Jumat, 26 April 24

Elvyn G. Masassya, Direktur Utama IPC

Elvyn G. Masassya, Direktur Utama IPC
* Elvyn G. Masassya. (Foto: Sutanto/Istimewa)

Pria kelahiran 18 Juni 1967 ini menuturkan, konsep Trilogi Maritim itu sejalan dengan rencana pemerintah untuk menurunkan biaya logistik sebesar 4,9 persen dalam 3 tahun ke depan. Menurutnya, ada beberapa tantangan untuk menurunkan biaya logistik nasional, yakni belum optimalnya jaringan pelayaran, belum adanya standarisasi pelabuhan, serta masih tingginya inefisiensi transportasi darat. Dengan Trilogi Maritim, hambatan-hambatan itu bisa ditekan.

“Tahun 2018, biaya logistik nasional sebesar 23,6 persen dari total produk domestik bruto. Kami yakin dengan Trilogi Maritim biaya logistik turun menjadi 18 persen pada 2022,” urainya.

Memasuki era baru pelabuhan, IPC di bawah kepemimpinan Elvyn berkomitmen untuk mendukung program pemerintah guna menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Caranya, meningkatkan pelayanan kepada pengguna jasa melalui perbaikan infrastruktur dan suprastruktur serta digitalisasi pelabuhan.

IPC melakukan transformasi di sisi operasional yang disebut dengan radical change pola operasional dari yang sebelumnya manual menuju digital. Digital bukan hanya dalam konteks pelayanan di terminal, tapi melingkupi seluruh kegiatan pelabuhan secara korporasi, baik dari sisi laut maupun darat. Di sisi laut, IPC menyiapkan Marine Operation System (MOS), Vessel Management System (VMS), dan Vessel Traffic System (VTS), untuk memonitor juga memantau pergerakan kapal sejak

berangkat dari pelabuhan awal sampai tiba di Pelabuhan Tanjung Priok. Di sisi darat, IPC telah memiliki Terminal Operating System (TOS), Non Peti Kemas Terminal Operating System (NPKTOS), serta Auto Tally untuk perhitungan kontainer.

Selain itu, IPC juga menyiapkan Container Freight Station (CFS), Buffer Area, DO Online, Auto Gate, Car Terminal Operating System, dan Truck Identification untuk mengidentifikasi pengemudi dan tujuan pengiriman barang dari seluruh armada pengangkut barang yang masuk ke Pelabuhan Tanjung Priok.

Di sisi keuangan, IPC melakukan transformasi yang signifikan, yaitu seluruh transaksi di pelabuhan berbasis elektronik atau Cashless Payment System. Jadi, tidak ada lagi pembayaran secara tunai dan pola yang IPC lakukan ini tentu berdampak pada peningkatan kualitas pelayanan menjadi lebih cepat, lebih terdata, lebih transparan, dan lebih akurat.

Hal ini memberikan dampak yang signifikan, produktivitas meningkat, revenue korporasi meningkat karena semua tercatat dengan baik dan ini merupakan cikal bakal untuk mentransformasi IPC menjadi pelabuhan yang disebut Digital Port atau pelabuhan yang berbasis digital. Itulah beberapa langkah yang dilakukan IPC di tahun 2018 sebagai bagian dari roadmap menuju pelabuhan berkelas dunia.

“Nantinya IPC akan berperan sebagai Trade Facilitator dan lebih jauh lagi menjadi Trade Accelerator. Dengan konsep ini IPC tidak hanya akan melayani bongkar muat barang tapi juga mendorong perdagangan melalui ekosistem,” tukas Elvyn.

Bersama Elvyn, IPC catat capaian positif, meski di tengah melemahnya ekonomi Indonesia, perusahaan pelat merah ini tetap mencatatkan laba bersih sebesar Rp1,51 triliun pada semester 1-2019. Capaian ini naik 25 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2018 sebesar Rp1,21 triliun.

“Kami berupaya mempertahankan tren kenaikan laba bersih perusahaan yang telah berlangsung selama tiga tahun terakhir, di tengah kondisi ekonomi yang penuh dengan tantangan. Laba bersih ini dicapai dari efisiensi dan cost effectiveness,” ujarnya.

Elvyn mengakui, kinerja dan operasional perusahaan secara umum tidak dapat terlepas dari pengaruh kondisi ekonomi saat ini, di mana berdasarkan data BPS, sepanjang semester I-2019 aktivitas ekspor turun 8,6 persen dan impor turun 7,6 persen. Hal tersebut tercermin pada aktivitas bongkar muat peti kemas yang mengalami penurunan sebesar 1,03 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018, yakni dari 3,38 juta TEUs menjadi 3,35 juta TEUs. Penurunan juga terjadi pada arus kapal mencapai 3,7 persen dibandingkan semester I-2018 dari 104,6 juta Gross Ton (GT) menjadi 100,81 juta GT.

Sementara arus barang naik tipis 3,4 persen, dari 27,4 juta ton menjadi 28,4 juta ton. Khusus untuk arus penumpang, terjadi kenaikan dari 317 ribu menjadi 553 ribu penumpang tumbuh sebesar 74 persen.

“Kami optimistis kinerja operasional dan keuangan kembali positif pada semester II ini, sesuai dengan pelaksanaan sejumlah upaya bisnis yang diproyeksikan terealisasi sesuai jadwal,” urainya.

Saat ini, lanjutnya, IPC terus mengembangkan digitalisasi untuk efisiensi operasional di lapangan. Dalam waktu dekat, IPC akan meluncurkan aplikasi logistik untuk memudahkan pergerakan barang mulai dari dermaga, pergudangan, hingga pendistribusiannya ke luar area pelabuhan. Aplikasi logistik dengan platform digital ini merupakan bagian dari upaya IPC untuk menjadi trade facilitator.

IPC terus melanjutkan Proyek Strategis Nasional (PSN) sesuai penugasan dari pemerintah, termasuk salah satunya mempercepat pembangunan Terminal Kijing di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat. (Syarif Hasan S)

 

Artikel ini dalam versi cetak dimuat di Majalah Men’s Obsession Edisi Agustus 2019 dengan tema “Figur Unggulan di 74 Tahun Indonesia Merdeka”

Pages: 1 2

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.