mereka bisa hidup dalam satu nusa, bangsa, dan bahasa Indonesia. “Tidak banyak negara yang memiliki perbedaan bisa seperti Indonesia. Perbedaan menjadi pengikat, bukan sebaliknya,” ujar Jazilul seperti dikutip obsessionnews.com dari keterangan tertulis Humas MPR, Sabtu (8/8/2020). Menurut politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini, perbedaan yang ada menyimpan potensi yang positif dan bisa dibanggakan. Perbedaan di tengah keindahan alam dan kekayaaan flora dan fauna, membuat masing-masing suku memiliki budaya yang bisa menjadi daya tarik tersendiri dan berdaya guna bagi masyarakat di sana. Halaman selanjutnya Ia menceritakan dirinya beberapa hari yang lalu melakukan kunjungan ke Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Di pulau itu terdapat berbagai kekayaan budaya yang mampu menarik wisatawan baik dari dalam negeri atau luar negeri untuk datang ke sana. “Sehingga apa yang ada bisa menjadikan sumber geliat ekonomi masyarakat,” ungkap pria asal Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, itu. Gus Jazil, demikian panggilan akrabnya, menuturkan, ia lebih berbahagia lagi dari keberagaman yang ada di tengah masyarakat, tumbuh dan hidup budaya saling membantu dan mengutamakan kepentingan umum dibanding kepentingan pribadi yang lebih dikenal dengan istilah gotong royong. Budaya gotong royong inilah yang mampu mendayagunakan kehidupan masyarakat. Dari budaya tersebut maka persatuan dan kesatuan terjalin dan terangkai. “Gotong royong merupakan potensi budaya yang perlu terus dijaga, dilestarikan, dan dikembangkan,” paparnya. Halaman selanjutnya Koordinator Nasional Nusantara Mengaji ini mengakui, bahwa umat manusia saat ini sedang dilanda pandemi Covid-19. Pandemi tersebut mengena dan menyasar siapa saja tidak mengenal apa suku, agama, bahasa, dan budayanya. Hal demikian membuat semua umat manusia terdampak. Dampak yang ditimbulkan, ujarnya, bisa terjadi penularan antar manusia yang menyebabkan kematian dalam waktu yang cepat. “Tercatat sudah banyak orang yang meninggal akibat Covid-19,” ungkapnya. Ia berharap agar wabah segera sirna sehingga keselamatan umat manusia bisa kembali normal. Wabah yang terjadi, menurutnya, juga membuat perekonomian mandeg atau berhenti. “Berhentinya tidak setengah-setengah, namun total,” ucapnya. Berhentinya perekonomian karena pandemi Covid-19 disebut benar-benar nyata dan fatal, sehingga membuat banyak negara mengalami resesi. Ada sembilan negara yang telah mengalami resesi, yakni Amerika Serikat, Jerman, Perancis, Italia, Korea Selatan, Jepang, Hong Kong, Singapura, dan Filiphina. “Amerika, Jerman, Jepang, dan Korea Selatan sebagai negara maju saja bisa goyah karena Covid-19”, paparnya. Bangsa-bangsa yang lain, menurut Gus Jazil, bisa mengalami hal yang sama bila pandemi Covid-19 belum benar-benar bisa dikendalikan. Dari fakta yang ada, pertumbuhan perkonomi bangsa Indonesia berada pada angka minus 5,32 persen. Hal demikian tentu sangat mengkhawatirkan bagi masa depan masyarakat. Bila tidak segera diatasi dan ditangani maka akan terjadi pertambahan jumlah pengangguran, kemiskinan, dan ketimpangan sosial. “Ini merupakan ancaman resesi,” tuturnya. Halaman selanjutnya Gus Jazil berharap semua ikut turun tangan. “Ini masalah kita semua,” ujarnya. Diharapkan semua ikut memberi solusi agar perekonomian bisa kembali ke pertumbuhan yang menyejahterakan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang mencapai minus 5,32 persen menurut Gus Jazil dapat diatasi bila masyarakat terus mengembangkan potensi budaya yang sudah hidup di tengah masyarakat. “Dengan gotong royong, saling membantu, saling memberi, untuk meringankan beban kehidupan, maka ancaman resesi itu bisa dikendalikan dan diringankan,” tuturnya. Di tengah masyarakat sudah terbangun tradisi budaya kebersamaan hidup, seperti dalam acara syukuran, pesta adat, dan menyimpan makanan dalam lumbung untuk bersama. “Kekayaan alam yang ada juga mampu menyangga kehidupan keseharian,” tegasnya. (arh)