Selasa, 30 April 24

Fatique dan Microsleep Sangat Berbahaya saat Mengemudi

Fatique dan Microsleep Sangat Berbahaya saat Mengemudi
* Roy Suryo. (Foto: Edwin/obsessionnews.com)

Oleh: Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes, Pemerhati Telematika, Multimedia, AI dan OCB Independen *)

 

Sebenarnya saya memang tidak akan menulis bahasan soal kecelakaan bus Rosalia Indah di Tol Batang-Semarang ini, namun karena banyaknya permintaan, terutama dari media yang selama ini sudah berkontribusi positif selalu memuat buah pikiran selama ini,  maka tulisan kali ini memang bukan berdasar background selama ini selaku Pemerhati Telematika/Multimedia/AI, namun berdasarkan Ilmu Kesehatan Masyarakat/Publik Health yang sebenarnya juga sudah lama ditekuni (sebelum pendidikan Doktoral Ilmu Manajemen terakhir yang diselesaikan kemarin).

Bagi yang belum sempat mengerti tidak apa-apa, memang dulu penulis sempat menamatkan pendidikan resmi Strata-strata Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat/Public Health di UGM (ASLI) tahun 2005 lalu dan terus terang jarang diterapkan karena lebih banyak konsentrasi di bidang Telematika dan-atau Komunikasi, sebelum AI dan OCB baru-baru ini. Meski jarang digunakan, namun keaslian ijazah yang dikeluarkan dari Kampus Bulaksumur ini jelas tidak perlu diragukan keabsahannya, apalagi sampai harus dibuktikan di persidangan (dan itu pun masih gelap/misterius, karena ijazah aslinya tidak pernah bisa dibuktikan di depan publik hingga kini, padahal sebenarnya sederhana kalau memang benar-barang asli dan ada).

Ini juga bukan berarti meski tidak bisa dikaitkan dengan Ilmu Telematika/Multimedia seperti kecelakaan di Km 58 Cikampek-Jakarta sebelumnya, penulis bukan tidak mengikuti peristiwa kecelakaan di Jalan Tol Batang-Semarang barusan, karena laka lantas ini ada kemiripan penyebabnya juga dengan kecelakaan yang merenggut jiwa artis Vanessa Angel pada tahun 2021 lalu di tol Jawa Timur dan sempat saat itu dilakukan analisisnya juga. Sebagaimana diingat, peristiwa bulan November 2021 saat itu disinyalir diakibatkan pula karena kondisi fatique/ kelelahan yang amat sangat oleh pengemudi yang mengakibatkan terjadinya micro-sleep dan berakibat fatal karena lepas kontrol keluar jalur.

Jadi kalau hari-hari ini banyak disebut-sebut micro-sleep adalah penyebab kecelakaan tunggal bus Rosalia Indah bernopol AD 7019 OA yang disopiri oleh Jalur Widodo (34 tahun) tersebut, maka sebenarnya perlu dicari mengapa yang bersangkutan bisa mengalami kondisi “tidur sesaat” yang biasanya berdurasi antara 2 detik sampai 30 detik atau bahkan lebih tersebut. Hal ini terjadi karena keadaan “micro-sleep” biasanya terjadi karena kondisi sebelumnya yang disebut sebagai “fatique” atau kelelahan yang kelewat batas.

Jelasnya, fatigue adalah rasa lelah yang membuat sopir tersebut lesu dan kurang bertenaga sepanjang waktu. Kondisi ini menyebabkan hilangnya produktivitas karena yang bersangkutan tidak memiliki tenaga untuk beraktivitas dan jika rasa lelahnya tidak kunjung membaik setelah tidur dan atau mengonsumsi makanan yang tepat, maka fatigue juga bisa menjadi tanda sindrom kelelahan kronis (CFS) atau myalgic encephalomyelitis. Apalagi jika disebut-sebut sebelum kecelakaan tersebut, yang bersangkutan sempat harus bekerja ekstra untuk mengganti bus yang mengalami trouble sebelumnya.

