Jumat, 26 April 24

Elite Politik Masih Berkomplot dengan Oligarki Ekonomi

Elite Politik Masih Berkomplot dengan Oligarki Ekonomi

Jakarta, Obsessionnews – Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja (FSP) BUMN Bersatu, FX Arief Poyuono, menilai kemakmuran berlimpah yang terkonsentrasi pada minoritas elite bisnis-politik yang berkuasa (1%) telah membentuk proses politik yang menyingkirkan mayoritas warganegara (99%). Ibarat matematika modern 1 > 99 (Satu lebih besar dari 99).

“Kita semua mendengar para elite politik berbicara kepada rakyat dengan bahasa-bahasa jargonik tentang partisipasi dan keadilan sosial,serta tema besar kerakyatan Tri Sakti Nawacita, Ketahanan Energi dan Ketahanan Pangan. Namun saat mereka bertemu dalam meja-meja lobby dengan para elite CEO dan petinggi korporasi serta komplotan oligarki ekonomi, maka kebijakan anggaran, kebijakan moneter sampai pada otoritas yudikatif bekerja bagi perawatan kemakmuran dari 1% mereka yang mengakuisisi kemakmuran dibanding sebagai penyambung lidah seluruh warganegara,” ungkapnya kepada Obsessionnews, Sabtu (23/4/2016).

Keadaan demikian, jelas Arief, bukan hanya terjadi jauh di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa, namun juga berlangsung di negeri kita sendiri, Indonesia. “Kekuatan jejaring oligarki bekerja dalam proses marketisasi ruang sosial, kontrol kebijakan dalam pembentukan Undang Undang (UU) dan Peraturan, pengetatan anggaran untuk kepentingan bersama di sektor listrik dan migas, pangan yang bertumpu pada impor yang terus dipertahankan, pembiayaan pendidikan tinggi, upah buruh murah dan pemotongan anggaran-anggaran publik bekerja berbarengan dengan kemampuan oligarki untuk menjinakkan supremasi hukum dan institusi anti korupsi (KPK) guna membekuk praktik-praktik korupsi para elite dalam membajak institusi kekuasaan bagi kepentingan diri mereka sendiri,” bebernya.

Dalam keadaan seperti ini, menurut Arief, tentu Indonesia bukanlah sebuah negeri tanpa harapan. “Pilihan dan aksi politik kolektif untuk membendung cengkraman oligarki merupakan sebuah pilihan politik yang masih memungkinkan. Pertanyaannya adalah dari manakah kita memulai langkah perubahan ini dan apakah mayoritas (99% ) rakyat hanya cukup puas dengan keadaan ini,” tandasnya. (Red)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.