Rabu, 1 Mei 24

Belajar dari Kasus Kecelakaan dan Meledak di Malaysia, Hati-hati Berkendara dengan EV (Mobil Listrik)

Belajar dari Kasus Kecelakaan dan Meledak di Malaysia, Hati-hati Berkendara dengan EV (Mobil Listrik)
* Roy Suryo. (Foto: Edwin B/obsessionnews.com)

Oleh: Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes selain sebagai Pemerhati Telematika, Multimedia, AI & OCB *)

Saat ini tren penggunaan kendaraan berpenggerak berbasis teknologi listrik alias EV (Electric Vehicle) meningkat sangat pesat, karena tidak hanya merek-merek ternama dari negara-negara besar seperti Tesla (AS), Mercedes, BMW (Jerman), Hyundai (Korsel), namun juga dari China (Wuling, BYD). Dua merek terakhir bahkan cukup agresif melakukan promosi baik di media massa maupun pameran-pameran, kalau di Indonesia sekelas IIMS atau GIIAS. Selain dikenal ekonomis dan ramah lingkungan, EV memang mendapat banyak kemudahan dari Pemerintah, mulai dari subsidi harga beli hingga potongan pajak dan prioritas jalur seperti bebas genap-ganjil.

Tentu selain kemudahan yang diperoleh, misalnya saja saat Lebaran ini Pemerintah sampai sudah menyediakan hingga 1.299 SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum) di jalur mudik, EV harus mendapatkan perhatian khusus dibanding kendaraan berbasis BBM biasa, yakni pada perawatan baterai sebagai alat penggerak utama yang digunakannya. Karena komponen terpenting selain controller dan motor listriknya, maka baterai harus benar-benar diperhatikan secara khusus. Berbagai jenis baterai yang digunakan di EV antara lain adalah Lithium-Ion, Nickel-metal hydride (NiMH), Lead-acid, Solid-state, Nickel-cadmium dan Ultra-capasitor.

Sebagaimana tipe-tipe baterai di HP, bukan hanya soal charging yamg mesti diperhatikan di EV, namun juga kehati-hatian dalam berkendara (tidak boleh sebebas kendaraan ber-BBM bensin apalagi solar) untuk “bonek/nekad menembus banjir”, namun juga penyediaan APAR (Alat Pemadam Api Ringan) di kendaraan sebagai sarana vital bilamana terjadi kebakaran pada sistem elektroniknya tersebut (tentu jenis APAR ini juga yang sesuai dengan EV agar tidak malah merusak bila digunakan). Detail baterai  dan APAR memang tidak dibahas terlalu detail di sini, silakan dibaca dalam manual-book EV yang dipakai karena setiap produsen tentu sudah melengkapi dan dealer yang baik harus menerangkan sisi positif dan negatif ini semuanya kepada konsumen.

Ini penting karena beberapa hari lalu, tepatnya Kamis (11/4/2024) sebuah kecelakaan mobil EV yang dibarengi dengan lebih dari 10 kali ledakan terjadi di negara tetangga kita, Malaysia. Meski tidak (belum?) ada kasus di sini, namun tragedi memilukan ini patut diantisipasi agar tidak terjadi di Indonesia, karena kejadian terbakar dan meledaknya kendaraan minggu lalu sebenarnya juga dialami oleh Daihatsu GrandMax yang terlibat dalam Kmkecelakaan dengan Bus Primajasa di Km 58 Tol Cikampek-Jakarta dan telah merenggut nyawa 12 korban meninggal dunia.

Sebagaimana dilansir di situs www.goodymy.com/mind1126293 kecelakaan fatal di negeri jiran tersebut dialami oleh kendaraan listrik jenis Sedan Cross bermerk BMW jenis i7 dan telah merenggut nyawa seorang warga Malaysia berusia 19 tahun, serta menyebabkan temannya terluka. Remaja tersebut tewas dalam kecelakaan mobil di Jalan Raya Duke dekat Setiawangsa yang merupakan salah satu daerah kawasan parlimen di Kuala Lumpur. Dalam kejadian pukul 02.15 itu, temannya yang juga berada di dalam mobil BMW i7 mengalami luka serius. Korban tewas diidentifikasi sebagai George Rahul Ariyanayakam, yang sedang mengemudi dengan seorang teman wanitanya dan diperkirakan kehilangan kendali atas kendaraannya sebelum terbakar dan meledak.