Berdasarkan referensi dari WorkSafe Victoria, secara garis besar, fatigue bisa dibedakan menjadi tiga jenis, yakni fisik, mental dan emosional. Ketiga jenis inilah yang sangat mungkin kemarin terjadi pada Sopir Bus Rosalia Indah tersebut karena tampak berkurangnya kemampuan untuk melakukan aktivitas kognitif (membuat keputusan dan berkonsentrasi) dan berkurangnya kemampuan untuk terlibat dalam aktivitas emosional dan reflek saat terjadinya kondisi darurat pra dan pasca kejadian. Oleh karena itu ketika kecelakaan di Km 370 tersebut terjadi, fatique yang diikuti micro-sleep inilah yang sangat dimungkinkan terjadi.

Berdasarkan kronologi kejadian yang diberitakan, bus tersebut langsung masuk ke parit dengan titik awal masuk (parit) di Km 370+50 dan titik akhir 370+200, alias 150-an meter jarak terseret tanpa ada jejak rem sama sekali. Sayang memang tidak (belum?) seperti peristiwa kecelakaan di Km 58 Cikampek-Jakarta sebelumnya yang ada Dash-Cam dari kendaraan lain yang bisa dibuat analisis berapa kecepatan bus saat terjadi kecelakaan kemarin. Tentu bilamana ada rekaman pendukung seperti ini, bisa juga dari CCTV Jasa Marga terdekat, akan sangat membantu analisis lanjut yang lebih akurat dan bisa digunakan untuk mengevaluasi kejadian.

Demikian pula bila nantinya sudah dilakukan analisis menggunakan alat TAA (Traffic Accident Analysis) berbasis LIDAR (Light Detection and Ranging) dengan menggunakan sinar laser yang kini lazim digunakan Korlantas Polri, akan bisa sangat didapatkan analisis yang akurat bagaimana terjadinya laka lantas yang mengakibatkan hingga 7 korban meninggal dunia tersebut, karena kalau melihat posisi dan kondisi bus setelah kejadian cukup jauh berbeda dengan kondisi Daihatsu GarndMax dan Bus Primajasa beberapa hari sebelumnya yang mengakibatkan hingga 12 korban jiwa.

Kembali pada antisipasi terjadinya fatique yang mengakibatkan micro-sleep, maka perlu benar-benar serius untuk diterapkan pengawasan serius terhadap para pengemudi, terutama untuk pengemudi kendaraan umum yang banyak mengangkut penumpang. Durasi waktu maksimal sopir di balik kemudi dalam mengemudikan kendaraan memang harus benar-benar diterapkan dan diberi sanksi bilamana dilanggar. Manajemen transportasi semacam ini di luar negeri sudah sangat ketat diterapkan bahkan diberikan monitor yang bisa langsung berhubungan dengan pool bus/kendaraan umum dimaksud bahkan dengan aparat keamanan.

Salah satu bentuk lain dari alat monitoring pengemudi ini bisa embedded (menjadi satu) dengan Dash-Cam atau juga GPS mobil bernama “Driver Monitoring System” yang bisa mengeluarkan suara nyaring jika sensor mendeteksi mata pengemudi mulai menutup dengan cara karena mendeteksi pupil mata dan wajah secara real time. Demikian juga akan mendeteksi bila kendaraan berpindah jalur atau mendahului kendaraan lain namun dalam kondisi yang tidak aman. Saat menjadi narasumber di salah satu TV (iNews) menjelaskan tragedi Km 58 beberapa  hari lalu, saya sempat menunjukkan fungsi-fungsi tersebut dalam alat Dash-Cam yang diperagakan.

Kesimpulannya, micro-sleep memang sangat mungkin hal yang dialami oleh Jalur Widodo sopir Bus Rosalia Indah saat peristiwa kecelakaan di Km 370 kemarin, namun hal tersebut disebabkan oleh akibat fatique yang dialami sebelumnya karena manajemen transportasi yang belum baik diterapkan di Indonesia. Oleh sebab itu Kementerian Perhubungan dan Korlantas Polri yang menjadi garda terdepan pengawasan dan penegakan disiplin berlalu lintas di Indonesia sebaiknya lebih tegas dalam menerapkan semua hal yang sudah disebutkan di atas agar tidak banyak lagi korban di jalan akibat tidak digunakannya ilmu pengetahuan baik yang berbasis kesehatan masyarakat maupun teknologi informasi yang bila digunakan dengan benar akan sangat bermanfaat … (Semoga). []

*) Magister Kesehatan Masyarakat dari UGM (Asli)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.