Jumat, 26 April 24

Berlaku Adil, Jalan Menuju Selamat Dunia Akhirat

Berlaku Adil, Jalan Menuju Selamat Dunia Akhirat
* Ilustrasi keadilan.

Faktor yang membawa manusia pada keselamatan adalah berlaku adil. Hal ini karena, kehidupan suatu masyarakat juga akan selamat dari malapetaka manakala kedilan ditegakkan. Karena itu banyak sekali ayat dan hadits yang memerintahkan kita berlaku adil, baik adil kepada orang yang kita sukai maupun orang yang kita benci.

Jangan sampai seseorang berlaku adil kepada orang yang disenanginya dengan memberikan kemudahan yang berlebihan, sedangkan kesalahannya ditutup-tutupi dan tidak dihukum sebagaimana mestinya meskipun tingkat kesalahannya sangat besar. Sementara orang orang yang tidak disukainya jangankan diberi kemudahan, kesalahan kecil pun diberi hukuman dengan sangat berat hingga melebihi batas kesalahannya.

Allah Ta’ala berfirman,

۞ إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.
(QS. An-Nahl : 90).

Meskipun demikian, seorang muslim jangan sampai salah paham terhadap keadilan lalu dia menjadi bingung harus bersikap bagaimana. Adil adalah berpihak pada kebenaran dan memegangnya erat-erat sehingga tidak berat sebelah, tidak memihak kepada salah satu kelompok atau orang tertentu.
Karena itu, Rasulullah saw telah menunjukkan sikapnya yang akan memotong tangan putrinya Fatimah, bila mencuri.

Sikap ini merupakan keadilan sehingga jangankan orang lain, anak sendiri saja kalau bersalah tetap akan dihukum , bukan seseorang yang bersalah tapi orang lain yang dituntut menanggung bebannya. Dalam krisis ekonomi sekarang, masyarakat juga amat mendambakan keadilan ekonomi sehingga yang menjadi penyebab krisis itu, seharusnya dituntut tanggungjawabnya.

Sahabat Umar bin Khattab RA ketika menjadi khalifah telah menunjukkan keadilannya. Kala itu, Ali mengajukan gugatan atas orang Yahudi yang telah mencuri baju perangnya dan tentu saja orang Yahudi itu menyangkal. Tapi karena Ali juga juga tidak bisa menunjukkan saksi yang dapat menguatkan dan membuktikan tuduhannya.
Umar pun tidak mau mengambil keputusan sewenang-wenang, akhirnya Umar memenangkan perkara orang Yahudi itu.

Ternyata diluar sidang orang Yahudi itu tergugah dengan keadilan yang mengagumkan dari sang khalifah, akhirnya diapun mengakui kesalahannya dan menyatakan diri masuk Islam. Kehidupan pribadi dan masyarakat memang akan berjalan dengan baik manakala keadilan ditegakkan.

Dalam rumah tanggapun, seorang ayah sebagai kepala keluarga dituntut untuk berlaku adil terhadap istri dan putra putrinya. Termasuk kepada pembantu rumah tangganya.
Bahkan syarat berat bagi laki-laki yang berniat untuk beristri lebih dari satu, maka harus bisa menegakkan keadilan. (Red)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.