Juru bicara Pasukan Bomba/Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota mengatakan, mereka mendapat panggilan darurat pada pukul 02.19 sebelum mengirimkan tim yang terdiri dari lima petugas pemadam kebakaran Setapak ke lokasi. Saat tim yang dipimpin oleh Komandan Mohd Anuar Bin Ali tiba di lokasi kejadian, mobil dalam keadaan terbakar total dan salah satu korban seorang laki-laki dewasa telah dinyatakan meninggal dunia oleh petugas medis yang tiba di lokasi kejadian, sedangkan temannya dilarikan ke rumah sakit dengan ambulans.

Dia menyatakan, penyebab kebakaran masih diselidiki. Sementara itu, dalam postingan media sosialnya, Datuk Redzuawan Ismail yang akrab disapa Chef Wan menyatakan kecelakaan terjadi ketika ban mobil salah satu korban pecah saat mereka dalam perjalanan pulang di Jalan Raya Duke. Akibat pecah ban tersebut kendaraan melintir ke bahu jalan dan menabrak pembatas yang mengakibatkan timbulnya api. Api kemudian membesar dan karena BMW ditenagai oleh baterai  Lithium yang berada di bawahnya, rangkaian baterai inilah yang diperkirakan mengakibatkan lebih dari 10 kali ledakan tersebut saat terbakar api.

Pertanyaannya sekarang, apakah kondisi “meledak berkali-kali” tersebut merupakan kelemahan sekaligus bahaya dari kendaraan bertenaga listrik tersebut? Sebagai catatan, ledakan berkali-kali ini disinyalir saat api mengenai komponen-komponen baterai yang membuatnya langsung meledak. Sekarang pembahasan hal tersebut sedang viral di dunia maya, bahkan banyak yang mengatakan bahwa kalau saja mobil yang dipakai bukan berjenis EV tersebut, maka kemungkinan pengendara masih bisa diselamatkan karena tidak ada risiko meledak berkali-kali sebagaimana yang kemarin terjadi. Demikian juga dengan seandainya selalu ada APAR sesuai spec di EV tersebut, apalagi yang secara otomatis bekerja sebagaimana airbag.

Kalau melihat spec EV yang terbakar dan meledak di Malaysia ini saja adalah sebuah BMW i7 yang tergolong mewah, di mana sempat mendapat “editor choice” dari beberapa penerbit terkemuka, maka seharusnya kita lebih berhati-hati. Karena tentu pabrikan Jerman tersebut sudah menetapkan standar tinggi untuk produknya bila dibanding produk-produk negara lain. Kemewahan antara lain adanya fitur “sistem teater drop-down” bagi pengemudi, bahkan i7 xDrive60 setara dengan mesin 536 HP dan jangkauan berkendara hingga lebih dari 500 Km, sementara trim M70 yang berorientasi pada kinerja meningkatkan tenaga hingga 650 HP dan menawarkan jangkauan sekitar 475 Km.

Dari sisi akselerasi EV Premium ini dapat mencapai 100 Km/jam hanya dalam 3,5 detik dengan harga di 2024 ini mulai dari $106,695 hingga $169,495 tergantung trim dan opsi jika dibeli di negara asalnya, tentu bila sudah sampai Indonesia ada perhitungan tambahan dan kemudahan khusus mengingat Jenis kendaraan EV sedang mendapatkan kemudahan dari Pemerintah saat ini. Namun tentu saja kembali pada inti utama tulisan ini, sebuah spec kendaraan yang mewah dan gahar performanya akan sangat tidak berarti apa-apa bilamana terjadi kesalahan pengendaraan yang mengakibatkan laka bahkan korban jiwa sebagaimana kasus di Kuala Lumpur, Malaysia, tersebut.

Kesimpulannya, mengemudikan kendaraan jelas harus berhati-hati, apalagi jika jenisnya adalah EV atau mobil listrik yang memiliki karakteristik lebih canggih dan perlu perhatian khusus utamanya kepada komponen-komponen kelistrikan utamanya. Biasakan dengan alat apa saja, apalagi kendaraan yang berpotensi membawa jiwa, baca secara baik-baik Semua manual-book pengantarnya terlebih dahulu sebelumnya atau lihat sebanyak-baiknya referensi dari berbagai sarana yang ada, termasuk media sosial. Memang semua adalah kuasa Allah SWT, namun bila kita bisa mengantisipasi bahkan menghindari hal-hal yang tidak perlu terjadi insyaa Allah semua akan baik-baik saja. []

*) Penasehat di beberapa Klub Otomotif (PPMKI, TBN-Series, Mercedes-Benz)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.